SUDAH PADA KANGEN LIBURAN KE BALI YAAA? 2021-07-10 00:30

 

Bali kini pasti sepi lagi, sejak diberlakukan PPKM Darurat (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat) 3-20 Juli 2021. Padahal tiga minggu sebelumnya, 16-20 Juni 2021, saya sempat melihat secercah harapan, pariwisata Bali mulai menggeliat lagi, meski perlahan. Harapan yang –jujur—diselipi kecemasan juga, terutama saat melihat fenomena baru menjamurnya angkringan di kawasan Kuta.

 

Baca juga: “Bali, Jangan Sedih… Kami Akan Meramaikanmu Lagi…

 

Tapi sementara di malam terakhir di Bali saya disuguhi bangkitnya Bali dalam wujud keramaian di sederet angkringan di Jl. Dewi Sri Kuta, Minggu pagi, esoknya, saya menyaksikan Legian dan Kuta yang beku kesepian. Banyak kafe, bar, resto, spa, butik, hotel, dll tutup. Terbayang riuhnya kawasan ini di Minggu pagi jam 10 dalam kondisi normal. Memang sudah mulai ada yang buka, sudah terdengar denyut aktivitas meski lemah. Area-area parkir di depan pagar tembok Pantai Kuta diisi beberapa mobil dan cukup banyak motor. Tapi jelas, tak ada macet seperti biasa terjadi dahulu.

 

Legian sepi

 

Gerbang Pantai Kuta

 

Saya menutup sisa hari di Bali dengan menyantap iga babi dan sate babi di Wahaha Jl. Sunset Road No.1689 Seminyak. Kami bertiga menjadi tamu pertama di resto yang terbilang luas ini. Hingga kami selesai makan jam 12, hanya nambah 1 rombongan kecil lainnya di resto ini.

 

Iga babi Wahaha

 

Krisna yang kami mampiri untuk sekadar mencari pia susu juga lengang. Parkiran jauh dari padat. Tapi antrean masuk ke Bandara Ngurah Rai dengan syarat menunjukkan hasil tes antigen cukup ramai, meski tak sepadat biasanya. Dan, tertib. Syukurlah.

 

Baca juga: “5 Tips dan Trik ‘Work from Bali’

 

“Buy Bye Bali” terlihat saat saya memasuki area boarding room. Tak terpikir kalau trip dadakan ke Bali ini bakal sangat saya syukuri karena dua minggu kemudian PPKM Darurat diberlakukan. Bersyukur juga kami aman, berkat menjalankan prokes ketat selama di Bali, terutama menghindari kerumunan.

 

“Buy Bye Bali”

 

Beberapa objek wisata yang kami eksplor memang sepi pengunjung. Dimulai dari penyeberangan dengan kapal ferry dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi ke Pelabuhan Gilimanuk Bali. Penumpangnya sedikit sekali. Jaga jarak bukan hal yang sulit.

 

Naik ferry di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi

 

Menginap di Tuke Menjangan di Desa Pejarakan, tak ada tamu lain. Menyelam di Pemuteran, juga hanya kami berdua plus dive guide-nya tentu saja. Saat menyelam di Pulau Menjangan, kami baru bertemu dua rombongan kecil lain saat mampir makan siang di Pulau Menjangan.

 

Bersantai di Tuke Menjangan

 

Menyelam di Pemuteran

 

Dermaga Pulau Menjangan

 

Mengejar lumba-lumba di Lovina, awalnya saya pikir hanya ada perahu kami. Sedih amat…. Tapi ternyata belakangan terlihat sekitar setidaknya 10 perahu. “Biasanya bisa 50-an, Mbak….” kata tukang perahu kami. Hotel Melamun yang kami pilih di Lovina juga hanya terisi dua kamar.

 

Pantai Lovina, pagi buta

 

Hotel Melamun di Lovina

 

Air Terjun Sekumpul, yang kami masuki dari Desa Lemukih, sami mawon. Petugas tiket bilang, karena sepi tamu, harga malah mereka turunkan. Ah, baik sekali. Kami hanya berpapasan dengan dua wisman di air terjun tertinggi di Bali ini. Wisman? Iya dua cewek bule. Mungkin mereka memang tinggal di Bali. Sama seperti kondisi di Kynd Community di Seminyak yang penuh bule, ya memang mereka bukan baru-baru ini datang ke Bali.

 

Air Terjun Sekumpul

 

Memasuki Sanur, penginapan yang punya cukup banyak vila, Sanur Art Villas, sependengaran kami juga hanya terisi dua vila. Dan malam itu kami makan malam di Bucu Sanur, sampai kami beranjak, tak ada satu pun tamu lainnya. Padahal suasana resto dan masakannya juaraaa….

 

Ayam sere limo,salah satu menu andalan di Bucu Sanur

 

Beyond The Cliff di Uluwatu, yang memang sedang naik daun, cukup ramai menjelang sunset. Kebayang betapa padatnya kalau pandemi sudah tak lagi mengintai hidup kita.

 

Beyond The Cliff di Uluwatu

 

Hal yang sama terlihat di Sate Babi Bawah Pohon di Kuta, lumayan ramai, tapi masih banyak meja kosong. Terlihat juga antrean abang ojol yang tak panjang.

 

Sate Babi Bawah Pohon, tak terlalu penuh

 

Sate Babi Bawah Pohon yang maknyus

 

Menuliskan ini, saya auto kangen Bali. Pingin segera kembali. Tapi tampaknya kita semua masih harus bersabar lagi…

 

 

Teks & Foto: Mayawati NH (Maya The Dreamer)
Comment