BERTUALANG KE DANAU GARDA DAN VERONA DI ITALIA 2022-09-28 06:00

Danau Garda

 

Ke mana kita hari ini? Kebetulan posisi kami berada di Verona Italia. Oke, pastilah akan melihat Arena, colloseum mini di Verona, serta patung Romeo dan Juliet. Tapi, itu ‘kan cuma sebentar. Sisanya ke mana? “Mampirlah ke Danau Garda. Tempat itu indah sekali, ada beberapa tempat yang bisa dilihat. Ada Sirmione, ada juga Lazise!” kata seorang kawan asal Bergamo, yang terletak tak jauh dari Verona. Oke, kita coba!

 

Baca juga: “Bistik Ala Sultan Fiorentina di Mantova Italia

 

Danau Garda terletak di sebuah persimpangan budaya. Di sebelah utara ada Kota Trento, perbatasan antara Italia dan Austria, jalur masuk ke Pegunungan Alpen. Lalu bagian selatan danau ini terbagi dua: bagian barat Provinsi Lombardia (dengan ibu kota di Milan), dan bagian timur Provinsi Veneto (dengan ibu kota di Venesia), nun jauh di Laut Adriatik dengan gondolanya. Danau ini cukup besar, memiliki keliling 158 km, sehingga seorang teman pehobi sepeda bisa mengelilinginya selama kira-kira 4 jam.

 

Baca juga: “Itinerary Keliling Italia Utara 10 Hari (Bagian 1)

 

Memasuki wilayah Danau Garda dari Verona, terlihat bukit-bukit indah dengan tanaman anggur dan apel di mana-mana. Ya, karena aliran air dan kelembaban dari danau, wilayah ini terkenal subur. Untuk menambah suasana Italia, kami menyetel lagu Nessun Dorma dari Luciano Pavaroti, ketika jalanan membelok kanan di Peschiera del Garda dan mulai menyusuri tepi danau. Keren! Nessun dorma: none shall sleep, jangan memejamkan mata. Rugi, saking indahnya!

 

Baca juga: “Temukan Pengalaman Kuliner Terbaik di Italia Selatan

 

Kami berkendara sambil menikmati cahaya matahari bulan September yang terbawa oleh angin dingin dari danau. Cerah, tetapi sejuk! Kami mencapai Sirmione, sebuah semenanjung kecil yang menjorok ke tengah danau, di mana satu squadron aerobatik udara sedang beraksi dengan asap tiga warna sesuai bendera Italia: hijau, putih, dan merah. Tapi, ada satu masalah: parkir! Parkir di mana? Pasca-Covid, dan sebelum masuk ke musim dingin yang dibayangi ancaman penghentian suplai gas dari Rusia, turisme di sini sangat membludak. Kami hanya bisa menikmati keindahan Garda dari jendela mobil. Repot juga, apalagi harus konsentrasi ekstra karena di sini setir kiri. Lalu, kami melihat sebuah gerbang masuk ke desa dengan tulisan “Lazise” di depannya, dan sebuah tempat parkir besar sekali di seberangnya. Ah, pucuk dicinta ulam tiba!

 

Gerbang masuk ke desa dengan tulisan “Lazise” di depannya

 

Setelah membayar parkir dengan gaya seperti di kawasan Jalan Sabang Jakarta (sekarang masih atau nggak ya?), kami lalu melenggang masuk ke Lazise. Dari bentuk bentengnya, terlihat bahwa kota ini di bawah pengaruh Veneto --bentuknya kotak dengan takik huruf V mirip dengan di Piazza San Marco di Venesia. Rupanya Lazise berasal dari kata “lacus” yang artinya desa di tepi danau.

 

Desa di tepi danau

 

Salah satu sudut Lazise

 

Begitu masuk ke pagar, saya merasa masuk ke mesin waktu. Tidak ada mobil, hanya pejalan kaki, dengan lantai dari batu, dan bangunan-bangunan kuno yang terawat baik. Ciri khas Italia: warna bangunannya cerah! Ada merah, kuning, dan putih. Semuanya nampak menyala diterpa sinar indah dari mentari di siang hari musim gugur. Di ujung sana, hamparan danau dan langit luas berwarna biru azurri. Ah, inilah yang disebut “bella Italia” -Italia yang cantik! Di jendela nampak pohon hijau dan berbunga menambah indah pemandangan. Saya sempat mampir ke sebuah gereja di tepi pelabuhan, yang ternyata adalah Pieve Romanica di San Nicolo --sebuah kapel bagian dari pelabuhan yang dibangun di abad ke-12. Wow, luar biasa! Tak lupa kami mampir ke toko gelato dan menikmati sejuknya satu cup straciatella. Of course!

 

Pejalan kaki, lantai batu, dan deretan bangunan kuno yang terawat baik

 

Jendela berhiaskan pohon hijau

 

Ciri khas Italia

 

Lukisan abad ke-12 di San Nicolo, Lazise

 

Setelah puas melihat Lazise, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Verona. Kalau Danau Garda rame, Verona lebih rame lagi! Kunjungan wisata wajib di sini ada dua: Arena, sebuah bangunan yang menjadi studi untuk membangun colloseum di Roma. Arena ukurannya lebih kecil dan dibuat tahun 30 AD. Sekarang Arena digunakan sebagai gedung pertunjukan seni dan kebetulan malam itu sedang ada pageralan seni musik pop Italia.

 

Baca juga: “Itinerary Keliling Italia Selatan 10 Hari (Bagian 1)

 

Lalu kunjungan wajib kedua adalah rumah keluarga Capuletto alias Capulet --yang menjadi inspirasi kisah Romeo dan Juliet karya William Shakespeare. Turis-turis antre berfoto dengan memegang dada Julia, tanpa tahu mengapa. Aneh juga ya! Lalu di atasnya ada balkon tempat konon Julia di atas sana dan Romeo di bawah main gitar menyanyikan lagu cinta. Sekarang sudah jadi museum dengan karcis masuk. Duh, saya kok merasa ini sih bukan romantis, tapi komersil! Ribuan orang berdesakan berfoto di tempat Romeo dan Juliet pacaran, padahal Romeo dan Juliet ‘kan cuma karangan? Entah, dalam suasana riuh rendah seperti ini, saya kok lebih suka ke Lazise. Embusan angin sepoi-sepoi dan secangkir capucino di tepi Danau Garda, kayaknya lebih menarik daripada antre memegang dada Juliet. Yuk, kembali ke Danau Garda!

 

Tepi Danau Garda

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment