PERCAYA DEH, SEKALI TAK AKAN CUKUP KE BUKIT WAIRINDING DI SUMBA 2020-01-20 10:00

Menikmati sunset di Bukit Wairinding. Ini dari sisi yang sebelah kanan

 

Di antara cukup banyak bukit bergelombang eksotis di Pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang paling duluan ngetop tak lain adalah Bukit Wairinding. Bukit ini jadi favorit para wisatawan dan tentunya juga jadi destinasi wajib saat ke Sumba. Tak heran kalau kian hari kian ramai. Untung areanya luas banget, jadi walaupun ramai, masih bisa lah foto-foto tanpa bocor asal mau blusukan sampai ke ujung-ujungnya. Dan ya karena luasnya itu, dan karena beda musim bukitnya beda warna, nggak akan cukup datang ke sini cuma sekali. Harus berkali-kali!

 

WAKTU YANG PAS SAAT SUNRISE DAN SUNSET

Sunset terlihat dari balik bukit ini di Wairinding

 

Mengingat posisinya cukup tinggi dan sejauh mata memandang hingga 360 derajat hanya terlihat barisan perbukitan, jadi baik sunrise maupun sunset bisa terlihat di sini. Kalau sore cahaya di spot utama ini backlight. Jadi supaya dapat foto dengan pencahayaan bagus kudu dateng pagi.  Sayangnya, walaupun sudah 4 kali ke Bukit Wairinding, saya selalu datang saat sunset. Tapi pengalaman yang didapat selalu beda.

 

Pertama kali Mei 2016, kami datang pas hujan, sehingga kami pun harus berteduh dulu di satu-satunya rumah yang ada di situ. Hujan berhenti, langit tetap mendung kelabu. Tapi saat itu enaknya Bukit Wairinding masih sepiiiii... Selain rombongan kami, hanya ada satu rombongan lain, itu pun tampaknya orang lokal yang nggak heboh berfoto seperti kami, hihi. Kami sempat memesan kopi di rumah biru yang ada di jalan masuk menuju bukit saat berteduh, cangkir kopi kami bawa ke atas, dan berposelah kami sambil ngupi-ngupi cantik. Dan walaupun nggak dapat sunset, kami dapat bonus pelangi ganda... Cantik!

 

Pose ngupi-ngupi cantik

 

Pose ngupi-ngupi cantik

 

Dapat pelangi di Bukit Wairinding

 

Datang kedua kali November 2017 sunset-nya nggak dapat juga, tapi beda dengan tahun sebelumnya di mana bukitnya kuning kecoklatan, kali ini ‘berpermadani’ hijau. Datang berombongan dengan teman yang semuanya perempuan, kami berfoto-foto heboh di situ sampai gelap meliputi seantero bukit.

 

Keindahan Bukit Wairinding saat berwarna hijau

 

Berpose seru-seruan bersama teman serombongan

 

Betah di spot sebelah kiri sampai gelap menjemput

 

Kesempatan ketiga, Mei 2018. Kali ini saya dan teman-teman jalan kaki ke ujung bukit demi melihat posisi paling rendahnya matahari saat pamit di ujung cakrawala di atas bukit yang saat itu berwarna hijau kecoklatan atau coklat kehijauan. Dari begitu tiba di situ, melihat kondisi langit, saya yakin kali ini dapat sunset-nya, dan benar saja! Teman-teman serombongan yang memilih menanti matahari menghilang di ufuk barat dari sisi yang berbeda juga mendapatkan foto-foto yang cetar.

 

Akhirnya dapat sunset-nya

 

Jalan sampai ke ujung demi melihat sunset

 

Menanti sunset di sini

 

Kali keempat, September 2018, saya dan rombongan cuma ngetem lama di spot favorit di sisi kiri. Tempat di mana kita bisa melihat dua sisi bukit bertemu dan di dasar pertemuan itu teronggok barisan pepohonan yang menggerumbul. Kami berfoto aneka gaya di situ dengan kain Sumba yang dibawa, nggak penting dapat sunset atau nggak. Rerumputan bukit tampak kering coklat dan sebagian gundul. Tetap nggak mengurangi keeksotisan tempat ini.

 

Berpose dengan kain Sumba di spot favorit

 

DULU DAN SEKARANG

Waktu pertama kali datang tahun 2016, menemukan tempat ini agak sulit kalau nggak diantar supir atau pemandu karena penandanya hanyalah rumah bercat biru dan beratap seng. Kalau dari Tambolaka (Sumba Barat Daya) rumah ini berada di kiri jalan, kalau dari Waingapu (Sumba Timur) di kanan jalan.

 

Saat saya terakhir datang tahun 2018, suasana parkiran di pinggir jalan bukit ini padat poll!! Beda banget dengan kondisi tahun 2016. Dan sekarang sudah ada penanda berupa papan selamat datang.

 

Dari parkiran naik hingga sampai spot awal bukitnya nggak sampai 5 menit. Dari situ kita bisa mengeksplor ke spot favorit di sebelah kiri, atau kalau mau menjauh dari keramaian bisa ke spot sebelah kanan. Atau dari spot kiri jalan lagi terus ke depan, mengikuti jalan setepak yang sudah ada.

 

Spot favorit di sebelah kiri, Mei 2016

 

Spot favorit di sebelah kiri, November 2017

 

Spot favorit di sebelah kiri, Mei 2018

 

Tiket masuk dulu sih nggak ada. Tapi sekarang sudah ada tiket masuk per orang Rp5.000, parkir mobil Rp10.000. Sekalian juga isi buku tamu ya.

 

ATRAKSI LAINNYA

‘Atraksi alami’ lain di Bukit Wairinding adalah kehadiran bocah-bocah lokal yang bermain di sekitar. Mereka kadang terlongo-longo demi melihat aksi kita berfoto-foto, kadang ikut tertawa-tawa. Mereka nggak menolak diajak berfoto bareng, bahkan bisa diminta menyanyi. Pada dasarnya mereka nggak minta imbalan, tapi wajah mereka akan sumringah kalau kita membagikan permen, biskuit atau makanan lain. Kalau tak repot bawa jugalah alat tulis, buku tulis, buku ceirta, bola atau peralatan olahraga. Pasti mereka tambah girang.

 

Kadang di rerumputan bukit juga berkeliaran kuda-kuda Sumba yang tentunya bisa menjadi tambahan objek foto. Ada juga jasa penyewaan kain tenun Sumba untuk dipakai berfoto.

 

Baca juga: "Saat Airnya Hijau Maupun Coklat, Air Terjun Lapopu di Sumba Tetap Memesona"

 

CARA KE SINI

Letak Bukit Wairinding di Desa Pambotanjara Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.

 

Biasanya wisatawan mampir ke Bukit Wairinding dalam perjalanan dari Tambolaka ke Waingapu. Waktu tempuh berkendara dari Tambolaka +/-3 jam. Atau kalau ke sininya dari Waingapu berkendara 30 menit saja. Melewati Jalan Trans Sumba Waingapu-Waikabubak.

 

Sedangkan untuk ke Kota Tambolaka ataupun Kota Waingapu dari Jakarta harus dengan penerbangan yang transit di Denpasar.

 

Baca juga: "6 Alasan Kenapa Kamu Harus ke Pantai Mandorak di Sumba"

 

PENGINAPAN

Di sekitar sini nggak ada penginapan. Tapi berhubung nggak jauh dari Waingapu, menginapnya ya di Kota Waingapu saja yang cukup banyak pilihan hotelnya.

Teks: Mayawati NH Foto: Mario Susilo, Mayawati NH
Comment