MAU HIDUP YANG INDAH ATAU SEDERHANA? 2021-04-12 17:10

Rendang RM Sederhana Jaya 

 

“Semua nasi padang rasanya sama!”.... eh, benarkah begitu?

 

Menjelang bulan Puasa, di mana rumah makan Padang rata-rata tutup di siang hari, kita baru merasakan betapa berartinya kehadiran mereka di hidup kita. Boleh jadi, dalam perjalanan atau di sela-sela meeting, makan siang nasi padang menyajikan solusi cepat, tepat, dan ekonomis! Tetapi... apakah semua nasi padang sama saja rasanya? 

 

Kali ini, sebagai tribute untuk bungkusan tubular kesayangan Indonesia ini, saya ingin membandingkan dua nasi padang yang berbeda. Yang satu membuat hidup indah, yang satu membuat hidup sederhana. Tapi, dua-duanya happy ending alias berjaya! Yak: RM Indah Jaya Minang cabang Gading Serpong, dan RM Sederhana Jaya Ruko Alicante Paramount Serpong!

 

Rendang RM Indah Jaya

 

RM Indah Jaya Minang punya kisah yang menarik. Konon dulunya berakar di kawasan pecinan Kota Padang, kemudian membuka tempat di Alam Sutera, Tangerang. Bermodalkan jurus memasak ala Padang asli, berbekal beras yang (konon kabarnya) diimpor dari Solok, hadirlah resto ini dengan interior cukup mewah di “Serambi Tangsel” yang namanya Alam Sutera. Astaga, ramai nian! Mobil berjajar di kompleks ruko yang biasanya sepi, suasana riuh-rendah setiap makan siang. Dalam keadaan hamil tua, istri saya pernah “ngidam” nasi padang Indah Jaya Minang, karena mirip dengan versi Jambi tempat kelahirannya. Pas saya turun, “Sudah habis, Pak!” kata orangnya. Cilakak! Setelah lapor, istri saya bilang, “Sudah, saya saja yang bicara.” Beliau pun turun, dan kembali ke mobil membawa sebungkus nasi padang Indah Jaya Minang, walaupun cuma setengah porsi. Solidaritas Sumatera!

 

Dendeng Balado RM Indah Jaya Minang

 

RM Sederhana Jaya punya sejarah yang sangat berbeda. Sama sekali tidak mentereng, bahkan sempat sepi ketika pertama buka di komplek ruko yang memang belum ramai. “Kami terus berjuang Pak, sampai kira-kira setahun kemudian mulai ramai,” kata manajernya, berbarengan dengan banyaknya pekerja yang datang membangun cluster di sekelilingnya. Sesudah cluster itu berpenghuni, barulah Sederhana Jaya ini berjaya lagi, karena banyak penghuni melakukan repeat order setiap minggu.

 

Rendang RM Sederhana Jaya

 

Kalau dibilang gagraknya, Sederhana Jaya bisa dibilang gagrak “Panda” alias Padang-Sunda. Meskipun yang disajikan resepnya Minang, namun memanggil karyawannya dengan “Punten Kang” akan mendapat lebih banyak ekstra kuah gulai daripada “Halo Uda”. Dan kami pun mengamati pentingnya peranan peracik nasi padang ketika pesan dibungkus: kalau yang meracik si Akang kurus berkumis tipis, pasti nasinya pas, kuahnya tidak terlalu becek, dan kombinasi bumbunya bak pertemuan Juanda dan Gajah Mada: HARMONIS!

 

Baca juga: “Nasi Goreng Tiarbah, Berani Rempah, Berani Pecah!

 

“Enak mana?” tanya istri saya, dan sungguh ini pertanyaan yang sulit dijawab. Ada kalanya kangen yang Sederhana Jaya, ada kalanya rindu kampuang nan jauh di mato ala Indah Jaya. Sederhana Jaya lebih mewakili selera umum yang tidak terlalu pedas, cenderung gurih sedikit asin, versi kalem cuy ala preman Braga. Tapi, ketika mencicipi sambal hijaunya, pedasnya masih terasa, ayam gorengnya mak nyus tenan akibat minyak kelapa. Nah, kesetiaannya menggunakan kelapa sebagai sumber umami menjadikannya Minang sejati! Sementara Indah Jaya Minang mewakili selera asli Padang: aroma yang tajam, rasa yang pedas, bumbu herbal yang rumit dan berani, bahkan warna tegas merah, kuning, dan hitam bak bendera trah Minangkabau.

 

Baca juga: “Nasi Bakar, Hidangan Fatamorgana

 

“Jadi, enak mana???” kata istri saya sambil melotot, tentunya ingin menekan saya memilih kesukaan dia, yakni gagrak asli Padang yang lebih pedas. Saya berpikir keras, bagaimana menjawab secara diplomatis. “Begini Say, namanya hidup itu, boleh lah sebulan sekali ‘indah’, tapi kalau seminggu sekali ya mendingan ‘sederhana’....” jawab saya sambil tersenyum!

 

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan untuk yang melaksanakannya, semoga lancar ibadahnya!

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment