MUTASI RENDANG DI MASA KORONA 2021-01-24 14:00

Randang Padang Restu Mande

 

Popularitas rendang di Indonesia sudah tak bisa dipungkiri lagi. Hidangan ini terus meroket setelah mendapat perhatian dunia dan menerima sentuhan dingin chef kelas internasional seperti William Wongso. Rendang pun naik kelas menuju makanan kelas atas. Nah, hebatnya rendang, meskipun sekarang di hotel berbintang sudah tersedia, yang versi sederhana masih banyak dan nggak kalah enak! Kemampuan rendang “bermutasi” inilah yang membuatnya tak lekang dimakan zaman.

 

Dan ketika virus korona melanda, rendang pun “bermutasi” lagi. Karena banyak orang menghindari antre rapat-rapat sementara Sang Uda menyendok hidangan dari tumpukan piring terbuka, rendang kemudian mereplikasi DNA-nya menjadi makanan kemasan! Varian ini sebenarnya bukan baru. Rendang Asese di Kota Padang misalnya, sudah lama mengemas rendang secara higienis dan menjualnya sebagai suvenir.

 

Baca juga: “Dilema Otentik Modern Kuliner Kita

 

Contoh lainnya adalah Rendang Restu Mande dari Bandung, yang sejak 2004 sudah membuat rumah makan dan kemudian fokus pada rendang kemasan. Pendirinya, alm. Uda Amril asal Pariaman, lahir dan besar di Kota Solok, dibantu istrinya Nenden Rospiani. Sistem kemasan membuat Restu Mande lebih bebas memilih bahan untuk “direndang”, bukan hanya daging sapi saja. Muncullah rendang paru, rendang tuna, bahkan versi “haute cuisine” seperti rendang jengkol! Restu Mande juga mengeksplorasi varian bumbu seperti membuat versi tidak pedas atau versi “rendang hitam Pariaman”. 

 

Tantangan produk kemasan jauh berbeda dengan rumah makan. “Proses pengawetan yang natural, proses pemasakan yang higienis, dan sertifikasi/perizinan, sangat penting untuk bisnis rendang kemasan,” kata Rerie Arimia, yang juga aktif membantu Restu Mande. “Bahkan banyak produsen tidak mau mengurus sertifikasi kehalalan produk, karena merasa sudah halal tanpa sertifikat,” sambung Rerie lagi. Memang, tantangan kesadaran akan sertifikasi ini menjadi penting, jika kita ingin rendang kemasan produksi Indonesia benar-benar populer di seluruh dunia!

 

Rendang kemasan dari Restu Mande

 

Lonjakan permintaan di masa korona juga memicu kreativitas beberapa pelaku bisnis makanan. Sebuah perusahaan di Padang bernama Lokana (IG @Lokana_id) mulai memasarkan rendang lokan, rendang dari kerang air tawar, sampai ke Jakarta. Rasanya otentik, sudah sedap tanpa perlu pedas, dan tekstur lokan yang kenyal membuatnya unik, tidak amis sama sekali.

 

Rendang lokan Lokana dalam kemasan

 

Rendang lokan dari Lokana

 

MHF Kitchen (IG @myhealthyfebee), salah satu penyedia kuliner sehat, juga mulai memasarkan produk rendang vegetarian: rendang jamur dan rendang daun gagrak Batusangkar. Rasanya juga gurih alami, tanpa serat daging namun tetap sedap dan tidak ada aftertaste asam seperti hidangan jamur pada umumnya. Mak nyus!

 

Rendang vegetarian

 

Rendang jamur MHF Kitchen

 

“Apakah bisa kalau beli nasi padang tapi hanya nasi dan sayur/sambal saja?” tanya saya pada istri saya asal Jambi yang lebih ahli rumah makan padang. Jawabannya: bisa, harganya hanya sekitar Rp10.000. Wow, kalau begitu saya punya ide: memesan nasi di rumah makan padang biasa, kemudian disantap dengan rendang kemasan. Voila, sebungkus nasi ala melati, yang bersanding dengan rendang bintang lima! Maju terus rendang kemasan Indonesia!

 

Rendang telur dan daging dari Restu Mande di piring lontong sayur

 

Note: tulisan ini dipesembahkan untuk alm. Amril dari Rendang Restu Mande yang baru saja meninggalkan kita semua. Terima kasih atas Restu Mande, Da!

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia.

 

 

Teks: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin) Foto: Harnaz Tagore, Restu Mande
Comment