WAT MAHATHAT DAN PATUNG KEPALA BUDDHA YANG MENJADI SPOT FAVORIT TURIS DI AYUTTHAYA 2020-05-07 00:00

Inilah spot favorit di Wat Mahathat

 

Di Ayutthaya begitu banyak kuil kuno dengan stupa-stupa dan pagoda-pagoda yang semuanya menarik dan tentu punya nilai historis. Tapi ada satu kuil yang namanya mungkin kurang familiar, Wat Mahathat, tapi keberadaan patung kepala Buddha di antara akar-akar pohon bodhi di kuil ini sangat populer di kalangan wisatawan. Pokoknya kalau ke Ayutthaya yang tak jauh dari Bangkok ini harus melihat patung kepala Buddha ini ya.

 

Wat Mahathat dibangun pada masa Raja Borommaracha I tahun 1374 dan dirampungkan pada masa Raja Ramesuan, sebelum Ayutthaya menjadi ibu kota Siam. Kuil ini bercirikan prang bergaya Khmer. Tinggi prang utamanya 46 m yang sayangnya kini hanya tersisa gundukan besar berbentuk simetris dan tangga-tangganya saja. Tadinya prang ini dipakai sebagai tempat menyimpan peti kecil berisi relik Buddha. Tapi sekarang reliknya sudah disimpan di Chao Sam Phraya National Museum.

 

Prang utamanya yang tak lagi utuh

 

Dipercaya sebagai pusat kegiatan spiritual pada Periode Awal Ayutthaya, Wat Mahathat dulunya adalah tempat dilangsungkannya upacara-upacara kerajaan baik yang sifatnya keagamaan maupun bukan, sebelum akhirnya dipindahkan ke Wat Phra Si Sanphet.

 

Baca juga: "5 Kuil Cantik yang Pantang Dilewatkan di Ayutthaya"

 

Nah, tentang adanya patung kepala Buddha yang terjepit di akar-akar pohon bodhi di dalam komplek kuil ini, nggak ada keterangan resmi bagaimana persisnya patung kepala Buddha ini terjebak di situ. Tapi kemungkinan karena banjir dan perusakan besar-besaran saat invasi Burma ke Thailand dan pertumbuhan tanaman yang sangat cepat setelahnya.

 

Ada legenda juga di baliknya, konon tak jauh dari spot ini ada dua putra mahkota bertarung memperebutkan tahta. Sang pemenang, Raja Ramathibodi I, kemudian membangun istana dengan banyak patung Buddha di spot ini untuk mengenang saudaranya. Kepala Buddha di sela batang pohon itu dipercaya aslinya dari salah satu patung-patung tersebut. Ada juga versi lain yang menyebutkan, kepala itu adalah replika dari si putra mahkota yang kalah. Benar atau nggak, nggak ada yang tahu. Tapi cerita ini cukup sering disampaikan oleh para pemandu di sini kepada para wisatawan.

 

Spot utama di Wat Mahathat ini selalu dijaga

 

Lokasi pohon dengan kepala Buddha ini ada di sebelah kanan begitu kita memasuki komplek kuil. Gampang nyarinya. Kalau Trippers melihat kerumunan orang, bisa dipastikan itulah lokasinya. Soalnya banyak orang yang ingin berfoto di depan patung kepala Buddha ini. Harap diperhatikan ya, kalau mau berfoto di depan patung ini harus bersimpuh atau jongkok, nggak boleh berdiri. Juga nggak boleh bergaya yang aneh-aneh apalagi kurang sopan. Penjaga yang selalu stand by di situ pasti akan langsung menegur kalau ada yang melanggar.

 

Komplek kuil yang luas ini termasuk yang sangat rusak akibat invasi Burma. Prang miring-miring, juga patung Buddha tanpa kepala jadi pemandangan umum di sini. Tapi justru itulah yang membuat kuil ini sangat eksotis.

 

Prang-prang ini mendominasi Wat Mahathat

 

Prang miring-miring menambah eksotis

 

Beberapa patung Buddha tanpa kepala

 

Banyak sudut cantik yang bisa Trippers lihat dan foto kalau mengeksplornya pelan-pelan. Jalan terus ke tiap lorong, pelataran, sampai ke bagian belakang. Mau berfoto sendiri atau beramai-ramai juga banyak pilihan sudut yang Instagenik.

 

 

 

Di area belakang dengan mengarahkan kamera ke arah depan, Trippers juga akan menemukan angle-angle foto yang ciamik. Jadi jangan malas untuk mengelilingi tiap sudut dari komplek kuil ini ya.

 

Di area belakang banyak spot Instagenik

                 

Tiket masuk: THB 50

Jam buka: 08.00-18.30 (setiap hari)

Tambahan info: Di area parkir Wat Mahathat tepatnya di tepi sungai ada Kafe Sanohat Ayutthaya. Asyik buat bersantai sambil menyesap kopi maupun minuman dingin.

 

Bisa juga bersantai di kafe tepi sungai

 

Cara ke Ayutthaya bisa dibaca di sini.

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Joe Hartanto, Mayawati NH, Sri Suryani
Comment