MAU LIHAT “BENDA PUSAKA” TEGAK DI MANA-MANA? CANDI SUKUH TEMPATNYA! 2021-09-04 21:50

Piramida Candi Sukuh, mirip Chichen Itza di Meksiko

 

Perjalanan pertama ke Candi Sukuh di Karanganyar Jawa Tengah sungguh tak terlupakan. Tujuannya sebenarnya mencari sumber air, membantu teman yang punya usaha air minum dalam kemasan di dekat situ. Sumber airnya berada di tanah terjal di sebuah bukit, di arah timur Kota Solo, berdekatan dengan Gunung Lawu. Air dari sumber nampak mengucur deras, pada posisi tanah dengan kemiringan hampir 25 derajat! “Ini di atasnya ada candi…” kata pemiliknya. Candi apa? Menarik! Memang posisi titik sumber air biasanya dekat dengan titik peradaban seperti candi. “Candi Sukuh…” jawabnya. Yuk, kita ke sana!

 

Baca juga: “Sssttt…Ada yang Erotis di Lereng Gunung Lawu! Mau Lihat?

 

Kami parkir di seberang, kemudian menyeberang jalan untuk masuk ke gerbang utama Candi Sukuh. Dari pintu masuknya saja candi ini sudah terlihat “berbeda”, justru karena objek-objeknya terlihat familiar. Lihat bagaimana ada ukiran berbentuk hati, lalu jajaran manusia bersayap seperti malaikat, serta bangunan besar seperti piramida yang menjadi latar belakangnya. Piramida? Ini di Solo, kok mirip Tintin and The Picaros?

 

Ukiran lembu

 

Menaiki gajah

 

Ketika kita perhatikan ukirannya, candi ini menjadi lebih menarik lagi. Mungkin karena pembangunannya 600 tahun setelah Candi Borobudur (tahun 1359), berbeda dengan adegan dan ukiran Borobudur yang nampak “asing”, di sini ukirannya nampak familiar. Lihatlah Bima menggunakan topi berekor seperti Bima dalam Sendratari Ramayana…. Seorang pendeta dengan topi bundar, janggur panjang, dan jubah mirip seperti pedande Hindu di Bali. Bahkan, beberapa ukiran dan patung cukup vulgar. Bentuk hati tadi misalnya, rupanya adalah gambaran “rahim” dengan ukiran lingga persis di depannya. Seolah ada pengukir yang iseng, di antara ukiran Bima dan Arjuna ada ukiran pria kecil seperti kartun dengan wajah seperti menyanyi dan menunjukkan ukuran “benda pusaka” yang luar biasa! Bahkan ada satu patung yang memegang benda pusakanya tegak bak siap tempur di kasur. Memang sebaiknya jangan bawa anak kecil ke sini kalau Anda tidak siap dengan jawaban atas pertanyaan mereka.

 

Pendeta mirip pedande di Bali

 

Ukiran iseng atau sungguhan?

 

Namun, kalau kita perhatikan, justru karena kemiripan dengan masa kinilah kita bisa merasakan emosi ini. Atap rumah berbentuk limas dengan empat tiang, sebuah “bale” --nampak di mana-mana termasuk di sebuah ukiran hutan nan seram Gandamayit, lengkap dengan hantu melayang-layang seperti di Tiktok. Ada satu ukiran yang sangat penting di sini: gambar Bima sedang menempa berbagai macam pedang termasuk keris, dengan Ganesha di sebelahnya. Keris adalah senjata tradisional yang juga diklaim oleh Malaysia dan Singapura (ingat Krisflyer?), namun ketok palu “sah” bahwa keris berasal dari Indonesia ada di ukiran ini: bukti otentik Bima yang sedang menempanya, sejak abad ke-13!

 

Bima sedang menempa keris bersama Ganesha

 

Suasana magis makin terasa di pelataran utama, persis di depan piramida. Bahkan Giogrio A. Tsoukalos, seorang penulis dan pemerhati UFO dan alien, mempertanyakan mengapa piramida Candi Sukuh mirip dengan Chichen Itza di Yucatan, Meksiko, yang ribuan kilometer jauhnya? Apakah pembangun Candi Sukuh mendapat “wangsit” dari seseorang yang datang dengan piring terbang? Entahlah, namun dua ekor kura-kura besar yang mengapit tangga masuk --melambangkan dunia bawah, dan kita berandai-andai kok bentuknya mirip piring terbang?

 

Garuda mirip astronot

 

Saya kaget melihat beberapa orang berbaju warna emas dan asap yang membubung naik dari dasar piramid. Ada apa ini? Siapa mereka? Apakah piramida yang ratusan tahun berdiam diri ini ternyata adalah moncong pesawat angkasa yang kini sedang lepas landas? Apakah patung garuda di pintu depan sebenarnya bukan garuda tapi astronot alien? Setelah kucek-kucek mata, baru saya melihat jelas. Ternyata serombongan penari sedang shooting video klip lagu, dengan efek asap! Astaga!

 

Sendratari mirip alien

 

Bosan di dunia yang sumpek dengan kopid? Yuk ke Candi Sukuh dan berharap alien segera menjemput kita!

 

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment