SHORT ESCAPE KE DIENG NGGAK PAKE CUTI. BISA KE MANA SAJA? 2020-12-21 20:35

 

Bingung weekend mau ke mana sementara udah merasa bosan banget karena butuh piknik? Takut jalan-jalan ke mal karena covid? Mau pergi naik pesawat tapi masih takut? Nah… pas banget nih ada alternatif yang ocree banget. Yukss cuusss ke Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Nggak pake cuti lho, dan nggak pake naik pesawat, dan yang pasti ke alam terbuka, jadi nggak was-was.

 

Pertanyaannya, gimana cara perginya kalau nggak pake pesawat? Ada dua alternatif yang bisa digunakan untuk menuju Dieng, yaitu dengan membawa mobil sendiri atau dengan naik kereta api. Kalau bawa mobil, ya bisa lebih fleksibel dan langsung aja menuju Dieng. Tapi jika mau naik kereta, ada jadwal kereta yang harus diperhatikan.

 

Baca juga: “Short Escape Seharian ke Cirebon, ke Mana Saja?

 

Jumat malam, berangkat dari Stasiun Gambir Jakarta dengan kereta Taksaka 86 tujuan Purwokerto pukul 21.30, sampai Purwokerto pukul 02.28 dini hari. Dini hari tiba di Kota Purwokerto memang agak jadi masalah. Karena itu penting banget untuk janjian dengan trip organizer atau sewaan mobil yang bisa jemput kita di stasiun KA Purwokerto jam segitu.

 

Waktu itu sih kami tiba di Purwokerto pukul.3.30. Selesai dijemput sekitar pukul 04.00 kami langsung cuuuussss ke Pasar Wage Purwokerto untuk cari sarapan khas setempat. Kami mampir di rumah makan yang menghidangkan nasi gudeg khas Purwokerto yang memang buka dari jam 02.00 dini hari. Nasi gudeg dengan opor ayam kampung dan santan kental bumbu opornya yang lezat bikin mata kami yang agak ngantuk langsung melek, hehehe.

 

Baca juga: “Tempat Terbaik Melihat Pemandangan Dua Telaga di Dieng

 

Setelah makan, perjalanan dilanjutkan ke Wonosobo. Sekitar pukul 08.30 kami tiba di alun-alun kota Wonosobo. Turun, foto-foto sebentar di alun-alun sambil  menikmati camilan khas Wonosobo, kemudian perjalanan kami lanjutkan ke Dieng. Sekitar pukul 11 .00 siang kami tiba di Kawah Sikidang.  Matahari bersinar terik tapi langit biru yang ciamik mengundang untuk diabadikan dalam foto. Setelah puas menikmati Kawah Sikidang, kami lanjutkan perjalanan menuju Telaga Warna, foto-foto keren tak ketinggalan.

 

Telaga Warna dan Telaga Pengilon dilihat dari Batu Pandang

 

Sekitar pukul 17.00, setelah menaruh tas di homestay, kami kembali berjalan kaki untuk menikmati kemegahan Kompleks Candi Dieng. Candi Dieng merupakan kumpulan candi yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Kawasan Candi Dieng menempati dataran pada ketinggian 2.000 mdpl.

 

Kumpulan candi Hindu beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 ini diduga merupakan candi tertua di Jawa. Sampai saat ini belum ditemukan informasi tertulis tentang sejarah Candi Dieng, namun para ahli memperkirakan bahwa kumpulan candi ini dibangun atas perintah raja-raja dari Wangsa Sanjaya.

 

Baca juga: “Golden Sunrise Terbaik di Jawa Tengah Ada di Sini

 

Di kawasan Dieng ini ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 808 M yang merupakan prasasti tertua bertuliskan huruf Jawa kuno yang masih ada hingga saat ini. Sebuah Arca Syiwa yang ditemukan di kawasan ini sekarang tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Pembangunan Candi Dieng diperkirakan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama yang berlangsung antara akhir abad ke-7 sampai dengan perempat pertama abad ke-8, meliputi pembangunan Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi dan Candi Gatutkaca. Tahap kedua merupakan kelanjutan dari tahap pertama, yang berlangsung sampai sekitar tahun 780 M.

 

Luas keseluruhan Kompleks Candi Dieng mencapai sekitar 1,8 x 0,8 km2. Candi-candi di kawasan Candi Dieng terbagi dalam 3 kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang dinamakan berdasarkan nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata. Ketiga kelompok candi tersebut adalah Kelompok Arjuna, Kelompok Gatutkaca, Kelompok Dwarawati dan satu candi yang berdiri sendiri adalah Candi Bima.

 

Setelah puas berfoto ria di pelataran Candi Dieng, kami kembali ke homestay dan disambut dengan makan malam yang sudah terhidang di atas meja. Makan malam sederhana yang kami santap dengan lahap, ditutup dengan hidangan teh manis hangat untuk mengantar istirahat di dinginnya cuaca Dieng.

 

Baca juga: “Tempat di Mana Kawah dan Candi Saling Intim

 

Sekitar pukul 01.30 dini hari, perjalanan menuju puncak Gunung Prau kami mulai. Tujuan utama trip kami ini memang mendaki Gunung Prau. Kami memakai pakaian lengkap karena hawa dingin yang menusuk, tak lupa juga membawa minuman hangat untuk diminum di puncak gunung. Perjalanan menuju puncak Gunung Prau dapat ditempuh dalam waktu 3-4 jam saja, tergantung pace masing-masing orang.

 

 

Tepat pukul 05.00-an saya sampai di Puncak Gunung Prau (2.565 mdpl). Walau matahari belum muncul, tapi langit di ufuk timur perlahan mulai menampakkan semburat jingga. Sejenak saya berhenti untuk menikmati karunia alam yang begitu luar biasa. 

 

 

 

Sambil menunggu terbitnya sang mahadaya sumber kehidupan, kami menikmati udara dingin ditemani minuman hangat yang kami bawa dari homestay. Tiada nikmat lain yang kami rasakan, markotop abisssss.

 

 

Setelah puas menikmati sunrise, sekitar pukul 06.15 kami turun dari puncak Gunung Prau, tiba kembali di homestay sekitar pukul 9. Sarapan di homestay, beres-beres, kemudian sekitar jam 11-an kami segera kembali ke Jakarta dengan menumpang pesawat dari Kota Yogyakarta. Perjalanan dari Wonosobo, Dieng ke Yogyakarta kami tempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam. Kalau tidak mau naik pesawat tentu bisa pilih naik kereta lagi, tinggal disesuaikan jadwalnya.

 

 

Tips:

- Jangan lupa membawa baju hangat karena udara Dieng sangat dingin.

- Jangan lupa siapkan minuman hangat di termos kecil sebelum memulai pendakian.

- Perhitungkan waktu tempuh Dieng-Yogyakarta sehingga tidak terlalu mepet dengan jadwal keberangkatan pesawat ataupun kereta Yogyakarta–Jakarta.

- Perhitungkan kapasitas mobil sewaan sehingga didapat sharing cost yang ideal dan kita tetap nyaman di dalam mobil sewaan.

 

 

 

Teks: Anita Hia Foto: Priyo Tri Handoyo
Comment