ALTERNATIF LIBURAN MELIPIR DARI TOKYO: SHIBAMATA 2021-05-04 00:00

Tora-San Museum di Shibamata

 

Bermula dari buklet pariwisata Tokyo yang diambil di Bandara Haneda, dan waktu liburan yang cukup panjang di Tokyo dan sekitarnya selama 14 hari, saya pun memutuskan berkunjung ke Shibamata. Shibamata menarik karena saya suka vintage dan sejarah. Tapi nggak ada teman, yo wis, sendirian aja… Sesuai petunjuk Uncle Google, saya ikuti peta kereta. Dari Nippori Station di Tokyo, sekitar 40 menit naik kereta Keisei-Kanamachi Line menuju Shibamata Station.

 

Shibamata saat Periode Edo (1603-1868) tidak termasuk dalam Edo (nama tua kota Tokyo), namun sejak 1932 dimasukkan ke dalam kota administrasi Tokyo. Terletak di pinggiran timur Kota Tokyo yang dibatasi Sungai Edogawa dengan Prefektur Chiba. Walaupun keduanya berdampingan namun perbedaannya sangat jelas. Yang satu sangat metropolitan, yang satunya lagi mempertahankan keelokannya sebagai kota yang berusia ratusan tahun. Benar-benar sebuah tempat untuk short escape dari hiruk-pikuk Tokyo.

 

Setelah keluar dari Stasiun Shibamata, kita disambut patung perunggu Tora-san dan saudarinya, Sakura, yang berada di tengah piazza kecil. Tora-san adalah pemeran utama film seri terkenal selama hampir 3 dekade (1969–1995) yang berjudul Otoko wa Tsurai yo (It Is Tough Being A Man/ Susah Menjadi Seorang Pria).

 

Dua patung perunggu di area luar Stasiun Shibamata

 

Film ini menceritakan seorang laki-laki yang selalu kurang beruntung dalam urusan percintaan dan selalu berpindah-pindah tempat tinggal tetapi selalu diakhiri dengan senyuman untuk menutupi luka hatinya. Merupakan film seri terpanjang yang diakui oleh Guinness World Records, sehingga sosok Tora-san diabadikan di depan Stasiun Shibamata yang dikisahkan sebagai tempat kelahiran Tora-san. Film ini tidak diproduksi lagi ketika pemeran utama Tora-san yaitu Kiyoshi Atsumi meninggal dunia karena kanker paru pada usia 68 tahun.

 

Shibamata berukuran mungil dan sederhana. Untuk mengeksplornya cukup berjalan kaki. Jalan-jalannya mudah dikenali, tidak akan tersasar karena banyak petunjuk arah yang jelas dan lingkungannya sangat nyaman untuk wisatawan. Durasi 6-7 jam cukup untuk mengeksplornya dengan santai termasuk perjalanan PP dengan MRT dari Tokyo.

 

Baca juga: “Harajuku dan Ginza, Surga Belanja di Tokyo

 

TAISHAKUTENSANDO

Dari piazza kecil di luar stasiun, mengambil arah ke kanan langsung disambut jalan pedestrian nyaman, yaitu Taishakutensando. Merupakan jalan tertua di kota ini yang di kiri kanannya terdapat banyak toko suvenir, kafe dan resto yang dibangun dalam bentuk rumah-rumah kayu tradisional. Mereka banyak yang berjualan makanan khas Shibamata yaitu dango (bola tepung beras yang disajikan dalam tusukan) dan ikan sungai. Yang suka vintage pasti betah berlama-lama di sini.

 

Taishakutensando

 

Jam buka toko-toko: 10.00-18.00 (setiap hari). Tiap toko/resto/kafe tutup satu hari kerja dalam seminggu dan banyak yang tutup hari Rabu.

 

SHIBAMATA TAISHAKUTEN

Di ujung Taishakutensando kita akan melihat kuil Shibamata Taishakuten (Kyoeizan Daikyoji Temple) yang dibangun tahun 1629. Dapat terlihat usianya dari struktur kayunya. Di depannya masih terdapat pohon pinus zuiryu-no-matzu berusia lebih dari 500 tahun. Ada taman dan galeri juga di komplek ini.

 

Shibamata Taishakuten

 

Tiket masuk kuil: gratis

Tiket masuk taman dan galeri: 400 yen.

Jam buka kuil: 24 jam setiap hari

Jam buka taman dan galeri: 09.00-18.00 (tutup 28 Desember–3 Januari)

 

Baca juga: “Sebelum ke Yokohama, Baca Dulu Panduan Ini Ya

 

YAMAMOTO-TEI

Jika melihat peta dan petunjuk arah yang cukup banyak, dari lokasi kuil berjalan kaki kita dapat tiba di Yamamoto-tei. Rumah milik Yamamoto Einosuke, seorang pebisnis di era Taisho, yang sekarang dibuka untuk umum ini berarsitektur campuran antara Jepang dan Barat dilengkapi taman khas Jepang.

 

Ruang ala Barat di Yamamoto-Tei

 

Di dalam rumah besar ini terdapat koleksi pemilik rumah seperti lukisan dan beberapa perabot rumah tangga zaman lampau seperti teko dengan pemanasnya, telepon, jam berdiri, partisi kayu ringan dengan kertas putih tipis khas rumah-rumah Jepang, serta ruang tamu ala Barat lengkap dengan sofa, tirai dan perapian. Pengunjung dapat beristirahat di atas tatami sambil menikmati teh dan dango atau dango dalam kuah ala wedang ronde (biaya tambahan untuk makanan dan minuman).

 

Menikmati dango dalam kuah ala wedang ronde

 

Tiket masuk: 100 yen (dewasa), gratis untuk murid SMP ke bawah.

Jam buka: 09.00-17.00 (setiap hari, kecuali Selasa ketiga tiap bulan dan satu hari sesudahnya jika diikuti hari libur nasional dan Selasa sampai Kamis ketiga di bulan Desember). Penerimaan tamu terakhir 30 menit sebelum tutup.

 

TORA-SAN MUSEUM & THE YAMADA YOJI MUSEUM

Dari rumah Yamamoto pengunjung bisa berjalan kaki ke dua museum yang letaknya bersebelahan.Tora-san Museum didirikan untuk menghormati tokoh Tora-san. Di sini ditampilkan banyak perlengkapan dan pengaturan ruangan atau panggung serta situasi kondisi film seri Otoko wa Tsurai yo. Juga ada beberapa cuplikan film serta rekaman suara Tora-san, sehingga pengunjung dapat memperoleh gambaran keadaan Jepang selama sekitar seperempat abad film itu dibuat.

 

Tora-San Museum

 

Tora-San Museum

 

The Yamada Yoji Museum didedikasikan untuk Yamada Yoji, sutradara untuk hampir seluruh film Tora-san. Sangat menarik melihat peralatan dan perlengkapan pembuatan film saat itu dan melihat betapa pembuatan film sangat berarti bagi sutradara Yamada Yoji.

 

The Yamada Yoji Museum

 

Tiket masuk kedua museum: 500 yen (dewasa), 300 yen (anak-anak), 400 yen (lansia)

Tiket masuk kedua museum + Yamamoto-tei: 550 yen (dewasa)

Jam buka: 09.00-17.00 (setiap hari kecuali Selasa ketiga tiap bulan dan satu hari sesudahnya jika diikuti hari libur nasional dan Selasa sampai Kamis ketiga di bulan Desember). Penerimaan tamu terakhir 30 menit sebelum tutup.

 

YAGIRI-NO-WATASHI RIVER CROSSING

Dari museum berjalan kaki dan agak menanjak menuju pinggir Sungai Edogawa, kita dapat menyeberangi sungai dengan ferry ke sisi seberang yang masuk Prefektur Chiba. Penyeberangan ini pertama kali dimulai oleh pemerintah Tokugawa di awal era Edo. Tempat penyeberangan ini dinamakan Yagiri-no-Watashi River Crossing.

 

Tiket ferry: 200 yen (dewasa, sekali jalan), 100 yen (anak di bawah 4 tahun)

Jam buka: 10.00-16.00 (setiap hari kecuali Senin–Kamis di musim dingin dan beberapa hari Senin dan Selasa di luar musim dingin.)

Durasi: 5 menit sekali jalan atau 10-15 menit bolak balik.

 

SHIBAMATA TOY MUSEUM

Ada gedung tua di persimpangan jalan menuju stasiun, itulah Shibamata Toy Museum. Di lantai dasar terdapat toko jajanan dan mainan tempo dulu, lalu ada tangga di samping bangunan kayu ini menuju museum di lantai atas. Isinya mainan tua dan banyak yang bekas pakai. Suasana masa kanak-kanak sangat terasa.

 

Shibamata Toy Museum

 

Tiket masuk: 200 yen (1 tahun ke atas)

Jam buka: 11.00-18.00 (Sabtu, Minggu dan hari libur)

 

 

Teks & Foto: Farianty Gunawan
Comment