BEDUGUL DAN KINTAMANI: A TALE OF TWO MOUNTAINS 2022-07-12 00:00

Pemandangan indah Bedugul

 

Kalau turis domestik di Bali mendengar kata “wisata gunung”, yang kebayang selalu adalah Kintamani: yang ada Danau Batur besar di atas gunung dengan pemandangan indah. Padahal, ada satu lagi pusat wisata pegunungan, yakni Bedugul! Sama-sama ada danaunya, tapi yang ini posisinya lebih ke arah barat, dengan Pura Ulun Danu Beratan yang pernah jadi idaman se-Indonesia Raya karena tercetak di lembar uang Rp50.000. Dan biar tambah lieur, Danau Batur pun punya pura yang namanya mirip: Pura Ulun Danu Batur, tapi yang ini tidak di atas danau!

 

Pura Ulun Danu Beratan

 

Kintamani adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bangli. Kalau diperhatikan, ketika menyeberang dari Ubud (termasuk Kabupaten Gianyar) ke Kintamani, terjadi perubahan gagrak kuliner yang kentara. Bangli adalah pusat Mujair Nyat-nyat, sebuah hidangan ikan air tawar yang dimasak dengan bumbu base genep khas Bali sampai kuahnya menguap hampir habis, istilah Jawanya “nyemek”. Contoh hidangan klasik Bangli adalah Mujair Nyat-nyat Pak Bagong (0813 3715 4900). Di sini ikan mujair digoreng kemudian disiram kuah nyat-nyat seperti pesmol, yang menghadirkan sensasi gurih, aromatik bumbu Bali, dan rasa yang sedap luar biasa. Apalagi jika ditambah sambal matah khas Bangli: lagi-lagi berbeda dengan sambal matah di Kuta: versi Bangli minyaknya tidak banjir, lebih kering, dan karena Bangli memiliki wilayah pegunungan berdanau yang subur, andalannya adalah kerenyahan dan kesegaran bawang merah dan cabainya. Kriuk kriuk pedes sedap!

 

Pemandangan Kintamani

 

Mujair Nyat-nyat Pak Bagong

 

Baca juga: "Tak Nyatnyat Maka Tak Nyayang"

 

Duren Kintamani juga enak lho

 

Wilayah Kintamani juga punya sejarah budaya Tionghoa yang unik. Di dalam Pura Ulun Danu Batur ada sebuah kelenteng yang memiliki sumur air, padahal posisinya di puncak gunung! Konon sejarah budaya Tionghoa di Bali terekam dalam kisah Balingkang. Nah, kebetulan saya bertemu dengan seorang teman yang paham budaya Tionghoa di Kintamani, yang bercerita bahwa ada beberapa perbedaan dengan daerah lain. “Kalau hari raya Bacang (Peh Cun), biasanya kami tidak hanya makan bacang tapi juga dua jenis makanan lainnya: kue cang, kue dari ketan yang dicocok gula, dan kue gambir, dari tepung talas yang diisi gula kelapa,” katanya menjelaskan. Menarik! Kue gambir ini baru pertama kali saya coba: dibungkus dua lapis daun bambu, warnanya ungu dan rasanya mirip mochi tetapi tidak terlalu lengket. Menarik!

 

Bacang, kue cang, dan kue gambir

 

Kue gambir

 

Kawasan Bedugul termasuk Kabupaten Tabanan. Kawasan wisata ini sebenarnya sudah lebih dulu berkembang, sehingga terasa aura “jadul” seperti kalau ke Puncak. Jalan teraspal baik namun naik turun tajam, dan di sisi kanan jalan ada Hotel Pondok Indah Bedugul yang konon tidak pernah buka dan sering dijadikan lokasi siaran uka-uka. Sayangnya, kali ini kami tidak sempat melakukan eksplorasi kuliner, namun Ayam Taliwang As Siddiq (0818 0539 3957) persis di depan Wisata Bedugul nampaknya menarik untuk dicoba.

 

Kapan terakhir ke Bedugul? Saya sendiri lebih dari 10 tahun lalu. Ternyata, kawasan Bedugul kini semakin dipercantik! Berhubung sedang promo pasca-pandemi, kami bisa membayar tiket masuk dan mendapatkan minuman teh atau kopi gratis di restoran. Ada taman bermain kecil untuk anak-anak, dengan biaya tambahan Rp10.000 tapi dibuat benar-benar cantik di mana anak-anak bisa melompat di atas danau dan seolah bermain di sebuah istana air. Tempat selfie di mana-mana, semuanya bersih dan bagus-bagus! Dan terutama, bentang alam di tempat ini memang sangat indah. Ketinggian Bedugul mirip Kintamani yakni 1.500 mdpl, namun Danau Bedugul lebih kecil sehingga lingkar kawah bisa terlihat jelas dan tercipta sebuah micro-climate yang indah: ketika di lereng gunung hujan, di sini kita bisa melihat langit biru cerah karena posisinya di atas awan. Pura Ulun Danu Beratan nampak cantik berada di tepi danau, seolah tersenyum memandang kami. Ya, bangunan pura ini menjadi saksi bisu bagaimana semasa pandemi kawasan ini mengalami lockdown penuh dan pasti sepi sekali. Sekarang, ketika wisatawan sudah mulai mengalir, alam Bedugul seolah tersenyum sambil sedikit melirik. Silakan menikmati, sampai suatu saat nanti tiba waktu untuk istirahat lagi!

 

Selfie di Bedugul

 

Tempat bermain di Bedugul

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment