JELAJAH PRAHA DAN KARLOVY VARY YANG PENUH KEJUTAN 2021-02-25 17:30

St. Vitus Cathedral di Prague Castle

 

Tugas kantor membawa saya ke Praha, yang semula hanya saya tahu sebagai ibu kota Negara Ceko. Dan saya baru kali ini berkelana ke daratan Eropa; Kota Praha tak pernah terbersit dalam benak, melainkan Paris dan Milan-lah yang mendominasi imajinasi saya. Namun rasa penasaran saya muncul setelah tahu dari internet, Prague is The Paris of the East. Ingatan saya kemudian melayang kepada mini series yang diperankan Nicholas Saputra dan Renata, saat Nico menantang Renata bahwa Kota Praha itu jauh lebih cantik dari Paris. Masak iya segitunya sih?!

 

Saya juga mengenang satu film lama berjudul Chasing Liberty (2004), Mandy Moore yang saat itu memerankan putri presiden USA sedang melarikan diri dan berkelana di --salah satunya-- Praha, ditemani pemuda backpacker yang ternyata adalah agen paswalpres muda yang menyamar khusus untuk menemaninya. Dan ternyata Praha juga menjadi langganan syuting film-film Hollywood, di antaranya XXX (Triple X) (2002) yang diperankan Vin Diesel dan yang terbaru Spiderman Far From Home (2019) yang dibintangi Tom Holland.

 

Baca juga: “Panduan Cerdas Eksplor Ceko (Bagian 1)

 

KETINGGALAN PESAWAT LANJUTAN DI AMSTERDAM

Perjalanan panjang dimulai dari Bandara Soetta Jakarta menuju Amsterdam selama 11 jam di luar transit. Sesampai di Bandara Schipol Amsterdam ternyata kami harus mengejar pesawat lanjutan dengan waktu yang sangat sempit, satu jam saja. Setelah sempat sprint sampai berkeringat, kami akhirnya sampai di gate pesawat lanjutan tapi apa daya pesawatnya sudah bersiap take off.

 

Untunglah setelah menjelaskan kepada petugas, kami bisa mendapatkan kursi di penerbangan selanjutnya tanpa tambahan biaya.

 

Dalam penerbangan Amsterdam–Praha, penumpang berkebangsaan Belanda di sebelah saya bercerita panjang lebar tentang betapa cantiknya Praha. Celotehannya membuat saya makin penasaran ingin segera melihat Praha.

 

Baca juga: “Panduan Cerdas Eksplor Ceko (Bagian 2-Tamat)

 

PRAHA, HERE WE COME!

Tiba di Praha, setelah menunggu bagasi yang cukup lama karena bagasi kami sudah terangkut pesawat sebelumnya, angin dingin langsung menerpa wajah kami. Saat itu Praha berada di titik yang paling dingin (tepatnya 1-2 derajat Celcius). Teman kami yang berangkat dengan rombongan lebih awal sudah menunggu lengkap dengan supir dan mobil.

 

First touch at Prague

 

Lokasi Bandara Internasional Vaclav Havel agak jauh dari pusat kota, sehingga seperti ada bonus tamasya keliling mengarah ke pusat kota. Bagi saya semuanya terasa baru. Namun tetap saja saya masih penasaran, mana dan apanya yang membuat Praha mendapat predikat kota cantik dengan sebutan Paris from the East?

 

Rasa penasaran itu langsung terjawab ketika kami memasuki daerah Old Town dengan Charles Bridge-nya yang terkenal. Ahhhhh… saya tiba-tiba jatuh cinta. It is so damn beautiful! The river, the scenery, the castle, they are all amazing.

 

Mobil van kami berhenti di ujung Charles Bridge dan kami semua turun, menapaki jalan berbatu-batu kecil ala abad pertengahan, menuju restoran yang sudah direservasi.  

 

Nama resto itu Kampa Park. Pelayan cantik dengan bahasa Inggris yang mumpuni namun tetap beraksen Eropa Timur, memberikan rekomendasi wine yang cocok dengan menu yang kami pilih. Tidak sampai satu jam makanan kami langsung tandas dan the taste is unbelievably amazing. Pantas saja, resto ini menyandang gelar 2 bintang dari Michelin Star.

 

Salah satu menu di 2-star Michelin Resto

 

Bersantap di sebuah resto bawah tanah di Praha

 

CHARLES BRIDGE DAN WAKTU YANG SERASA BERHENTI

Kota Praha terbagi dua oleh Sungai Vltava dan sebenarnya ada banyak jembatan yang menghubungkan kedua bagian kota ini, namun hanya satu jembatan yang tetap dibiarkan begitu saja apa adanya sejak zaman pertengahan. Dengan jalan berbatu-batu kecil yang terhampar di sepanjang jembatan dan patung-patung di sisi kiri kananya yang bersejarah, benar rasanya kalau kita berasa masuk mesin waktu dan terlempar ke dunia Romawi Kuno. Jembatan ini tidak diperkenankan untuk kendaraan bermotor lewat, jadi khusus hanya untuk para pejalan kaki. 

 

Di salah satu ujung Charles Bridge

 

The majestic view from Charles Bridge

 

Menjelang matahari terbenam, kami tidak habis-habisnya berfoto dengan segala gaya. Biarlah dicap udik, toh banyak turis lainnya juga melakukan hal yang sama. Namun ada saatnya kami cuma berdiam diri dan menarik napas sedalam-dalamnya seolah ingin merengkuh segala kecantikan Praha dan menariknya masuk ke dalam paru-paru dan jiwa kami. Sungguh indah melihat sinar matahari yang perlahan makin meredup memantulkan cahayanya ke air sungai, bagai kilauan emas yang terpapar luas, bagai percikan surgawi yang tak berujung sejauh mata memandang.

 

OLD TOWN & JAM ASTRONOMI KUNO

Saat berangsur-angsur gelap, kami menuju Old Town, lokasi apartemen kami selama di Praha. Di kanan dan kiri kami lalu-lalang para turis dan terlihat jejeran kafe serta toko-toko kecil. Sampai akhirnya kami menemukan alun-alun besar persis di tengah Old Town. Di sini banyak sekali orang berkumpul. Untuk apa mereka berkumpul di tengah dinginnya suhu yang hampir nol derajat Celcius? Ternyata mereka semua menatap ke atas ke arah menara Jam Astronomi Kuno. Tepat setiap jam, jam kuno ini selalu berdentang dengan suaranya yang khas, sembari patung-patung kuno yang ada di dalam menara terbuka keluar dan berputar menari-nari.

 

Baca juga: “’Paris’ yang Lebih Ramah di Kantong

 

FROM STEEL ART MUSEUM HINGGA SEX ART MUSEUM

Esoknya mulailah kami melakukan pekerjaan. Kami mengunjungi UPP, sebuah studio tenar untuk iklan dan film/televisi, yang karyanya sudah tak diragukan lagi. Beberapa film besar yang dikerjakan di Studio UPP (Universal Production Partners) ini di antaranya Alien vs Predator, Terminator Dark Fate, Wonder Woman, Rampage, Skyscraper, Blade Runner 2049, A Good Day to Die Hard, The Great Wall, Warcraft, London has Fallen, God of Egypt, The Walk, Salt, Wolverine, dan masih banyak lagi. Kami di sini untuk mengawasi pekerjaan iklan kami.

 

Di tengah kesibukan mendiskusikan pekerjaan, kami bertanya-tanya tentang tempat-tempat yang patut dikunjungi dan tempat makan yang mesti dicoba. Kami baru tahu, terdapat ratusan musem yang tersebar di seantero Praha, dan asyiknya, most of them ada di Old Town, tempat kami menginap.

 

Jadilah kami mengunjungi satu museum ke museum lain. Ada Apple Museum (museum perkembangan perangkat komputer Apple), Bunker Museum (saat Perang Dingin), Prague Oldtown & Medieval Underground & Dungeon Tour (eksplor museum bawah tanah tentang sejarah kota lama Praha yang harus ditumpuk karena adanya wabah --Old Town yang sekarang berdiri tepat di atas kota Praha lama yang sudah terkubur persis di bawah kaki kita), Steel Art Museum, Bohemian Museum, hingga yang jadi favorit kami semua….. Sex Art Museum.

 

Steel Art Museum

 

Sex Art Museum ini sebenarnya tidak mencolok, namun sebuah neon-sign merah ala Red District sudah cukup mengundang siapa pun yang penasaran untuk masuk. Di dalamnya kami diajak berkelana menjelajahi naluri paling dasar semua makhluk hidup termasuk manusia yaitu seks. Ada beragam alat seks dan posisi seks yang diumbar dari berbagai negara. Kami semua tersenyum-senyum sendiri, dan juga baru menyadari bahwa sebagai negara Timur yang dianggap cukup tertutup dan malu-malu, ternyata tak dinyana paling kreatif alat-alat seksnya (terutama Cina dan Jepang). Kami juga sempat mencoba tempat duduk yang konon bisa mengukur kadar gairah seks. So… berebutanlah kami antre duduk di kursi seks ajaib itu.

 

Kursi Seks Ajaib di Sex Art Museum

 

MENJAJAL NUDE CLUB

Kami juga melihat banyak night club dan nude club berjejer di jalan-jalan utama. Kami penasaran juga, sebab gadis Eropa Timur dikenal sangatlah khas cantiknya di seantero jagat karena perpanduan antara ras Eropa dan Asia. Malamnya kami menjajal klub nude tenar Goldfinger (kok kayak judul film James Bond 007 ya?). Dan nyatanya benar, setelah kami masuk lagu Goldfinger milik James Bond itu diputar berulang-ulang.

 

Lalu bagaimana dengan para gadisnya? Yes, some of them are very-very hot (persis kayak Bond’s Girls), tapi ada juga yang biasa-biasa saja. Mereka tak hanya berasal dari Praha, namun juga dari Budapest Hungaria, dan tetangga, Slovakia. Lucunya, penjaga keamanan Goldfinger yang bertubuh super sangar itu menjadi lunak dan enak diajak bicara saat tahu kami berasal dari Indonesia. Maklum pacarnya ternyata gadis Indonesia, dan ia selalu menyebut-nyebut nama presiden kita, “Jokowi, Jokowi” sambil mengacung-acungkan kedua jempolnya.

 

CASTLE, CHURCH & BERUANG BESAR DI SQUARE

Esoknya kami menjelajah area yang lebih jauh. Kami melangkah ke ujung lain dari Charles Bridge. Sebetulnya mudah mengenali area kota Praha ini, di ujung Charles Bridge adalah area Old Town, dan di ujung lainnya yang jalannya langsung menanjak adalah area castle dan church. Di kejauhan terlihat megahnya Prague Castle yang berdiri tepat menjulang di ujung puncak bukit. Dan jalan menuju ke sana sungguh merupakan perjuangan tersendiri mendaki ratusan anak tangga yang berjajar rapi.

 

Saat tiba di gerbang castle, terbayar sudah perjuangan kami. Sangat-sangat indah. Saat menengok ke belakang, tampak Kota Praha di kejauhan yang terbelah oleh sungai yang mengalir jernih. Dan karena kami di posisi puncak kota, jangan ditanya lagi embusan angin dingin yang menerpa. Saya sungguh merasakan inilah biangnya dingin, padahal oleh teman-teman saya diberi predikat tahan dingin.

 

Baca juga: "Ini Dia Kota Berbiaya Murah di Eropa: Kutna Hora!"

 

Kami bersembunyi di celah-celah bangunan agar terhindar dari dingin, namun tetap saja angin menerpa. Akhirnya kami masuk ke lingkungan castle dan church yang sebagian dibuka untuk umum dengan membeli karcis terusan. Ada beberapa macam karcis terusan, dari yang paling basic hingga paling lengkap. Kami pilih yang moderate. Ini membawa kami masuk ke ruangan koleksi seni serta ke dalam gereja katedral kuno.

 

Rekan saya bilang gereja ini arsitektur dan interiornya nggak kalah dari Notre Dame Cathedral. Memang benar-benar indah. Semua turis yang masuk langsung mendongak ke atas dengan mulut menganga, mengagumi keelokan interiornya serta biasan cahaya yang masuk melewati kaca-kaca patri kuno. Di dalam gereja itu juga terdapat makam-makam kuno para rahib yang sayangnya tidak terbuka untuk turis.

 

Bagian dalam katedral di Prague Castle

 

Setelah keluar dari gereja, lagi-lagi kami diserang embusan angin dingin yang makin menggila. Namun kini ada obatnya. Di salah satu pojok bangunan, ada seorang ibu yang menjajakan hot choco. Mewahnya lagi inilah hot choco yang langsung dibuat dari cokelat asli yang dilelehkan di depan mata kami sendiri. Wuihhh…. This is the best hot choco in the world, ever...!

 

Setelah lelah berkelana di puncak bukit Praha, kami kembali ke Old Town dan menghabiskan waktu di big square (lapangan perbatasan antara Old Town dan Modern Town). Yang mencuri perhatian adalah seorang seniman yang memakai kostum beruang putih super besar namun super imut yang selalu memeluk turis yang ramai lalu-lalang dengan mengharapkan imbalan secara suka rela. Kami pun rebutan berfoto bersama beruang putih ini.

 

Bersama beruang putih gede nan imut di Prague Square

 

Berfoto bersama dii area sibuk Prague Square

 

KARLOVY VARY DAN KOTA PERISTIRAHATAN KAUM ELITE

Kalau bagi orang Jakarta ada Puncak, bagi orang Praha ada Karlovy Vary. Kota di puncak gunung yang menjadi peristirahatan para bintang film dan orang terkenal di Praha. Karlovy Vary sebenarnya nggak begitu jauh dari Praha, namun tetap saja harus disediakan sehari penuh untuk mengunjunginya. Dan karena tugas kami dengan tim UPP telah selesai, maka Karlovy Vary menjadi acara bebas kami.

 

Berangkat pagi-pagi sekali dengan naik bus yang supirnya termasuk nekad --sebetulnya semua supir Uber yang kami pakai selama di Praha tergolong nekad. Mereka terbiasa menyetir luar biasa ngawur, bahkan bagi kami yang terbiasa dengan ruwetnya lalu-lintas Jakarta.

 

Baca juga: “Spa Sehat dengan Bir di Karlovy Vary

 

Setelah dua jam perjalanan, kami sampai di terminal bus Karlovy Vary. Wah, cantik sekali kota kecil eksklusif yang berdiri di perbukitan ini.

 

Salah satu sudut Karlovy Vary yang cantik

 

Karlovy Vary terbelah oleh sungai kecil, Sungai Tepla. Meskipun tergolong kota kecil, deretan branded shop di kiri kanan jalan cukup membuktikan ini kota kecil yang super elit. Di pertengahan kota terdapat sumber air panas. Kita bisa mencobanya sih, tapi selain tidak cukup waktu, kami juga takut melihat harga tiket masuknya.

 

 

Kami menjelajahi Karlovy Vary hingga sore menjelang malam. Dalam perjalanan pulang dengan bus, sebagian besar kami tertidur kelelahan. Dan kalau toh terjaga, kami terdiam bisu menyaksikan hamparan putih salju luas yang masih bertahan. Menyaksikan itu saja sudah merupakan pengalaman unik bagi kami.

 

(Dipersembahkan untuk grup WA “Praha Here We Come”: Ronald, Agnes AC, Lucy Icul, Mbak Deya, Mas Daniel, Moming, Arie Ong, Radhit, Adi Wiwin, Budi H & Pak Greg).

 

 

Teks: Budi Haryanto Foto: Praha Here We Come Team
Comment