FESTIVAL MANGKOK KUAH DI UNGASAN BALI 2021-12-25 20:35

Lokasi Festival Mangkok Kuah di Four Points by Sheraton di Ungasan

 

Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam salah satu diskusi di Youtube, sektor yang akan paling cepat pulih setelah pandemi adalah pariwisata domestik. Ya, tentu saja! Jutaan orang Indonesia yang biasanya keluar negri, kini sulit menembus batas negara akibat pandemi Covid-19, dan mereka berkeliaran di dalam negeri mencari wisata alternatif. Daerah mana yang paling siap menangkap peluang ini? Bali tentu saja!

 

Namun, perlu ada modifikasi yang dilakukan, dari prioritas wisatawan mancanegara ke wisatawan domestik. Apa saja langkahnya? Yang paling sederhana tentu saja lewat makanan! Dari perut turun ke hati, begitu bukan kata pepatah?

 

Baca juga: “Wisata Kuliner Halal di Bali?

 

Salah satu hotel yang mengambil peluang ini adalah Four Points by Sheraton di Ungasan, Bali. Sejak lama mereka menghadirkan berbagai kuliner tradisional di menu sarapannya: dari laksa yang segar menggoda sampai lontong sayur nangka yang medok dan sedap. Telur mata sapi memang keren, tapi jujur, sulit mengganti posisi lontong sayur di hati kalau sarapan!

 

Persis di hari Natal, 25 Desember 2021, hotel ini mengadakan acara Festival Mangkok Kuah. Idenya unik, karena di Pulau Bali memang tidak banyak penyedia kuliner kuah seperti soto. Apalagi, terpaan angin bulan Desember sangat cocok dilawan dengan hangatnya kuah berempah. Maka tepat pukul 18.00 Festival Mangkok Kuah dimulai dengan menghadirkan menu menarik: Coto Makassar, Empal Gentong Cirebon, Soto Banjar Kalimantan, Soto Mie Bogor, Soto Kletuk Blora, dan dua dessert yang menggunakan mangkok, yakni Es Pisang Ijo Makassar dan Es Dawet Ayu Banjarnegara. Sebuah pilihan yang cukup berani!

 

Lokasi festival

 

Konter soto

 

Memesan Coto Makassar dan Empal Gentong Cirebon, kami menanti hidangan dengan antusias, karena memang sudah lama tidak menyantap kedua hidangan ini. Pas datang, wow, hebat! Semangkuk kuah kuning, dengan irisan kentang dan potongan daging sapi, dibubuhi emping, disantap bersama ketupat. Saya cicipi kuahnya: duh, sedap! Kuah santan kuning beraroma herbal, dengan cengkeh yang terlihat di dasar mangkok. Enak!

 

Empal Gentong Cirebon

 

Lalu, saya melirik mangkok istri saya, yang memesan Coto Makassar. Sesuai aslinya, konsistensinya sangat berbeda: sedikit kental, dengan aroma kelapa gongseng, warnanya pun kecoklatan. Dagingnya lebih besar, disantap dalam kondisi hangat, mengingatkan pada Coto Nusantara, sebuah warung coto terkenal di Pelabuhan Makassar. Hmmm, boleh juga! Cukup otentik, tombo kangen!

 

Coto Makassar

 

Rempah soto

 

Es dawet ayu Banjarnegara hadir dengan cendol warna hijau, cukup menarik. Melalui observasi di konter, sajian Soto Mie Bogor hadir komplit dengan risol isi bihun, sementara perkedel kentang sudah disiapkan untuk kelengkapan soto Banjar Kalimantan. Soto Kletuk Blora menghadirkan adonan kentang dengan tekstur khas yang disebut ‘kletuk’. Setia pada asalnya, ciamik!

 

Es dawet ayu Banjarnegara

 

Kletuk untuk soto khas Blora

 

Selain festival soup, Restoran Evolution yang ada di hotel ini juga menghadirkan menu tradisional seperti sate ayam dan tahu isi. Semuanya dihadirkan dengan resep mirip aslinya, sehingga cocok di lidah. Sebuah langkah yang baik untuk kemajuan kuliner Indonesia!

 

Four Points Ungasan

Jl. Uluwatu Banjar Giri Dharma, Bali

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment