JALAN-JALAN KE LASEM DALAM KENANGAN PAK SIGIT WITJAKSONO 2021-06-26 16:15

Penulis berpose di Kelenteng Tjoe An Kiong

 

Lasem merupakan sebuah tujuan wisata unik di pesisir utara Jawa Tengah. Kota yang disebut “Tiongkok Kecil” ini memiliki sejarah sebagai lokasi permukiman suku Tionghoa kuno, sehingga menyisakan bangunan-bangunan khas Tiongkok yang masih terawat baik sampai sekarang. Salah satunya adalah Rumah Oei, Jl. Jatirogo No. 10, Pandeyan, Lasem (0811272042).

 

Rumah kuno ini direnovasi dengan cantik, sehingga kita bisa menikmati halamannya yang luas sambil ngopi di halaman depannya. Masuk ke dalam, kita bisa melihat struktur atap kayu yang tinggi dengan palang bersusun, dengan jendela-jendela besar yang cocok untuk selfie. Di bagian belakang, ada halaman luas yang menuju ke sebuah bangunan hostel, yang bisa digunakan jika kita membutuhkan penginapan sederhana. Cantik!

 

Suasana ngopi di Rumah Oei Lasem

 

Namun, kunjungan ke Lasem tidak lengkap tanpa batik. Ya! Lasem merupakan penghasil warna merah di “Batik Tiga Negeri” yang terkenal itu. Sehingga, rata-rata batik Lasem dominan warna merah. Berbeda dengan Pekalongan, di Lasem industri batik masih menengah-kecil ukurannya. Salah satunya adalah Batik Sekar Kencana alias Batik Pak Sigit, Gang. 4, No. 4, Babagan, Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, Jateng 59271 (081249633557). Di tahun 2011, kami bersama grup mendapat kebanggan bisa melihat proses membatik sekaligus makan siang di rumah Pak Sigit Witjaksono (Njoo Tjoen Hian), seorang tokoh budaya Lasem.

 

Belanja batik di Lasem

 

Di dalam rumahnya yang bergaya Tiongkok kuno, kami disajikan hidangan khas Lasem: ada kelo merico, sajian berkuah dengan aroma merica yang kuat merangsang hidung. Lontong tuyuhan juga hadir, hidangan khas Tuyuhan dengan rasa gulai lembut. Sate serepeh –bisa jadi mengacu ke nama kuno bumbu kental ‘serapah’ di Bali– juga hadir di sana. Sate daging ayam ini menjadi spesial karena siraman kuahnya yang berwarna kemerahan, berbahan santan dan gula jawa. Rasanya pedas manis gurih, sangat sedap mendampingi nasi panas. Selama makan siang, Pak Sigit dengan semangat terus berkisah mengenai sejarah budaya Lasem didampingi Bu Marpat, istrinya.

 

Hidangan sate serepeh dan kelo merico di rumah Pak Sigit

 

Santap siang bersama Pak Sigit

 

Pak Sigit dengan semangat menjelaskan Batik Lasem

 

Kunjungan ke Lasem tentu saja tidak lengkap tanpa melihat kelenteng-kelentengnya yang klasik dan bersejarah. Salah satunya adalah Kelenteng Tjoe An Kiong. Gerbangnya yang berwarna merah muda saja sudah sangat menarik untuk berfoto, dan di dalamnya banyak terdapat objek yang unik. Salah satunya, di dinding kelenteng ini –juga ada di Kelenteng Gie Yong Bio– terdapat lukisan kotak-kotak seperti komik yang menggambarkan cerita Hongsin/Fengshen (penganugerahan malaikat) dan kisah penggulingan Raja Zou oleh Raja Wu pada zaman Dinasti Shang. Gambar seperti inilah yang juga terdapat di Jepang, dikenal dengan nama “manga”, yang kemudian menjadi inspirasi budaya komik manga di Jepang. 

 

Lukisan “manga” di Kelenteng Tjoe An Kiong

 

Yuk, jika sudah aman, mari ke Lasem! 

 

Tulisan ini dibuat memperingati wafatnya Bapak Sigit Witjaksono (Njoo Tjoen Hian) tanggal 25 Juni 2021, yang jasanya tak terlupakan untuk kemajuan budaya Lasem.

 

Baca juga: “Napak Tilas di Tiongkok Kecil Lasem (Bagian 1)

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment