SAAT “PIL PAHIT” VIRUS CORONA TERPAKSA DITELAN PARA TRAVELLERS 2020-03-09 14:10

Contingency Plan kami ke Ayutthaya, tak jauh dari Bangkok

 

Bukannya menafikan dampak wabah Covid-19 alias Virus Corona pada sektor lain, tapi artikel ini memang hanya membatasi dampak wabah ini pada dunia wisata, terkhusus pada para travelers. Nggak ada alasan khusus, hanya supaya nggak melebar ke mana-mana, nggak menampilkan asumsi-asumsi semata --apalagi yang bikin panik, tapi berdasarkan pengalaman langsung. Artikel ini dibuat agar dalam kondisi seperti sekarang para travelers aware akan satu hal, dan tidak menelan pil pahit yang sama seperti kami.

 

Bukannya nekat dan nggak baca situasi lho ya... kalau pada Kamis pagi tanggal 5 Maret 2020 lalu saya dan 5 kawan perjalanan tetap berangkat ke New Delhi via Bangkok untuk menuju tujuan utama kami keesokan harinya, Sikkim. Negara bagian di India yang menawarkan pemandangan spektakuler Pegunungan Himalaya ini sudah masuk dalam bucket list kami sejak tahun 2019 lalu. Pembayaran deposit untuk land tour dan tiket domestik New Delhi-Bagdogra PP juga sudah dibayarkan mid Oktober 2019. Komunikasi kami dengan pihak operator di Sikkim pun intens melalui WhatsApp Group. Kami terus saling meng-update situasi terkini, khususnya yang menyangkut wabah Virus Corona ini. Tak ada alasan kuat untuk membatalkan trip ini.

 

Terpaksa kami menunda ke Sikkim yang indah ini

 

Jadi saat baru tiba di Suwarnabhumi International Aiport Bangkok untuk transit selama 3 jam dan mendapat kabar dari operator bahwa per hari itu pemerintah Sikkim mengeluarkan larangan masuk bagi seluruh turis asing, tentu kami terkejut. Memang sehari sebelum berangkat saya sempat membaca berita ada lonjakan kasus baru Corona di India akibat kunjungan turis Italia. Tapi kami tak berpikir hal itu sampai membuat pemerintah lokal Sikkim merespons begitu ekstrem. Yang sudah menjadi pemahaman umum, yang dicegah masuk ke mana-mana hanyalah turis dari China, Korsel, Iran, dan Italia, atau turis yang punya riwayat perjalanan ke 4 negara itu dalam 14 hari terakhir.

 

Tapi begitulah, jadi kami harus memutuskan dengan cepat. Mau lanjut terbang ke New Delhi, atau cukup sampai Bangkok? Nggak butuh waktu lama bagi kami ber-6 untuk mencapai kesepakatan, “Ngapain ke New Delhi, mending di Bangkok aja.” Langsung kami mendatangi kantor maskapai di Suwarnabhumi, membatalkan penerbangan lanjutan ke Delhi dan meminta bagasi kami dikeluarkan. Kami berbagi tugas, secara paralel ada yang mengurus bagasi, ada yang mengabari operator di Sikkim tentang keputusan kami, ada yang menghubungi agen asuransi tempat kami membeli asuransi perjalanan.

 

Baca juga: "Kesialan Saat Trip yang Menyisakan 'PR'. Pernah Mengalaminya?"

 

Nah, inilah poin yang saya ingin Trippers aware. Semula kami yakin, pembatalan perjalanan karena kebijakan pemerintah atau otoritas setempat dijamin oleh asuransi. Tapi sayangnya ternyata tidak. Itulah kenyataan alias pil pahit yang harus kami telan. Dalam polis asuransi kami tertera klausul yang jelas menyatakan pengurangan perjalanan atau pembatalan perjalanan tidak dijamin jika salah satu sebabnya adalah “tindakan atau peraturan larangan dari pemerintah negara mana pun”. Kaget? Bukan cuma kami, pastinya kalian pun banyak yang kaget ‘kan? Banyak yang berpikir kondisi seperti ini pasti dijamin oleh asuransi perjalanan.

 

Untuk menghilangkan rasa penasaran, saya sempat cari tahu di internet, teman yang lain pun cari tahu ke asuransi lain. Jawabannya ya memang sama, begitulah. Kami tidak bisa mengklaim tiket Jakarta-New Delhi PP dan tiket New Delhi-Bagdogra PP yang hangus. Kedua tiket tersebut juga sudah dicek nggak bisa refund, karena kami dianggap no show. Tiket pulang nggak bisa dijadwal-ulang karena satu kode buking dengan tiket pergi. Hanya land tour di Sikkim saja yang masih selamat, bisa dijadwal-ulang. Biaya tambahan yang kami keluarkan selama 3 malam di Bangkok (contingency trip kami) pastinya juga nggak bisa diklaim.

 

Tiga hari di Bangkok, kami sempat ke Ayutthaya yang tak kalah cantik

 

Kecewa? Iya lah, manusiawi. Tapi nggak bisa protes. Nggak ada yang salah dalam hal ini. Kalaupun ada yang salah, salah kami tidak membaca ketentuan polis. Dan saya berani bertaruh, nyaris 100% dari kalian juga sama: nggak pernah baca klausul-klausul dalam polis yang segambreng itu! Kita biasanya cuma ngecek, data diri sudah benar, durasi dan negara tujuan trip sudah benar. That’s it!

 

Jadi lewat artikel ini, berdasarkan pengalaman pahit kami berkaitan dengan situasi tak menentu akibat si Corona, saya ingin memberitahukan seluas-luasnya, bahwa pembatalan perjalanan karena larangan masuk dari pemerintah setempat NGGAK DICOVER oleh asuransi perjalanan mana pun. Tapi eh, setelah saya kulik-kulik lagi, ada asuransi perjalanan yang menawarkan satu klausul istimewa: “pembatalan perjalanan karena alasan apa pun” tetap dijamin. Sayang saya belum berhasil mendapatkan keterangan sahih, apakah “alasan apa pun” dimaksud benar-benar tanpa batas atau tetap adaaaa ajaa batasnya. Dan seberapa persen biaya atau premi asuransinya jadi lebih mahal, itu juga saya belum dapat infonya.

 

Yang jelas, paham ya Trippers, ya gaesss... Dalam kondisi tak menentu seperti sekarang gegara Covid-19 alias Virus Corona, di mana bisa saja tiba-tiba ada larangan masuk ke negara tertentu, kerugian yang kita alami sebagai travelers yang sudah membayar dan menyiapkan segalanya jauh-jauh bulan, ditanggung sendiri. Paling hanya bisa mengusahakan refund, reschedule, itu juga kalau bisa. Yang nggak bisa diganti adalah rugi waktu dan kesempatan. Tapi memang “Good bad who knows?”

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Gangtok Tours & Travel, Joe Hartanto, Mayawati NH (Maya The Dreamer)
Comment
Andre

visit raja ampat kak

2020-03-10