URAAAA…. HAPPY ENDING DRAMA MALDIVES TRIP SAAT PANDEMI 2022-03-12 00:50

Uraaaa…. Happy ending!

 

Bepergian ke luar negeri saat pandemi apalagi hanya buat holiday, bukan untuk urusan keluarga mendesak ataupun pekerjaan penting, pastilah dianggap konyol. Apalagi saat si Omicron masih berkeliaran. Tapi, sungguh, tidak dengan maksud konyol apalagi sok jago dan cari susah, saya dan rombongan teman diving (12 orang dari Jakarta dan 5 orang dari Singapura) tetap memutuskan pergi tanggal 18 Februari 2022 lalu. Tujuannya: Maldives.

 

Baca juga: "Visit Maldives: Sudah Ada Lebih dari 35 Penerbangan Internasional ke Maldives"

 

KISAH KAMI: PENUH DRAMA

Sebelum berangkat saya sudah sibuk menjelaskan kepada teman-teman kenapa kami tetap berangkat. Asal tau aja, kami pun sudah galau hampir selama dua tahun, apakah trip ini tetap jalan atau nggak. Jadi, hey please don’t judge!

 

Trip yang direncanakan sejak September 2018 (tapi saya sendiri baru menyatakan ikut di September 2019) ini harusnya jalan di Februari 2021. Saat pandemi Covid-19 merebak di Indonesia Maret 2020 kami masih yakin trip ini tetap berjalan sesuai rencana karena pandemi diperkirakan akan sudah berakhir saat hari-H.

 

Baca juga: "PPKM: Pasca Pandemi Kamu ke Mana?"

 

Bulan Mei 2020 saat diminta pembayaran ke-3, mulailah timbul perdebatan di grup WhatsApp. Maklum, ada 20 orang peserta share cost dive trip dengan isi kepala beda-beda. Ada yang minta cancel saja atau pending karena situasi pandemi sepertinya masih tak pasti bahkan dalam beberapa bulan ke depan. Ada yang tetap optimis dan go ahead berangkat Februari 2021 sampai memang mentok kondisi tak memungkinkan, barulah reskedul.  

 

Akhirnya, awal Oktober 2020 kami memutuskan reskedul ke Februari 2022 karena sungguhlah super ribet dan mahal untuk ke luar negeri saat itu. Walaupun untuk itu kami harus membayar biaya reskedul USD50.

 

Setahun kemudian, Oktober 2021 kami kembali didera kegalauan yang sama. Karena, seperti sudah kita alami, pandemi masih betah, walaupun kasus berat varian Delta saat itu sudah lewat. Apakah kami jadi berangkat di 2022 dan membayar lunas di bulan November 2021 atau minta undur lagi ke Februari 2023? Tapi ternyata pihak operator di Maldives tidak membolehkan kami undur lagi karena negara Maldives sudah buka buat turis tanpa karantina. Jadi we have to goooo. No choice, kecuali rela uang cicilan yang sudah dibayarkan hangus.

 

Ringkas cerita, segala persyaratan keberangkatan yang lebih belibet dari situasi normal sudah dibereskan. Tinggal menunggu H-2 di mana kami harus melakukan tes PCR. H-1 kami satu demi satu melaporkan hasil: negatif… negatif… negatif… Legaaaa, kayak lulus ujian akhir aja. Tapi ternyata satu dari kami positif, aaarrrgh… Gugur lagi satu, menyusul dua orang sebelumnya karena covid. Jangan ditanya berapa orang lagi yang sudah gugur sebelumnya karena kasus lain --sebelum pandemi merebak. Maklum, perencanaannya sangat panjang, total 3,5 tahun! Wkwkwk…

 

3,5 tahun perencanaan untuk dive trip ini

 

PROSES DI BANDARA DAN IMIGRASINYA SEPERTI APA?

Yang paling ribet hanya di konter check in SQ (Singapore Airlines) di T3 Bandara Soeta CGK saat keberangkatan. Hampir semua dokumen yang sudah kami siapkan mesti ditunjukkan. Mulai dari hasil tes PCR, sertifikat vaksin versi WHO, bukti booking akomodasi selama di Maldives --yang dicek keberadaannya oleh petugas di database mereka, scan barcode bukti bahwa kami sudah mengisi IMUGA (ini semacam e-HAC-nya Maldives yang isiannya panjang banget!). Kami juga ditanyakan apakah membawa uang USD100 dikali jumlah hari di Maldives.

 

Suasana Bandara Changi Singapura

 

Di Bandara Changi karena hanya transit, nggak ada pemeriksaan apa pun. Padahal sebelum berangkat saya sampai ‘juling-juling’ membaca aturan transit dari SQ yang super panjang. Huft! Hanya saja tempat-tempat duduk di area luar maupun dalam boarding room tetap diberi penanda jarak. Tapi kursi di bus bandara nggak diberi jarak. Changi nggak terlalu sepi tapi juga belum seramai kondisi normal.

 

Kursi-kursi di Changi diberi jarak

 

Lalu begitu mendarat di Bandara Velana di Kota Male, ibu kota Maldives, sebelum melangkah ke konter imigrasi, kami semua sudah bersiap dengan setumpuk dokumen.  Ealaah ternyata saya nggak diminta menunjukkan satu pun dokumen itu. Petugas imigrasi hanya bertanya, “Kamu sendiri atau bareng yang barusan itu?” Saya jawab barengan rame-rame. “Berapa hari di Maldives?” “Sepuluh”. Plak! Stempel pun mendarat di paspor saya. Gitu doang, Bro?

 

Hampir semua teman serombongan mengalami sama, nggak diminta dokumen apa pun. Dan pertanyaannya pun minimalis basa-basi.

 

BAGAIMANA DI PESAWAT?

Dari sejak check in di terminal keberangkatan bandara, kemudian boarding dan selama dalam pesawat tentu saja masker harus selalu on, kecuali sedang makan dan minum. Disajikan dan boleh makan di pesawat? Yup, pesawat SQ dari CGK ke Changi walaupun cuma 2 jam menyuguhkan makanan yang boleh dimakan on board tentunya. Begitu juga penerbangan dari Changi ke Male yang durasinya 4,5 jam. Penumpang juga bebas memakai toilet.

 

Boleh makan di pesawat

 

Di bandara hingga pulang, masker selalu dipakai

 

Cabin crew memakai masker dan kacamata pelindung yang tak pernah dilepas saat melayani penumpang. Selain pemakaian masker, selebihnya normal-normal aja di pesawat. Tak ada kursi-kursi yang dikosongkan untuk memberi jarak fisik antarpenumpang. No physical distancing anymore.

 

Cabin crew memakai masker dan kacamata pelindung

 

APAKAH SAYA MEREKOMEN HOLIDAY KE LUAR NEGERI SAAT PANDEMI?

Jujur, sangat melelahkan bepergian ke luar negeri saat pandemi. Sempat terbersit, kalau boleh memilih, kami semua tak ingin berada dalam situasi sulit penuh kegalauan itu. Cuma saja, kondisi tak mengizinkan kami memilih.

 

Tapi setelah semuanya bisa dilewati dengan aman tentram terkendali, saya berpikir beda lagi, haha. It’s all worth the effort, maaan…. Saya sungguh merasa beruntung dapat kesempatan melalui semua drama yang happy ending ini. Feel so blessed. Dimulai dari lulus PCR di Jakarta dan lulus juga tes antigen sebelum naik kapal yang menjadi hotel terapung kami selama 8 hari. Lalu kondisi kami ber-17 tetap sehat tanpa gejala apa pun sampai turun kapal. Bayangkan, kalau ada satu saja yang positif hasil tes antigennya, ambyarlah semuanya. Atau di tengah trip ada yang menunjukkan gejala, dan ternyata positif, ambyar juga, semua nggak boleh melanjutkan trip, bubar jalan. Bagaimana saya tak merasa sangat beruntung coba!

 

Kami ber-17 feel so blessed

 

Sungguh pengalaman yang luar biasa, nggak mungkin saya alami kalau awalnya nggak terpaksa. Saya jadi malah berpikir, ayolah Trippers, beranikan diri untuk ke luar negeri saat pandemi masih melenggang di antara kita. Kalian akan merasakan pengalaman yang jauh lebih kaya daripada backpacker-an seekstrem apa pun. Haha, ini kata saya sih….

 

Yang terpenting, bagaimanapun kondisi di negara tujuan, kita harus tetap prokes, masker pake terus. Kalau soal jaga jarak agak sulit sih. Beberapa kondisi tak memungkinkan kita jaga jarak. Nah untuk membentenginya, bangun imun tubuh. Caranya? Kalau saya sih: makan cukup (jangan diet), tidur cukup, dan tentu saja minum suplemen atau vitamin. “Ngemil vitamin” kalau kata salah satu teman saya. Satu lagi yang super penting: jaga mood agar happy terusssss!!!

 

Pengalaman luar biasa bepergian ke luar negeri saat pandemi

 

Jadi, tunggu apa lagi? Apalagi per 1 April 2022 para pelaku perjalanan luar negeri yang kembali ke tanah air tidak perlu dikarantina lagi. Uraaaaa….. Yuk lah, cusss…. Just pack & go!

 

Baca juga: "10 Destinasi Liburan di Bali. Usai Pandemi Langsung Cusss... (Bagian 1)"

 

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Achmad Saleh Sahab, Dok. Maldives Trip 2022, Mayawati NH, www.businesstraveller.com
Comment