Suasana Yonphula Airport di Bhutan
Yongphulla Airport atau ada yang menyebutnya Yonphula Airport pasti belum pernah Anda dengar namanya ya? Beda kalau disebut Lukla Airport, minimal kalau Anda pendaki atau pernah ke Nepal atau mencita-citakan Nepal sebagai next destination kemungkinan besar tahu. Karena Lukla Airport adalah salah satu gerbang masuk bagi pendakian Puncak Everest.
Baca juga: "Bhutan: How They Love Their King!"
Lukla Airport disebut-sebut sebagai bandara paling berbahaya di dunia karena berada di ketinggian 2.895 mdpl dan panjang runway-nya hanya 527 m! Nah, kurang lebih begitu pulalah kondisi Yonphula Airport, satu dari empat bandara yang ada di negara Bhutan. Bandara yang hanya melayani penerbangan domestik ini berlokasi di atas pegunungan di ketinggian 2.743 mdpl di Distrik Trashigang, Bhutan Timur. Jarak berkendara dari Kota Trashigang ke bandara ini satu jam.
Di Distrik Trashigang yang cantik inilah Bandara Yonphula berada
Bandara Yonphula awalnya dibangun oleh tentara India tahun 1960-an. Saat itu bandara ini hanya berupa airstrip, dibangun di atas pegunungan yang kebetulan memiliki lahan kosong yang cukup datar. Di awal tahun 2000-an bandara ini mengalami renovasi agar bisa menjadi bandara domestik yang aktif. Renovasi rampung pada Desember 2011. Tapi kemudian karena alasan keamanan landasan pacunya dilapis ulang lagi, dan baru dibuka kembali pada Januari 2013.
Beginilah Yonphula Airport saat masih dibangun
Saat itu pesawat ATR 42-500 yang dipakai maskapai Drukair untuk melayani rute domestik bisa mendarat di bandara yang landas pacunya punya kemiringan 3,8 persen ini. Tapi standar operasi penerbangan komersil menetapkan kemiringan 2 persen. Selain itu landas pacu juga tidak rata seratus persen, ada tonjolan yang lama-kelamaan akan menyebabkan kerusakan struktural pada pesawat. Pihak Drukair juga meminta agar dua bukit di sisi landas pacu dipindahkan karena keberadaaannya cenderung menciptakan angin yang kencang.
Jadi pada Oktober 2013 bandara ini dinyatakan ditutup kembali hingga 2015. Tapi ternyata perbaikan memakan waktu lebih lama, Yonphula Airport baru dibuka kembali 8 Oktober 2017 dengan landas pacu yang sudah di-upgrade menjadi standar internasional.
Sudah berstandar internasional landas pacunya
Beruntung kami yang memilih kembali ke Kota Paro usai trekking di Bhutan Timur dengan pesawat pada awal April 2019 lalu dapat menikmati bandara yang landas pacunya sudah bertaraf internasional. Tapi jangan kaget kalau untuk urusan lainnya Yonphula Airport masih serba manual dan jadoel. Bagasi diperiksa manual oleh petugas karena bahkan metal detector seperti yang dipakai para satpam di mal-mal di Jakarta saja nggak ada. Jadi random saja petugas minta kita membuka koper atau ransel. Koper saya termasuk yang nggak perlu dibuka. Cuma ditanya, “Bawa cairan, baterai, alkohol atau suvenir?” Jawab nggak, ya lolos.
Karena bandaranya kecil, saat menunggu boarding kita juga bisa memotret atau merekam proses pendaratan pesawat dari jarak yang nggak terlalu jauh. Saya pun ikutan motret bersama beberapa penduduk lokal. Seruuu...
Bisa memotret proses mendarat dan mengeluarkan penumpang dari jarak dekat
Adanya Yonphula Airport membuat para Trippers bisa memangkas waktu perjalanan darat 3 hari dari barat ke timur menjadi 40 menit saja. Tapi penerbangan singkat dengan badan pesawat yang bisa mengangkut maksimal 48 penumpang ini harganya nggak murah. Kami dapat harga USD 230 untuk penerbangan sekali jalan dari Trashigang ke Paro.
Worth the money, bisa menyaksikan ini dari atas pesawat
Tapi worth the money kata saya mah. Pertama, kita bisa merasakan adrenaline terpacu saat pesawat lepas landas di landasan pacu yang nggak panjang (sayang udah saya cari tapi nggak nemu data yang menyebutkan berapa panjang landas pacunya –pastinya lebih panjang dari Lukla Airport). Kedua, baru beberapa menit mengudara, kita sudah disuguhi pemandangan pegunungan es yang berada dekat dengan posisi pesawat. Seperti naik scenic flight! Waaa, saya dan teman-teman perjalanan sampai berseru-seru kegirangan sambil terus menjepret-jepretkan kamera atau handphone. Sebuah pengalaman yang pingin banget diulang tapi belum tentu bisa diulang.
Wah gokil juga nih bandaranya
2019-05-03