
Pla Yon sun-dried, benar-benar lezat!
Pada trip ke Nakhon Phanom ini saya cukup beruntung ditemani beberapa teman dari Thailand yang di antaranya seorang art historian dan seorang chef alumni Le Cordon Bleu Dusit, sehingga saya mendapat banyak masukan menarik mengenai sejarah, budaya dan cuisine setempat. Nakhon Phanom adalah salah satu provinsi di Thailand Timur Laut, dan berbatasan dengan Laos di Sungai Mekong.
Setelah satu jam penerbangan dari Bangkok kami mendarat di Nakhon Phanom sekitar pukul 9 pagi dan langsung menuju lokasi bersejarah di mana ditemukan tapak kaki dinosaurus. Wilayah Thailand Timur Laut, atau yang lebih dikenal dengan nama Isaan, memang cukup terkenal memiliki banyak situs peninggalan hewan purba ini.
Situs jejak kaki dinosaurus
Menarik rasanya berdiri di lokasi di mana ratusan juta tahun yang lalu dinosaurus berkuasa selama sekitar 165 juta tahun sebelum lenyap dari muka bumi. Ada lagu yang berjudul Video Killed the Radio Stars, dan akhir-akhir ini kita melihat bagaimana sosmed dan algoritmanya perlahan meredupkan kilauan televisi. Jadi saat memandang jejak kaki raksasa penguasa bumi jutaan tahun yang lalu, saya teringat konsep Buddhisme mengenai anicca, ketidakkekalan, dan untuk menghargai present moment, serta untuk selalu stay relevant (mengutip Prof. Rhenald Kasali) agar tidak terlindas masa.
Jejak kaki dinosaurus
Berikutnya kami mendatangi salah satu Proyek Kerajaan Ratu Sirikit untuk melestarikan tenun lokal. Rupanya sejak dulu pun Ibu Ratu sudah memiliki insight bahwa budaya tenun lokal dapat memudar digantikan fashion moderen, jadi sebelum terlambat beliau mendirikan pusat pelestarian dan pelatihan tenun lokal agar budaya ini tetap terjaga. Saat kunjungan kami di hari Rabu 7 Mei 2025, ada 3 penenun wanita yang sedang mengerjakan kain tenun dengan motif berbeda-beda. Salah satu di antaranya adalah motif yang diciptakan sendiri oleh Ibu Ratu. Hebat sekali peranan Ibu Ratu ini, bukan hanya melestarikan tapi juga mengembangkan budaya lokal dengan menciptakan motif-motif tenun baru.
Proyek Kerajaan Ratu Sirikit untuk melestarikan tenun lokal
Penenun di Nakhon Phanom
Selesai melihat proses pembuatan tenun lokal, kami berhenti makan siang di restoran Vietnam terkenal di pusat kota Nakhon Phanom. Pengaruh Vietnam memang sangat kuat di kota ini, salah satunya karena Ho Chi Minh dan para pengikutnya pernah tinggal di akhir 1920-an saat bergerilya melawan Prancis di Vietnam. Kami pun menyempatkan diri mengunjungi rumah kediaman “Paman Ho” (panggilan akrab beliau di Nakhon Phanom) yang cukup asri dan memiliki pekarangan yang luas dan rimbun. Saat melihat-lihat isi rumah dan pekarangannya, kami didatangi seorang pemandu yang katanya generasi ketiga dari pemilik rumah yang didiami Paman Ho. Beliau menjelaskan lebih dalam sejarah sekitar kedatangan dan kegiatan-kegiatan saat Ho Chi Minh tinggal di Nakhon Phanom. Semua penjelasan ini dalam Bahasa Thailand, dan teman saya yang menerjemahkan pada saya.
Rumah kediaman Ho Chi Minh di Nakhon Phanom
Pekarangan rumah Ho Chi Minh
Selain masakan Vietnam, Nakhon Phanom sangat terkenal dengan keragaman ikan air tawar. Pada trip ini saya berkesempatan mencicipi lebih dari 9 jenis ikan air tawar yang diolah dengan macam-macam teknik masak, antara lain di-poach (direbus sebentar) dan disajikan dengan sayuran rebus dan nam jim (sambal); disajikan dalam sup; digoreng garing; dibuat larb (salad pedas khas Isaan); dioseng mencak-mencak dengan bumbu kari dan lada muda. Favorit saya adalah ikan Pla Yon yang sudah dijemur hampir kering, lalu digoreng garing. Ikan Pla Yon sun-dried ini memiliki tekstur chewy, leathery dan rasa umami yang sangat kuat, benar-benar lezat!
Ikan rebus
Sup ikan dan telur semut
Ikan goreng garing
Salad ikan pedas
Ikan Pla Yon sun-dried
Semua masakan ini enak-enak, kuncinya memang kesegaran ikan-ikan tersebut yang diambil langsung dari Sungai Mekong. Tapi primadona dari Sungai Mekong adalah Pla Buek atau Mekong Giant Catfish yang hanya dapat ditemukan di sungai ini. Pla Buek adalah salah satu ikan air tawar terbesar di dunia, dengan rekor yang pernah tertangkap sebesar 293 kg.
Sayangnya ikan ini sudah masuk daftar endangered species (seperti mengikuti jejak dinosaurus) sehingga pemerintah Thailand, Laos dan Kamboja sudah mengeluarkan larangan untuk menangkapnya. Beruntung pemerintah Thailand sudah mengembangkan program pembiakan Pla Buek sejak 40 tahun yang lalu, jadi kami masih berkesempatan mencicipi ikan raksasa hasil pembiakan ini.
Ikan dari Sungai Mekong
Daging dan kulit Pla Buek cukup tebal dan seratnya tampak jelas, hampir mendekati tekstur daging babi. Rasa ikannya cukup kuat, jadi lebih sering dimasak sebagai sup Tom Yum dengan rempah-rempah dan dedaunan aromatik yang banyak untuk menutupi “bau” aslinya.
Pla Buek atau Mekong Giant Catfish, kulitnya tebal dan seratnya tampak jelas
Karena berbatasan dengan Laos di Sungai Mekong, makanan dan minuman di Nakhon Phanom juga banyak dipengaruhi oleh budaya Laos. Salah satunya adalah minuman tradisional beralkohol yang dikenal sebagai Oou atau Lao Hai. Oou bisa dibeli dari lapak di pinggir jalan, dikemas dalam kendi tanah liat dengan ukuran kecil, sedang dan besar. Saya beli satu kendi kecil, dan diberikan dua sedotan unik yang terbuat dari bambu dengan ujung runcing dan lubang kecil di pinggir bagian bawah.
Oou minuman tradisional beralkohol pengaruh budaya Laos
Oou dan sedotan bambu khususnya
Kami berencana menikmati Oou di hotel, tapi saat saya melepas kain warna merah yang menutupi bagian atas kendi, saya baru melihat bahwa kendinya disegel lapisan seperti semen. Astaga, bagaimana cara minumnya ini? Akhirnya kami memutuskan membawa Oou ke restoran tempat kami makan malam. Di restoran kami minta tolong salah satu staf untuk membantu kami membuka tutup kendi. Dan staf restoran ini dengan baiknya menjelaskan proses untuk menikmati Oou. Ternyata kendi yang dijual di pinggir jalan hanya berisi semacam “biang” hasil fermentasi beras ketan dan ragi. Untuk menikmati Oou, kita harus meraciknya dulu dengan menambahkan es (karena cuaca di Isaan cenderung kering dan panas) dan/atau air, soda, bir. Tergantung selera masing-masing.
Kami meminta staf restoran meracik Oou untuk kami. Setelah tutup semen diangkat, saya melihat kendi dipenuhi oleh gabah yang katanya untuk memberikan aroma khas Oou dan sedikit aroma smoky. Kemudian dia menambahkan Sprite dan air dingin, dan mengaduk kendi dengan sedotan bambu. Di sini saya mengerti mengapa sedotan bambunya runcing di bagian bawah (untuk membantu proses mengaduk minuman di kendi yang dipenuhi gabah) dan mengapa lubang kecil sedotan terletak di bagian samping (mencegah gabah ikut tersedot). Oou sebaiknya dinikmati paling tidak setengah jam setelah diracik, supaya semua komponen tercampur baik dan aromanya keluar sempurna. Rasanya sedikit manis (mungkin karena campuran Sprite) dan saya dapat mencium aroma tape ketan yang cukup kuat. Harum dan menyegarkan. Tapi staf restoran memperingatkan bahwa walaupun Oou sangat mudah diminum dan wangi serta rasanya menghanyutkan, kandungan alkoholnya cukup tinggi, jadi sebaiknya berhati-hati dalam mengonsumsi minuman ini.
Selain wisata kuliner, Nakhon Phanom juga memiliki pemandangan indah di tepian Sungai Mekong, di mana kita dapat melihat gunung-gunung yang berbaris di negara Laos. Ada pula pilihan untuk mengikuti cruise di Sungai Mekong bagi yang tertarik. Tentunya juga ada kuil-kuil cantik seperti Wat That Renu dan Wat Phra That Phanom. Sungguh pengalaman yang menyenangkan di Nakhon Phanom.
Cruise di Sungai Mekong
Wat That Renu
Wat Phra That Phanom