14 TRADISI IMLEK DI INDONESIA. SELAMAT TAHUN BARU IMLEK 2023/2574 (Bagian 1) 2023-01-22 00:15

Menyebut tradisi Imlek, tak ada satu pun patokan baku yang berlaku seragam di semua keluarga etnis Tionghoa di Indonesia. Bahkan tradisi-tradisi populer seperti bagi-bagi angpao dan memakai baju merah pun belum tentu dilakukan semua keluarga. Tradisi-tradisi itu pun ada yang asli berasal dari Tiongkok, ada juga yang hanya dilakukan di Indonesia. Mana yang benar-benar tradisi Imlek asli dari sononya, mana yang tercipta belakangan, mungkin ahli sejarah atau budaya Tionghoa pun belum tentu bisa memastikannya.

 

Dalam artikel ini saya hanya akan memaparkan 14 tradisi Imlek yang saya kenal, dari kacamata saya, baik yang dijalankan keluarga saya selaku keturunan Tionghoa, maupun yang tidak. Tanpa perlu membahas lebih jauh asal-usulnya.

 

1. Bersih-Bersih Rumah 

Hampir semua teman keturunan Tionghoa yang saya kenal melakukan bersih-bersih rumah secara menyeluruh beberapa hari sebelum datangnya Tahun Baru Imlek. Bukan sekadar menyapu dan mengepel tentu saja, karena dua kegiatan ini pasti rutin dilakukan tanpa menunggu Tahun Baru Imlek. Melainkan mengelap semua barang yang ada di dalam rumah, termasuk bingkai foto, lukisan, sofa, kusen jendela dan pintu, erang-erang, bahkan daun jendela --pokoknya semua bagian atau sudut rumah yang jarang dibersihkan.

 

Keluarga saya juga melakukan ini. Walaupun nggak konsisten saban tahun membersihkan semuanya.

 

2. Dilarang Menyapu Saat Tahun Baru

Dipercaya kalau menyapu dan membuang sampah saat Tahun Baru sama saja membuang rezeki yang masuk.

 

Keluarga saya pada dasarnya nggak punya kebiasaan menyapu rumah. Semasa papa saya masih ada, dia marah kalau ada yang menyapu karena menurutnya itu hanya akan membuat debu-debu beterbangan mengotori seisi rumah. Alih-alih menyapu, kami langsung mengepel lantai rumah. Jadi larangan ini nggak menjadi isu di rumah kami.  

 

3. Memotong Rambut

Tahun Baru rambut pun baru, begitu kurang lebih maksudnya. Keluarga saya tidak konsisten melakukan tradisi ini karena merasa bukan sesuatu yang wajib. Kalau sempat dan memang sudah waktunya potong ya potong. Kalau nggak, juga tak mengapa.

 

4. Memasang Ornamen Serba Merah

Menurut legenda, monster jahat bernama Nian yang datang menyerang setahun sekali pas Tahun Baru takut dengan warna merah. Jadilah tradisi memasang ornamen serba merah ini dipraktikkan turun-temurun.

 

Baca juga: "Ini Dia Legenda di Balik Tahun Baru Imlek yang Serba Merah"

 

Keluarga saya sudah memasang ornamen-ornamen Imlek berwarna merah di rumah sejak saya kecil. Makin tahun makin bertambah, seiring dengan masuknya informasi dari luar. Misalnya Pohon Mei Hwa (plum blossom) dan Chun Lian (kertas merah berisi sajak) yang baru kami kenal belakangan, di masa dewasa saya. Menyenangkan mengeluarkan pohon artifisial ini dari gudang dan menggantung-gantunginya dengan pernak-pernik beberapa hari sebelum Tahun Baru. Sama lah kira-kira dengan keriaan umat Nasrani saat menghias pohon Natal.

 

Menghias Pohon Mei Hwa

 

5. Menyiapkan Hidangan Khas Imlek

Hidangan khas Imlek ada yang general seperi kue keranjang atau sering disebut dodol Cina atau bahasa Mandarinnya nian gao, juga buah jeruk, kue lapis, dan manisan. Semuanya punya makna yang baik-baik, berhubungan dengan rezeki dan harapan hidup yang manis-manis.

 

Kue keranjang

 

Tapi selain itu, ada juga hidangan khas yang berlaku di komunitas tertentu, bahkan di keluarga tertentu. Keluarga besar saya, keturunan Tionghoa yang beranak-pinak di Bekasi, misalnya, punya hidangan wajib kolang-kaling alias buah atep dan agar-agar (lebih populer disebut ager-ager), supaya yang menyantapnya tetep seger di tahun mendatang. Tapi sudah lama keluarga saya meninggalkan hidangan ini. Nggak ada alasan khusus sih.

 

Dulu mama saya juga selalu membuat wajik Bandung yang diberi warna pink setiap Tahun Baru Imlek. Kue ini nggak pernah dibuat mama di luar Tahun Baru Imlek. Tapi sayangnya, karena membuatnya cukup melelahkan, sudah lebih dari 10 tahun mungkin, mama saya sudah tak membuatnya lagi.

 

6. Sembahyang Leluhur

Sembahyang kepada leluhur (orangtua atau kakek-nenek yang telah meninggal dunia) sebelum Tahun Baru Imlek hanya dilakukan oleh etnis Tionghoa yang masih memegang teguh tradisi. Biasanya dilakukan H-6 sampai H-1, atau setelah Dewa Dapur naik ke langit di H-7. Ada keluarga yang menyajikan beragam menu masakan termasuk samseng (ikan utuh, daging babi, ayam utuh) di meja abu leluhurnya, ada juga yang hanya menyajikan buah-buahan dan kue. Keluarga saya memilih yang terakhir.

 

Menu lengkap termasuk samseng di meja abu leluhur

 

Meja abu papa saya, hanya buah-buahan

 

Bersambung ke sini

 

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Mayawati NH, Riska Setiady, Welly Yaptianto
Comment