8 JAM DARI JAKARTA DEMI CURUG CITAMBUR DI CIANJUR 2017-07-24 00:00

 

Worth nggak mengunjungi Curug Citambur di Cianjur Selatan dengan perjalanan selama 8 jam dari Jakarta? Begitu pertanyaan yang banyak dilontarkan. Soalnya kalau naik pesawat, 8 jam udah sampe Tokyo tuh, hahaha... Saya dengan cepat akan menukas, “Worth banget!” Saya jamin Anda juga akan berseru “Wowww...” begitu sampai di depan curugnya yang begitu tinggi dengan pemandangan sekitar yang cakep. Curug yang berada di Kampung Cinangka, Desa Karang Jaya, Kecamatan Pasir Kuda (ada juga yang bilang masuk Kecamatan Pagelaran), Kabupaten Cianjur bagian selatan ini memiliki ketinggian total kurang lebih 100 meter. Tinggi dan keren!

 

 

CARA KE CURUG CITAMBUR

Jika Anda dari Jakarta seperti kami, ada dua pilihan, mau lewat Puncak atau Bandung. Kalau lewat Puncak, tentunya masuk Tol Jagorawi dan keluar di Ciawi, susuri Jalan Raya Puncak, Cipanas, di pertigaan Tugu Cianjur Jago harus ambil kiri dulu lalu putar balik, susuri jalan itu, menuju Terminal Pasir Hayam, lalu belok kiri ke arah Cibeber, dan terus saja melewati kota kecamatan Pagelaran. Di sini banyak warung atau rumah makan. Melewati Desa Pusaka Jaya, barulah Desa Karang Jaya. Pemandangan di sepanjang jalan di desa-desa ini sungguh menyegarkan mata. Pintu gerbang masuk Curug Citambur ada di sebelah kiri, tepat di seberangnya ada kantor Desa Karang Jaya. Total durasi dari Jakarta termasuk istirahat makan dengan rute ini +/-8 jam.

 

Pemandangan menyegarkan di perjalanan

 

Kalau lewat Tol Cikampek ke arah Bandung, keluar tol Kopo, lalu ambil arah Ciwidey, kemudian terus ke Rancabali, lalu belok kanan ke arah Perkebunan Teh Sinumbra, lanjutkan ke Desa Cipelah dan kemudian Desa Karang Jaya. Dari Ciwidey ke Curug Citambur +/-1,5 jam.

 

Jalan desa dari arah Cipelah maupun dari Desa Pusaka Jaya nggak bisa dibilang jelek tapi memang di beberapa ruas cukup rusak –mobil harus melaju pelan-pelan.

 

Dari gerbang masuk sampai ke area parkir jalanannya berbatu tapi cukup rata dan jaraknya nggak jauh, palingan 5 menit. Tapi kita pasti tergoda untuk mampir dulu di Telaga Rawasoro berwarna hijau yang ada di kanan jalan. Baru setelah itu kita melewati pintu masuk, bayar tiket masuk per orang Rp 10.000.

 

Telaga Rawasoro

 

Kondisi jalan masuk

 

BAGAIMANA KONDISI CURUG

Area parkir di antara pepohonan cukup luas. Di sekelilingnya terdapat warung-warung. Ada mushola, toilet dan juga penginapan berbentuk bungalow sederhana. Semua tertata rapi, termasuk juga taman bunga dengan tulisan “Curug Citambur” di depannya. Dari sini pun curug sudah terlihat bagian atasnya.

 

Bungalow di area curug

 

 

Curug sudah terlihat dari area parkir

 

Jalan kaki ke area curug melewati jalur yang rapi tapi masih berupa tanah, sedikit menanjak, lalu nggak sampai 5 menit sudah sampai di area pertama curug, di mana ada plang bertuliskan “Curug Citambur” lengkap dengan koordinatnya.

 

Sedikit menanjak

 

 

Naik ke atas dengan jalur yang sudah dibuat undakan, kita akan berada di sisi tebing curug. The best view curug bukan di sini karena curugnya hanya terlihat sekitar setengahnya, tertutup sisi tebing yang memeluknya. Memang kita bisa turun sedikit ke bawah agar bisa melihat kolam di bawah curug di teras pertama ini. Tapi harus hati-hati terutama kalau hujan licin, semuanya tanah merah berbatu.

 

Dari atas sini kalau memandang ke arah luar curug, maka terlihatlah jauh di sana deretan perbukitan dengan persawahan mengampar di bawahnya. Tambah cantik begitu ada semburat ray of light menjelang sore.

 

Pemandangan di depan curug

 

Nah, untuk melihat best view curugnya, kita harus turun lagi ke bawah. Tenang, nggak jauh dan nggak susah kok. Memang jalurnya sih masih tanah semua, tapi nggak ada yang curam, dan ada undak-undakan untuk memudahkan. Dari sisi ini mulai terlihat keseluruhan curug yang terdiri dari dua teras. Teras pertama nggak kelihatan kolam di bawahnya karena tertutup tebing dan bebatuan berlumut di depannya. Keberadaan bebatuan inilah yang menambah fotogenik Curug Citambur.

 

 

 

Kolam teras kedua juga tertutup dua bongkah batu. Di kedua bongkah batu inilah kita bisa berpose-pose dengan background curug full. Saat kami datang debit air cukup besar dan cipratannya terasa tapi nggak sampai bikin pakaian basah.

 

 

Kami datang saat hari kerja, jadi nggak terlalu banyak pengunjung. Kami pun bisa puas berfoto di spot favorit di depan teras kedua curug. Kalau wiken sih pasti harus antre dan kemungkinan susah untuk dapat backgorund yang nggak “bocor” deh, apalagi kalau sedang ada yang berendam di kolam teras kedua ini. O ya, di kolam teras kedua pengunjung bisa berendam, tapi di kolam teras pertama nggak bisa. Kita bahkan nggak bisa mencapai kolam teras pertama karena tertutup tebing yang tinggi.

 

 

 

Jadi, kapan kalian main-main ke sini? Just pack & go!

 

 

Teks: Mayawati NH Foto: Mayawati NH, Raiyani Muharramah, Shinta Djojonegoro
Comment
adi wibowo

saya dari jakarta naik motormampir di cibodas buat tidur sebentar, lanjut dari cibodas jam 11 siang sampe sana sekitar jam 7an malem ..????????????

2018-08-08