RAVANGLA BUDDHA PARK, BERLATAR GUNUNG SALJU, WAJIB KUNJUNG DI SIKKIM 2023-04-09 22:40

Ravangla Buddha Park

 

Patung Buddha raksasa, di tengah taman nan asri, dengan latar barisan pegunungan bertopi salju, tentulah merupakan tempat yang memanjakan mata dan menyejukkan jiwa. Walaupun pada foto yang MyTrip tampilkan di sini, Ravangla Buddha Park di Sikkim India, tak tampak gunung-gunung saljunya. Ya, pada Desember 2022 cuaca kurang mendukung untuk hadirnya pemandangan itu. Semoga pada September tahun 2023 ini, saat MyTrip membawa rombongan ke Sikkim dengan salah satu kunjungan ke Ravangla Buddha Park, pemandangan menakjubkan itu terpampang di depan mata.

 

Tentang Sikkim sebagai destinasi wisata yang sangat menarik dan bagaimana cara ke sana, silakan baca di sini.

 

Baca juga: “Sikkim, Bhutan Versi Murah?

 

DI MANA LETAK RAVANGLA BUDDHA PARK DAN BAGAIMANA CARA KE SANA?

Ravangla Buddha Park atau Buddha Park of Ravangla dikenal juga dengan nama Tathagata Tsal, berada kurang lebih 1 km ke arah utara dari Kota Ravangla, South Sikkim. Kota Ravangla sendiri adalah kota kecil dengan ketinggian 2.440 mdpl, yang berlokasi dekat Kota Namchi, Ibu Kota South Sikkim. Tepatnya, Ravangla berjarak 26 km ke arah utara dari Namchi, durasi berkendara sekitar 1 jam.

 

Rute Namchi-Ravangla-Buddha Park

 

Ada bus umum dari Namchi ke Ravangla. Lalu dari halte bus atau pusat kota Ravangla, taman ini bisa ditempuh jalan kaki karena hanya berjarak sekitar 1 km. Searah dengan ke Ralang Monastery. Taksi juga bisa disewa private atau patungan dengan penumpang lain.

 

Nah, kalau dari Bagdogra Airport di West Bengal (bandara gerbang masuk ke Sikkim), Kota Ravangla berjarak 127 km. Dan berjarak 65 km ke arah barat dari Kota Gangtok di East Sikkim, yang juga adalah Ibu Kota Sikkim. Waktu tempuh berkendara dari Gangtok ke Ravangla sekitar 2,5-3 jam. Kalau dari Bagdogra Airport +/-4,5 jam.

 

Rute Bagdogra Airport-Gangtok-Namchi-Buddha Park

 

Tapi nggak usah pusing mikirin cara ke Ravangla Buddha Park. Karena kalau ikut open trip bersama MyTrip, Trippers tinggal duduk manis.

 

SEJARAH PENDIRIAN RAVANGLA BUDDHA PARK

Ravangla Buddha Park dibangun antara tahun 2006 hingga 2013, atas usaha dan kerja sama pemerintah dan rakyat Sikkim. Didirikan dalam rangka peringatan kelahiran Buddha Gautama (Waisak) tahun 2550 BE (Buddhist Era). Begitu rampung, tempat ini diberkati oleh Dalai Lama ke-14 pada 25 Maret 2013.

 

Patung Buddha-nya dibangun setinggi 40 m. Lebih tingga dari Big Buddha di Hong Kong (34 m), tapi lebih pendek sedikit dari Big Buddha di Bhutan (51,5 m). Patungnya terbuat dari 60 ton tembaga. Sama dengan Big Buddha di Bhutan, posisi tangan patung Buddha-nya bhumisparsha mudra (postur menyentuh bumi) dengan mata yang setengah tertutup.  Mudra ini mengandung makna Buddha memanggil bumi sebagai saksi ketika ia melawan serangan mara dan mencapai penerangan sempurna.

 

Baca juga: “12 Fakta tentang Buddha Dordenma, Big Buddha di Bhutan

 

Taman ini dibangun di dalam kompleks Rabong Monastery, kuil yang terkenal juga sebagai tujuan ziarah Buddhis sejak berabad-abad lalu. Di dekatnya juga terdapat Ralang Monastery, salah satu kuil penting dalam Tibetan Buddhism.

 

Lokasi patungnya dipilih dengan perhitungan sangat cermat sehingga patung Buddha raksasa ini dapat terlihat jelas dari semua tempat di Sikkim bagian barat daya yang dekat Kota Ravangla dan dari beberapa area tertentu di West Sikkim. Pemandangan sekitarnya juga amazing. Trippers bisa melihat pemandangan indah rangkaian Pegunungan Himalaya yang diselimuti salju di beberapa sisinya. Yang terihat antara lain Mount Kanchenjunga, Mount Pandim, Mount Siniolchu dan Mount Kabru.

 

Patungnya dapat terlihat dari semua sudut Kota Ravangla

 

Patung Sakyamuni Buddha Ravangla ini menjadi salah satu tujuan ziarah Buddhis. Dan juga menjadi destinasi wisata wajib di Sikkim.

 

Baca juga: “Mau Tahu Serunya Naik Ropeway di Tsomgo Lake Sikkim?

 

APA SAJA YANG BISA DIEKSPLOR DI RAVANGLA BUDDHA PARK?

Sebelum mencapai pintu gerbangnya yang berwarna merah dengan aksen kuning emas, Trippers akan melihat lukisan warna-warni di dinding sebelah kiri dan deretan roda doa di sebelah kanan. Dari celah-celah deretan roda doa Trippers sudah bisa melihat patung Buddha-nya, tapi tentu belum sempurna.

 

Kiri lukisan, kanan roda doa

 

Patungnya sudah terlihat dari celah-celah roda doa

 

Setelah melewati gerbang, terlihatlah pelataran luas, di sisi kanan ada pagar setinggi pinggang. Dan dari situ Trippers sudah bisa melihat patung Buddha dan taman yang mengelilinginya karena posisinya di atas.

 

Patung Buddha sudah terlihat dari pelataran di dekat pintu masuk

 

Di halaman ini juga terdapat patung Buddha dalam posisi berbaring, posisi saat parinibbhana. Dilengkapi pot-pot tanaman di sekitarnya.

 

Patung Buddha dalam posisi berbaring

 

Walaupun patung Buddha dan tamannya sudah terlihat jelas dari pelataran ini, tentu tak afdol kalau tidak turun dan mendekati patung Buddha-nya. Ada anak-anak tangga turun, lalu jalur setapak yang lebar dan rapi dengan tanaman dan bunga-bunga di sekitarnya. Lalu ada tangga naik lagi menuju pelataran di bawah patung Buddha-nya.

 

Jalan setapak yang lebar dan rapi menuju patung Buddha-nya

 

Pengelola taman ini sangat memperhatikan penyandang disabilitas maupun lansia dengan menyediakan ramp atau jalur yang bisa dilalui eco car (semacam golf car dengan tenaga listrik atau batere). Dari pintu masuk, jalurnya ada di sebelah kanan, yang menuju samping kanan patung dan kemudian bisa mengelilingi patung.

 

Jalur ramp

 

Ada anak tangga, ada ramp

 

Ini eco car-nya

 

O ya, di taman bagian depan patung, di sisi sebelah kanan jalan ada kolam air mancur dengan bagian tengahnya berdiri patung bayi Pangeran Siddharta Gautama dengan telunjuk mengarah ke atas. Ini adalah posisi saat bayi Pangeran Siddharta baru lahir dan sudah bisa melangkah, dengan menyerukan inilah kelahirannya yang terakhir. Kehadiran air mancur ini makin menambah cantiknya taman.

 

Patung bayi Pangeran Siddharta Gautama dengan telunjuk mengarah ke atas di tengah kolam air mancur

 

Kehadiran air mancur ini makin menambah cantiknya taman

 

Trippers bisa masuk ke ruang bagian dalam patungnya, dengan melepas alas kaki dan topi. Tapi tidak boleh memotret di bagian dalam ini ya. Di tengah-tengah terdapat patung Buddha, dengan ruangan lebar di sekelilingnya sebagai jalur pradaksina (ritual memutari patung searah jarum jam). Di sisi dinding ada ramp memutar, Trippers bisa memutarinya sambil melihat lukisan dinding yang menggambarkan kehidupan Buddha Gautama. Suasana tenang sangat terjaga di sini. Kalau ada waktu, mau meditasi di sini juga bisa.

 

Selain pradaksina di ruang bagian dalam patung, Trippers juga bisa pradaksina, mengelilingi bagian luar patung sambil memperhatikan detail lukisan timbul atau dekorasi di dinding alas duduk patungnya. Juga ada deretan roda doa di sekeliling luar patung.

 

Menikmati detail lukisan dinding di alas duduk patungnya

 

Roda doa di sekitar patung

 

WAKTU TERBAIK KUNJUNGAN

Waktu terbaik kunjungannya antara April sampai Juni, saat banyak bunga bermekaran, termasuk jenis-jenis anggrek yang eksotis. Tapi bagi penggemar salju, terbaik bulan September sampai November, kemungkinan bisa melihat Mount Kanchenjunga, Mount Pandim, Mount Siniolchu dan Mount Kabru diselimuti salju.

 

Banyak bunga di tamannya

 

INFO TURIS

- Tiket masuk:  200 rupee (+/-Rp40.000) untuk wisatawan asing. 80 rupee untuk warga India.

- Menerbangkan drone bayar 2.000 rupee.

- Jam buka: 09.00-18.00.

- Eco car kapasitas 5 orang: 300 rupee.

 

DO:

- Jaga sopan santun karena selain tempat wisata, ini juga tempat ziarah

- Minta izin kalau memotret wajah orang

- Jaga kebersihan. Buang sampah pada tempatnya

- Pakai baju yang sopan

 

DON’T:

- Berbicara atau menyetel musik keras-keras dari ponsel

- Membuang sampah sembarangan

- Makan, merokok dan minum alkohol selama berada di dalam komplek

- Memetik bunga di dalam komplek

- Menyentuh lukisan di dinding dalam patung

- Menginjak atau berjalan di atas rumput

 

Berminat ikut trip ke Sikkim tanggal 14-23 September 2023? Hubungi WhatsApp 0811858736.

 

 

Teks & Foto: Mayawati NH (Maya The Dreamer)
Comment