BISA BANGET LHO SEHARIAN EKSPLOR 4 CURUG KEREN DI PAMIJAHAN BOGOR 2021-10-06 15:45

Curug Susun

 

Berbekal semangat untuk membuat dokumentasi curug-curug yang berada dalam satu kawasan, pertengahan September 2021 lalu MyTrip mengeksplor Kampung Raina Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dalam sehari kami mendatangi Curug Kiara yang posisinya paling depan, lalu Curug Bidadari yang terjauh, on the way balik mampir ke Curug Susun yang nyaris tak terlihat. Curug Batu Ampar terpaksa kami skip karena ada curug lain di luar rute 4 curug ini yang juga menggoda, dan berjarak cukup dekat, Curug Bungsu namanya. Melakukan perjalanan ini di hari kerja sungguh menyenangkan karena kami nyaris tak ketemu pengunjung lain.

 

Hanya MyTrip dkk di Curug Kiara

 

Cara ke Kampung Raina dari Jakarta bisa dibaca detilnya di artikel sebelumnya tentang Curug Walet dan Curug Kiara. Durasi perjalanan dengan mobil total sekitar 2,5 hingga 3 jam.

 

Curug Kiara

 

Di gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak kita harus membayar retribusi Rp10.000 per orang. Sekitar 10 menit dari situ, parkirlah mobil di area parkir Curug Seribu. Kalau naik motor, parkirnya masih bisa lebih di atas lagi.

 

Trekking melalui jalur batu ataupun beton, lalu sambung mengikuti saluran air, hingga mencapai gerbang Curug Walet selama 30-40 menit. Dari situ karena tujuan MyTrip ke Curug Kiara, jadi kami ambil jalur ke kanan.

 

Gerbang Curug Walet. Untuk ke Curug Kiara dkk ke arah kanan

 

Rute trekking hingga ke Curug Kiara dan gambaran keindahannya bisa dibaca di sini. Tiket masuk untuk 4 curug Rp20.000.

 

Nah, selesai dari Curug Kiara, Trippers bisa melanjutkan ke 3 curug lagi yang satu rute. Yang paling dekat yakni Curug Batu Ampar, lalu Curug Susun, dan terakhir Curug Bidadari. Ini tentu beda dengan Curug Bidadari di kawasan Sentul ya.

 

MyTrip memilih ke yang paling jauh dulu, Curug Bidadari. Perjalanan naik turun melewati jalur setapak yang berupa susunan batu-batu kali maupun tanah merah keras, di tengah hutan yang masih asri. Nggak ada yang terjal, terbilang ringan. Jalan santai hanya membutuhkan waktu 15 menit dari Curug Kiara ke Curug Bidadari.

 

Suasana jalurnya masih sangat asri

 

Curug Bidadari tingginya hanya sekitar 7 m, membentuk dua tingkatan yang tidak terlalu kentara. Kita tiba dari sisi samping curug, lalu bisa turun mendekati atau masuk ke kolam alami yang terbentuk di bawahnya. Kolamnya nggak terlalu dalam dan bisa direnangi tapi buat yang nggak bisa berenang tetap harus cek dulu, karena kedalaman air tergantung pada debit dan curah hujan saat itu. Air kolam mengalir membentuk sungai dangkal berbatu yang cukup lebar di depan curug.

 

Tiba di bagian samping Curug Bidadari

 

Sebenarnya, untuk mendapatkan angle terbaik Curug Bidadari, Trippers harus turun ke aliran sungai bagian bawah agar ada foreground aliran air dan batu-batu besar di depan curug utamanya. Tapi MyTrip tak melakukannya karena arusnya cukup deras saat itu.

 

Curug Bidadari. Akan lebih bagus kalau memotretnya jauh lebih turun lagi dari posisi ini

 

Di area Curug Bidadari hanya ada satu pondokan terbuka yang kurang terawat. Nggak ada warung maupun toilet.

 

Puas bermain di Curug Bidadari MyTrip berjalan ke arah kembali, sekitar 5 menit tibalah di pertigaan menuju Curug Susun. Nah petualangan dimulai. Begitu tiba di aliran air, kami bingung mana curugnya. Penanda juga tak terlihat (sebenarnya ada, tapi kami tak melihatnya). Akhirnya kami mencoba menyusuri tepi sungai berbatu-batu tersebut. Bagian tengah sungai juga nggak dalam sih. Sampai terlihatlah curugnya setelah berjalan susah-payah di antara batu-batu dan aliran air selama +/-5 menit.

 

Baca juga: “Begini Nih Rasanya Berendam di Curug Baliung yang Tak Jauh dari Jakarta

 

Kalau Trippers melihat foto Curug Susun di gerbang depan dan gerbang kedua, ada dua versi penampakan. Pertama seperti foto yang MyTrip ambil di bawah ini. Curug kecil dan pendek dengan batang pohon melintang di depannya, serta terlihat ada 3 curug paralel di atasnya.

 

Curug Susun versi pertama (sama dengan di foto utama)

 

Untuk mendapatkan angle yang lebih baik, Raiyani Muharramah, fotografer MyTrip, sampai harus naik ke atas pohon. Hasil fotonya seperti yang terlihat di foto utama artikel ini.

 

Memanjat pohon untuk memotret Curug Susun

 

Masih dari lokasi yang sama, tapi agak mentok ke sisi kanan persis di depan curug, kita bisa memotret Curug Susun tanpa terhalang batang pohon melintang, tapi curug bagian atasnya hanya satu yang terlihat.

 

Curug Susun dari pojok kanan

 

Penampakan kedua, seperti yang terlihat di baliho di gerbang kedua ini. Terlihat ada 3 curug paralel berdampingan. Karena kami tak didampingi pemandu, jadi kami tak menemukan jalan untuk memotret Curug Susun bagian atas tersebut. Belakangan kami tahu, ada jalur lain untuk sampai di situ.

 

Penampakan lain Curug Susun

 

Sebenarnya enak banget berendam dan bersantai di Curug Susun nan sepi dan asri ini. Tapi waktu kami tak banyak, lapar juga telah melanda perut. Kami bergegas kembali ke gerbang di mana terdapat warung yang menyediakan mie instan, menu favorit saat eksplor curug, haha. Makanya Curug Batu Ampar kami skip, karena kalau lihat fotonya sih, nggak lebih istimewa dibanding Curug Bidadari dan Curug Susun.

 

Nah, dari situ, setelah isi perut, barulah kami ke curug satu lagi, beda jalur dengan Curug Kiara dkk, tapi sangat dekat. Curug Bungsu. Cekidot tulisan selanjutnya ya….

 

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Mayawati NH, Raiyani Muharramah
Comment