BERKELANA KE LA LA LAND 2021-08-21 22:50

Tostada di El Tarasco

 

Tahun 2019 saya mendapat undangan ke Los Angeles setelah lebih dari 5 tahun tidak pernah ke Amerika Serikat. Gayung langsung bersambut sampai basah kuyup! Memang, negara satu ini seolah punya segalanya, walaupun tidak se-“sexy” Paris atau London, misalnya. Apalagi tujuannya adalah Los Angeles! Ada apa di sana? Air terjun? Wisata hutan? Atau candi?

 

 

Kami tiba di Bandara LAX pukul dua dinihari. Badan sudah lelah didera 22 jam perjalanan dari Jakarta, rasanya ingin cepat-cepat mandi dan makan sesuatu yang hangat. Kalau sampai di kota-kota Eropa, jam segitu biasanya sudah sepi bak kuburan, toko-toko tutup. Tapi, hey, ini Los Angeles, Bung! Bandara ramai sekali, bahkan ada antrean menuju tempat sewa mobil. Dan ketika kita keluar, masih macet! Alamak, ada perasaan senang, karena mengingatkan suasana Jakarta. Big city boys!

 

Baca juga: “Yuk Merasakan Jadi Artis di Los Angeles

 

Makan apa? Hmm, tidak ada soto! Adanya makanan khas Los Angeles, In-n-Out Burger! Kami kaget lagi ketika jam setengah tiga dinihari kami mencapai In-n-Out Burger dan antrean panjang sampai ke luar gedung! Kami mengantre dengan tabah lalu saya kaget betapa resto burger beken ini sangat amat sederhana menunya. Secara prinsip cuma satu! Mau patty-nya satu atau dua, ekstra keju atau tidak, itu saja. Bedanya hanya satu: ada satu cup acar cabai ala Meksiko. Enaknya di mana? Semua bahannya dibuat fresh, kentangnya panjang-pendek karena dipotong pisau (bukan mesin), patty-nya berkualitas baik. Tidak ada gratis dapat mainan, dapat CD musik, atau promo macam-macam. Murah, sederhana, sedap. Mantap!

 

In-n-Out Burger

 

Resto In-n-Out Burger

 

 “Oh, kamu ada di LA? Yuk besok ketemuan, kebetulan saya ada di LA juga!” kata seorang teman asal Amerika yang saya kenal di Indonesia. Beliau lahir di Los Angeles pula! Guide mana yang lebih baik dari seorang lokal? Maka dengan semangat kami ketemuan dan segera diajak ke sebuah warung ala Mexico yang namanya “El Tarasco”. Suasananya sangat berbeda dengan In-n-Out: interior yang hangat, penuh foto dan gambar, orang-orang berteriak dalam bahasa Spanyol. Masakannya? Tostada, irisan daging sapi panggang dengan bumbu kacang merah, guacamole (pasta alpukat), dibungkus dengan kulit tortila, semacam kulit lunpia dari jagung. Buat orang Indonesia, hidangan ini sangat cocok! Pedas, berempah, sedap! Dan ini Amerika, Bung! Teman saya membayar warung ini dengan kartu kredit!

 

El Tarasco, warung ala Mexico

 

Setelah itu, teman saya mengantar ke pantai yang tidak terlalu touristy --Manhattan Beach! Manhattan Beach ini ternyata bukan di New York, dan adalah tempat kelahiran olah raga volley pantai, yang sekarang jadi salah satu cabor Olimpiade. Dan di Amerika, saya melihat perbedaan besar pada struktur pantainya: tebingnya sangat tinggi, turun pelan-pelan, penuh rumah tapi serba teratur seperti Singapura. Tinggi tebing bisa mencapai 20 meter sebelum mencapai bibir pantai, dan kemudian wilayah pasirnya luas sekali! Bisa dua-tiga kali lebar Pantai Kuta. Jalan mengarungi pasir putih saja kaki bisa pegal! Pasirnya putih dan nyaman, jajaran net voli pantai nampak menghiasi sepanjang Pantai Manhattan. Bersih luar biasa, indah! “Kalau pantai kampung kamu indah begini, ngapain kamu jauh-jauh ke Indonesia mencari pantai?” tanya saya, dijawab senyum oleh teman saya.

 

Manhattan Beach

 

Manhattan Beach, tempat kelahiran volley pantai

 

Beliau mengakhiri tur hari itu dengan berkendara sekitar Los Palos dan Torrance, lokasi tempat beliau lahir dan tinggal sampai sekarang. “Mal ini tempat shooting film Jackie Brown dari Quentin Tarantino…” katanya menunjuk sebuah mal yang memang nampak familiar. “Quentin itu lahir di sini juga, rumahnya kira-kira di sana…” katanya. “Dulu Steven Spielberg juga pernah tinggal di sekitar sini,” katanya. Wow keren! Sampai akhirnya kami berpisah di salah satu budaya Amerika yang populer di Indonesia: kedai kopi Pacific Coast. Sebuah hari yang menyenangkan! Besok mau ke mana?

 

Baca juga: “Panduan Cerdas Eksplor West Coast USA

 

Los Angeles masih menyimpan banyak tempat menarik. Kami memutuskan pergi ke Griffith Observatory untuk berfoto dengan latar belakang tulisan “Hollywood”, sebuah tempat yang nyaman dengan pemandangan indah di atas bukit, namun tarif parkirnya bikin kaget karena mahal. Lalu, kami pergi ke Pantai Malibu --tentu saja melakukan wisata ziarah ke rumah Tony Stark alias Iron Man, yang sudah gugur memperjuangkan nasib umat manusia melawan Thanos. “Rumahnya yang di atas bukit, kamu bisa lihat dengan mudah dari tepi jalan,” kata seorang teman. “Waktu shooting film End Game hampir semua jalan ke situ ditutup,” sambungnya lagi. Keren!

 

Tulisan “Hollywood” di kejauhan

 

Pantai Malibu

 

Hari itu kami sarapan khas Amerika --di sebuah “diner” dengan menu pancake. Astaga, porsinya bisa kasih makan warga satu RT di Petamburan! Besar sekali, tebal dan ukuran raksasa semua, sampai kami bungkus karena tidak habis.

 

Pancake di Diner

 

Lalu, ada lagi makan siang yang menarik: Kentucky Fried Chicken! Agak sulit mencari gerai ini di Los Angeles. Yang kami cari adalah menu KFC Indonesia di era 1990-an. Di sini tidak ada saus sambal maupun versi “Hot n Crispy”. Yang ada versi Original Recipe, satu buah roti jagung (corn bread) yang hangat dan manis, satu cup kentang tumbuk dengab kuah gravy, serta cole slaw: cacahan kol putih dingin dengan saus mayonaise asam. Aduh, nikmat sekali! Bumbunya lebih berempah dari KFC versi Indonesia. Top!

 

Menu KFC favorit

 

Roti jagung

 

Cole slaw

 

Kami menghabiskan sore hari ke pantai yang tentu saja terkenal: Pantai Santa Monica alias Santa Monica Beach. Dengan siluet bianglala di pojok sana, mengingatkan pada judul film Beverly Hills 90210 (btw, kami juga lewat rumah yang dipakai shooting film ini di Manhattan Beach). Pantai luas dan nyaman, lebih lebar lagi dari Manhattan. Dan di jalan rayanya, semakin malam semakin meriah, dan sebuah lagu Sheryl Crow yang terdengar dari radio (Sheryl juga pernah tinggal di sini) seolah menyimpulkan suasana malam itu:

 

All I wanna do, is have some fun. Until the sun goes down on the Santa Monica Boulevard….”

 

Ngebir di Santa Monica Beach

 

Santa Monica Boulevard

 

Senja di Santa Monica

 

Kangen Los Angeles nih!

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment