PARA PENDATANG BERBAUR HARMONIS DENGAN PRIBUMI DI KOTA SIBU DI SARAWAK 2020-03-10 14:30

Tua Pek Kong Temple

 

Sarawak, negara bagian terluas di Malaysia, lebih identik dengan Kota Kuching. Padahal jantungnya ada di Kota Sibu, kota ke-3 terbesar di Sarawak setelah Kuching dan Miri. Sibu terletak di pertemuan Sungai Rajang dan Sungai Igan di Sarawak Tengah. Kota ini merupakan pelabuhan perdagangan penting di masa lalu dan salah satu pintu masuk Sarawak bagian Tengah melalui Sungai Rajang, sungai terpanjang di Malaysia.

Penduduk Sibu didominasi etnis Foochow yang berasal dari Fuzhou di Cina. Mereka bermigrasi di awal abad ke-19 atas permintaan James Brooke (Panglima Kerajaan Inggris yang kemudian menobatkan diri sebagai Raja Sarawak I) yang ingin membangun agro industri di Sarawak. Gelombang migrasi itu membuat Sibu dijuluki “New Fuzhou”.

 

Total lebih dari dua pertiga penduduk Sibu memiliki akar keturunan dari Cina. Selain  Foochow juga terdapat etnis Hokkien, Hakka, Hainan, Canton. Namun persentasinya lebih sedikit. Para pendatang ini hidup berbaur dengan pribumi Melanau, Iban, Orang Ulu serta Melayu, membentuk masyarakat majemuk di Sibu hingga kini.

CARA KE SIBU

Tidak ada penerbangan langsung dari tanah air. Harus transit di Kuala Lumpur atau Johor. Maskapai yang melayani adalah AirAsia dan Malaysia Airlines. Namun jika tinggal di Pontianak (Kalbar) bisa menggunakan jalur darat dengan bus melalui Kuching (Malaysia). Jadwal dan harganya bisa dicek di www.busonlineticket.com.

TRANSPORTASI DI SIBU

Bandara Sibu terletak 25 km dari pusat kota. Tidak ada shuttle bus dari bandara, harus naik taksi. Untuk kembali ke bandara lebih hemat naik taksi online, Grab. Taksi online juga bisa jadi andalan berkeliling kota. Namun untuk rute yang lebih jauh disarankan menyewa mobil atau menggunakan jasa agen travel lokal. Beberapa destinasi bisa juga diakses dengan transportasi sungai.

OBJEK-OBJEK MENARIK:

Pusat kota Sibu bisa dijelajahi dengan berjalan kaki. Mulailah menjelajah Sibu dengan melipir ke tempat-tempat berikut:
 

SIBU CULTURAL HERITAGE MUSEUM

 

Di bangunan berbentuk oktagon ini tersimpan beragam koleksi artefak. Cukup lengkap untuk memberi gambaran kemajemukan penduduk Sibu. Ada juga foto-foto kuno kisah migrasi. Display-nya disusun menarik, disesuaikan dengan desain gedung dan seperti mengikuti alur cerita. Di komplek museum ini juga berkantor Visitor’s Information Center Sibu. Jadi bisa tanya-tanya.


Tiket masuk: gratis

Jam buka: 09.00-17.00 (Selasa-Sabtu).
 

THE LAU KING HOWE HOSPITAL MEMORIAL MUSEUM

Rumah sakit ini dulunya merupakan saksi bisu perkembangan sejarah Sibu. Lau King Howe adalah nama usahawan yang mendonasikan kekayaannya bagi pembangunan rumah sakit. Karenanya, patungnya dipajang di lobi rumah sakit yang kini menjadi museum. Museum ini menempati bangunan panggung dari satu-satunya bangunan tersisa di bekas lokasi rumah sakit tersebut sebelum pindah ke tempat lain di tahun 1994.

 

Patung Lau King Howe di lobi museum


Tiket masuk: gratis
Jam buka: 09.00-17.00 (Selasa-Sabtu)


SIBU CENTRAL MARKET

Ini adalah indoor market terbesar di Malaysia. Di pasar dua lantai ini ada lebih dari 1.000 pedagang hasil bumi seperti buah-buahan, sayuran ditambah obat-obatan dan produk kerajinan. Banyak buah-buahan hutan yang jarang dijumpai dijual di sini. Jauh di belakang ada pasar basah, menjual hasil tangkapan dari laut dan sungai. Ada juga hewan hidup (ayam) serta daging potong.

 

Sibu Central Market

 

Kalau udah pegel muter-muter naik aja ke lantai dua. Di sini ada pujasera. Bisa ngopi-ngopi sebentar sambil ngudap camilan.
Jam buka: 06.00-23.00
 

SIBU TOWN SQUARE

 

Lapangan seluas 32 hektar di jantung Kota Sibu ini disebut sebagai alun-alun terbesar di Malaysia. Pada hari-hari tertentu dijadikan tempat untuk konser musik ataupun festival budaya. Sore hari adalah waktu terbaik melipir ke sini supaya nggak kepanasan.
 

Baca juga: "10 Top Kuliner di Sibu, Jantung Sarawak"

 

RAJANG ESPLANADE

Pedestrian lebar dan taman yang membentang sepanjang tepian Sungai Rajang ini terhampar mulai dari Express Boat Terminal hingga Kingwood Hotel. Ini adalah tempat favorit warga lokal terutama kaum muda menghabiskan sore. Biasanya untuk menikmati sunset di tepian Rajang.


TUA PEK KONG TEMPLE

Kuil tertua di Sibu yang berusia lebih dari satu abad ini awalnya berbahan kayu, kemudian direkonstruksi ulang tahun 1897 dengan arsitektur gaya Taoist berikut bangunan pagoda yang menjulang setinggi 7 lantai.

 

Pagoda di Tua Pek Kong Temple

 

Pagoda ini kini merupakan landmark Sibu. Pengunjung diperkenankan naik hingga lantai teratas. Biasanya menjelang sunset banyak turis naik ke sini untuk menikmati pemandangan Sungai Rajang berikut Sibu Waterfront.  
 

NIGHT MARKET

 

Di sini kita bisa bebas muter-muter sekadar belanja mata atau berburu kuliner khas seperti kue-kue lokal, sate dan beragam jenis makanan lokal lainnya. Kita bisa ngemil dari satu tenda ke tenda lain sampai lelah dan kekenyangan.
Jam buka: 17.00-22.00 (terkadang tutup lebih malam)

 

SUNGAI MERAH HERITAGE WALK

Lokasinya sekitar 6 km dari pusat kota. Sesuai namanya air di sungai ini berwarna kemerahan. Keistimewaannya, tempat ini merupakan perkampungan terawal imigran dari luar Sibu.

 

Ada sebuah taman dan tugu peringatan 100 tahun kedatangan imigran Foochow ke Sibu yang disebut Wong Nai Siong Memorial Garden. Beliau adalah seorang misionaris sekaligus pemimpin rombongan saat itu. Di tempat ini tersedia  pedestrian di tepian Sungai Merah yang nyaman buat berjalan kaki.


SIBU GATEWAY (PINTU GERBANG SIBU)

Bangunan berbentuk gerbang berikut atap kerucut menyerupai topi khas Suku Melanau ini dilengkapi taman yang asri. Di dekatnya ada Lin Garden dengan patung angsa berwarna putih yang merupakan ikon Sibu. Tempat ini paling bagus dikunjungi malam hari karena dihiasi lampu iluminator warna-warni.  

 

Tugu Angsa di pusat kota Sibu
 

RUMAH PANJANG BAWANG ASSAN

Tidak berada di pusat kota Sibu, dapat dijangkau sekitar 40 menitan berkendara ataupun menumpang perahu cepat. Ini adalah salah satu permukiman suku Iban yang terbuka untuk dikunjungi turis. Tersedia opsi menginap di beberapa kediaman yang merangkap homestay. Ada sekitar 9 rumah panjang yang berdiri di sini sejak abad ke-18.  
 

Teks & Foto: Dammer Saragih
Comment