KE MILANO AKU ‘KAN KEMBALI… 2022-10-29 13:15

Duomo Milano

 

Milan, Italia! Namanya saja sudah membangkitkan aura tersendiri: pusat fashion, kacamata hitam besar dan cantik, scarf Gucci, dan aroma parfum Armani. Kami tiba di Milan di sore hari, namun karena jadwal masih di musim gugur, matahari bersinar sampai jam 7 malam. Setelah berkendara dari Kota Roma, panik pertama kami adalah: parkir di mana? Ternyata, Milano bukan Romano! Dengan mudah kami menemukan tempat parkir berlogo “P” biru di basement. Banyak tersedia, bahkan persis di dekat Duomo Milano, sebuah gereja besar yang menjadi pusat kota tua Milan. Kami masuk ke basement, lalu parkir dan menggunakan tangga langsung menuju Duomo.

 

Duomo tampak depan

 

Di depan Duomo ada sebuah alun-alun besar yang membuatnya semakin indah. Di gedung-gedung sekelilingnya terdapat banyak logo brand Italia seperti Martini dan Bugatti. Milano Duomo ternyata lebih indah dari yang kami bayangkan! Dibangun tahun 1386 dan membutuhkan waktu 600 tahun sampai selesai, bangunan ini adalah gereja terbesar di Italia. Sayangnya, kami tiba terlalu sore sehingga gereja sudah tutup, jadi kami hanya bisa menikmatinya dari luar saja. Itu saja sudah bagus sekali!

 

Alun-alun di depan Duomo

 

Dinding Duomo mengingatkan saya pada lukisan cerita Sang Buddha di salah satu kelenteng di Lasem Jawa Tengah yang digambarkan seperti komik, konon terinspirasi dari kuil Jepang yang menjadi asal muasal komik manga. Tapi, namanya orang Italia, nggak puas kalau cuma melukis doang! Ini bukan lukisan, tapi ukiran marmer. Kisah-kisah Alkitab digambarkan dengan gamblang melalui ukiran yang indah, membuat kita menduga cerita yang mana yang sedang dikisahkan. Kata “Santa Maria Nascente” alias “Nativity of St. Mary”, nama resmi gereja ini, muncul di atas pintu utama. Ukiran pintu dari perunggu pun tak kalah indah, dengan wajah para malaikat yang nampak seperti menyambut kami.

 

Salah satu ukiran di Duomo

 

Pintu perunggu

 

Nah, itu baru sebagian saja. Bangunan paling impresif adalah yang berada di sisi kanan  Duomo: Galleria Vittorio Emmanuele II. Bukan Italia namanya kalau nggak belanja sesudah pulang gereja! Inilah yang mengilhami mal-mal mewah seperti Plaza Senayan. Sebuah galeri supertinggi, bagaikan katedral ordo kapitalisme. Indah, diterangi dengan lampu kuning elegan. Desainnya menarik: sengaja dibuat seperti tanda tambah dengan persimpangan besar di tengahnya, dilandasi marmer indah warna-warni. Akhirnya, orang dari berbagai sudut galleria akan berpapasan di persimpangan ini. Wow! Nggak ada yang jelek, yang ada cuma cantik dan ganteng semua, dan wangi-wangi!

 

Galleria Vittorio Emmanuele II

 

Atap Galleria

 

Atap Galleria

 

 

Toko-toko di kiri-kanan Galleria juga tak kalah mentereng. Sebuah pesta nampak sedang berlangsung di toko Longchamp, sebuah brand tas wanita. Bak film-film mafia, cowok ganteng dan cewek cantik mengantre masuk dengan segelas anggur di tangan, dengan bodyguard yang berjaga di depan. Lalu jajaran toko berikutnya tak kalah cantik! Kami mengagumi toko-toko dan terutama atap tinggi yang diterangi dengan indah. Persis di pintu masuk Galleria, ada dua kios kecil menjual oleh-oleh. Cocok! Kaus AC Milan saja cukup untuk kali ini…

 

Salah satu sisi Galleria

 

Di depan Duomo ada sebuah pelataran yang diakhiri oleh sebuah patung berukuran besar. Patung ini adalah peringatan untuk Raja Italia Vittorio Emmanuele II, yang namanya digunakan untuk menamai galleria. Pas kami berkunjung, keesokan harinya adalah pemilu di Italia. Beberapa kelompok nampak berkampanye, namun tidak ada “strategi baliho” seperti di Indonesia. Hmm, bagus ya, jadi tidak merusak pemandangan! Dan ternyata ketika langit malam datang, Duomo diberikan penerangan yang membuatnya cantik sekali. Sampai larut malam masih banyak pengunjung duduk-duduk menikmati suasana, ketika sekelompok orang hadir dengan bendera Ukraina, seolah mengingatkan akan terpaan angin musim dingin dari arah Timur.

 

Patung Raja Italia Vittorio Emmanuele II

 

Duomo di malam hari

 

Galleria di malam hari

 

Kunjungan kami ke Milan sebenarnya punya kisah tersendiri. Sejak tahun 2017 saya bekerja sama dengan perusahaan Italia di Bergamo, tak jauh dari Milan. Otomatis kami sering ke Milan, bisa setahun dua sampai tiga kali, melalui Bandara Malpensa. Namun, mental kami masih “mental kuli”: hanya datang untuk rapat lalu pulang lagi, tidak pernah melihat Kota Milan, karena berpikir: “Sibuk kerja! Toh nanti bisa ke sini lagi!”. Flashback ke akhir tahun 2020, saya menonton Youtube mengenai indahnya Duomo di Milan. Ah, mengapa saya tidak pernah meluangkan waktu untuk melihatnya? Dengan gawatnya situasi pandemi waktu itu, entah kapan saya bisa ke Italia lagi. Saat itu saya diam-diam bertekad, kalau ada kesempatan ke Italia lagi, maka saya akan meluangkan waktu jalan-jalan di Milan! Dan puji syukur pada Tuhan YME, di tahun 2022 ini saya mendapatkan kesempatan melihat Milan lagi. Berikutnya apa? Hmm… Barcelona kayaknya bagus nih!

 

Penulis melompat kegirangan bisa ke Milan lagi

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment