MENGINGAT PELANGI BATIK SUNDA 2021-10-03 10:15

Heboh memilih-milih batik di rumah produksi batik

 

Sawaluranning tulis ma, pupunjengan tanya, asup kana gati, higul-higulan, kekembangan, alas-alasan, urang-urangan, bibilahan, seserangan, tataru hata, a_ _ _ _kembang taraté, sing sawatek tulis ma, lukis tanya.” Kepada tukang batik dapat ditanyakan macam-macam batik seperti pupunjungan, hihinggulan, kekembangan, alas-alasan, urang-urangan, memetahan, sasirangan, turuk ata, kembang tarate, demikian puJa hal ikhwal mengenai lukisan-lukisan, tanyakan kepada pelukis. (“Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Naskah Kuno Sunda tahun 1518).

 

Motif kekembangan

 

Kalau kamu mendengar kata “batik”, daerah manakah yang langsung terbayang? Jogja, Solo, atau Pekalongan? Ya, rata-rata semua berada di Provinsi Jawa Tengah! Padahal, banyak daerah lain juga memiliki budaya membatik, baik yang baru-baru ini berkembang maupun yang sudah sejak dahulu. Wilayah Jawa Barat atau Tatar Sunda adalah salah satu daerah yang memiliki tradisi batik yang cukup lama. Bahkan dalam “Sanghyang Siksa Kandang Karesian”, sebuah naskah Sunda kuno yang ditulis tahun 1518, sudah disebutkan beberapa motif batik khas Sunda seperti kembang tarate (bunga teratai) atau alas-alasan (motif hutan).

 

Aneka motif batik

 

Saya bukanlah seorang ahli batik, namun saya berpengalaman menjelajahi tiga wilayah batik utama di Jawa Barat bersama Tur Batikuliner Komunitas Jalansutra: Cirebon, Tasikmalaya, dan Garut!

 

Wilayah Cirebon masih masuk ke Provinsi Jawa Barat, meskipun bahasa di sini sudah berbeda dengan wilayah Sunda lainnya. Meskipun relatif dekat dengan wilayah Pekalongan yang merupakan pusat batik pesisiran, sentra batik Trusmi di Cirebon memiliki motif dan warna yang berbeda dengan Jawa Tengah. Warna-warna cerah khas pesisiran mendominasi di sini, dengan sebuah motif khas yang tiada duanya: motif mega mendung alias awan yang berlapis-lapis. Jangan salah! Motif yang kelihatannya sederhana ini membutuhkan ketelitian tinggi, karena gradasi warna awan dari bagian luar ke bagian dalam harus dicelup satu-per satu, bahkan sampai tujuh lapis!

 

Penulis di toko rempah jamu dengan batik Mega Mendung Cirebonan

 

Di Trusmi ada batik Pak Katura yang memiliki aktivitas unik. Penggemar batik bisa memesan tempat untuk belajar batik: pihak sanggar akan menyediakan canting, lilin, kursi, dan selembar kecil kain putih. Kemudian pengunjung bisa membuat motif tertentu, dan belajar menggunakan canting. Ternyata sulit sekali! Karena menggunakan lilin yang cepat mengeras, kita perlu berkali-kali memanaskan canting, dan dalam proses ini kalau tidak hati-hati maka ada tetesan lilin pada kain sehingga merusak motifnya. Saya malah bercanda, saking banyaknya tetesan ini, batik buatan saya namanya “Parang Kepret”! Sanggar Batik kemudian mencelup kain buatan kita, lalu keesokan harinya dikirim ke kamar hotel. Wow senang sekali, bisa merasakan sulitnya membatik sendiri, membuat kita rela membayar harga untuk batik yang ditulis selama berbulan-bulan!

 

Menggunakan canting seperti pembatik ini tidak mudah

 

Selain Cirebon, Kota Garut juga memiliki budaya batiknya sendiri. Meskipun tidak sebesar di Cirebon, kita bisa melihat motif unik seperti Merak Ngibing alias merak yang menari, dengan untaian motif bulu ekornya yang luar biasa indah. Pengalaman mencari batik di sini berbeda dengan di kota besar. Kami mengunjungi banyak rumah produksi batik, dari satu rumah ke rumah lainnya. Di setiap rumah kami disuguhi makanan khas setempat, misalnya rebusan kacang tanah dan singkong serta secangkir teh. Kemudian, dimulailah aktivitas “perburuan” batik: di mana pengunjung memilih mana yang disuka dari koleksi batik yang ada. Beberapa ibu-ibu penyuka batik ada yang nampak bengong alias “ngahuleng” istilah Sundanya, jika budget yang ada tidak mampu untuk membeli semua motif yang disuka. Hidup adalah pilihan!

 

Berpose bersama batik-batik pilihan

 

Hidangan sederhana tapi sedap di rumah batik

 

Salah satu hidangan “awug” khas Sunda di Garut

 

Tasikmalaya, sejak namanya masih Sukapura, sudah menjadi pusat batik Jawa Barat. Meskipun motif batik Tasikmalaya cenderung sederhana, namun warnanya yang cerah dan motifnya yang geometris membuat hati tetap semangat membeli. Dan ada satu kegiatan yang bisa dilakukan teman-teman di sini, yakni belajar mengikat samping alias sarung! Ini adalah solusi bagi teman-teman yang tidak rela memotong batik kesukaannya untuk dijadikan kemeja. Lipat saja! Memang tidak mudah, namun bisa dipelajari dan begitu sudah bisa, wow! Ternyata bisa menambah percaya diri dengan wastra indah yang menghiasi keseharian kita.

 

Jajaran batik Tasikmalaya

 

Pembatik di Tasikmalaya

 

Berpose di antara batik Tasikmalaya

 

Yuk, menjelajah dan mengenal batik Sunda lebih dekat!

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment