BATU KELAMIN, DESTINASI UNIK DI RAJA AMPAT 2023-03-23 22:55

Batu Kelamin atau Batu Kemaluan di Teluk Mayalibit Raja Ampat

 

Batu Kelamin atau ada juga yang menyebutnya Batu Kemaluan memang bukanlah destinasi favorit di Raja Ampat. Wisatawan kalau ke Raja Ampat biasanya ke Piaynemo, Telaga Bintang, Teluk Kabui, Pasir Timbul, Pulau Arborek, atau yang beruntung bisa lebih jauh eksplornya ya ke Wayag yang maha jelita. Hampir nggak pernah Batu Kelamin dimasukkan dalam itinerary. Populernya memang belakangan. Dan lokasinya bukan di sekitaran Waisai maupun Selat Dampier --yang merupakan lokasi utama atau jantung Raja Ampat. Berada di Kampung Lopintol Distrik Teluk Mayalibit Pulau Waigeo Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat Daya. Wajarlah kalau masih jarang rombongan wisatawan yang ke sini.

 

Baca juga: "Belum Sah ke Raja Ampat Kalau Belum ke Wayag Dooong..."

 

Demi menuntaskan rasa penasaran, MyTrip untuk pertama kalinya membawa rombongan trip Raja Ampat bulan November 2022 lalu ke Batu Kelamin, tentunya sekalian ke Kali Biru, yang sudah pernah MyTrip kunjungi bersama rombongan pada Desember 2015. Pengalaman MyTrip pertama kali ke Kali Biru bisa dibaca di sini.

 

Baca juga: “Yuk... Kapan Kalian ke Kali Biru di Raja Ampat?

 

Dari Mamatua Homestay, tempat MyTrip menginap, di Kampung Saleo Pulau Waigeo, kami naik mobil menuju dermaga long boat di Kampung Warsambin, Teluk Mayalibit, masih di Pulau Waigeo. Perjalanan melewati jalan aspal yang cukup mulus, di beberapa bagian menanjak dan menurun tapi nggak ekstrem, melintasi perkampungan maupun hutan, dengan durasi +/-1 jam. Lumayan jauh. Sewa mobil Avanza Rp350.000-400.000. Supir akan menunggu di parkiran dermaga.

 

Ini dermaga long boatnya di Desa Warsambin

 

Tiba di dermaga, kami dihampiri pengelola wisata Teluk Mayalibit yang adalah warga lokal. Ya, lokasi ini dikelola warga lokal, bukan Pemkab maupun Dinas Pariwisata. Sudah ada tarif resmi dari pengelola. Long boat bermotor berkekuatan 15 PK yang maksimal bisa diisi 5 orang penumpang tarifnya Rp500.000 untuk ke Batu Kelamin PP, dan tambah Rp500.000 lagi untuk ke Kali Biru PP. Tiket ke Batu Kelamin Rp50.000 per orang. Sedangkan tiket ke Kali Biru Rp100.000 per orang. Satu rombongan juga harus memakai jasa pemandu yang dibanderol Rp100.000. Life jacket disediakan sesuai jumlah orang.

 

Long boatnya diisi 5 penumpang, 1 pemandu, dan 1 pengemudinya

 

Laut cukup tenang karena posisinya di teluk tapi tetap saja beberapa kali long boat seperti oleng ke kiri dan ke kanan. Tapi yang penting Trippers sebagai penumpang jangan kebanyakan bergerak supaya long boat tetap stabil. Pemandangan sepanjang perjalanan laut cukup memanjakan mata. Kepala terasa panas tentu saja karena terpapar langsung sinar matahari. Namanya long boat ya nggak ada atapnya.

 

Pemandangan sepanjang perjalanan

 

Sekitar 30 menit --yang terasa cukup lama-- terlihatlah si Batu Kelamin itu. Ada dua, berupa stalaktit yang menjuntai dari atap ceruk tebing karst ke arah permukaan laut. Kira-kira panjang juntaiannya 2 m. Diameter batunya cukup besar, mengecil makin ke bawah, mungkin sekitar 40-60 cm. Bentuknya ya memang mirip alat kelamin laki-laki. Nama lokalnya adalah Bayon. 

 

Terlihatlah si Batu Kelamin itu

 

Memang mirip alat kelamin laki-laki

 

Trippers nggak bisa turun, cukup menikmatinya, memandanginya dan juga bisa menyentuhnya dengan tetap duduk di long boat. Karena memang tidak ada tempat untuk turun. Kalau mau berfoto dengan batunya, bisa diambil oleh teman yang berada di satu long boat. Atau untuk mendapatkan foto yang lebih wide, paling enak datang dengan dua long boat, jadi bisa saling memotret.

 

Bisa menyentuhnya dengan tetap duduk di dalam long boat

 

 

 

Atau cukup berfoto dengan latar batunya

 

Saling memotret antar long boat

 

 

Menurut papan keterangan yang ada di dermaga, Batu Kelamin ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat setempat, dianggap keramat. Pasangan suami istri yang ingin memiliki keturunan bisa berdoa di sini dan meletakkan uang koin di ujung batunya. Hanya itu penjelasannya.

 

 

Sayang memang, nggak ada penjelasan detail tentang asal-muasal batu ini. Pemandu kami juga hanya bercerita, batu ini sudah ada sejak lama. Sempat dia mengatakan --walaupun kurang jelas, bahwa bentuk kedua batu ini tadinya malah menyerupai payudara, lambat-laun berubah menyerupai penis. MyTrip mencoba mencari informasi lebih lanjut di internet, malah menemukan info lain. Katanya, kalau agak surut, akan terlihat di bawah batu ini ada batu lain di dalam air yang berbentuk vagina. Entahlah….

 

Baca juga: "Ke Raja Ampat Beli Oleh-Oleh Apa? Ini 12 Daftarnya!"

 

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Mayawati NH, Teddy Rizaldi
Comment