MARI MENJELAJAH CAGAR BUDAYA NASIONAL KOTA SEMARANG LAMA 2020-08-21 00:00

Landmark Kota Lama Semarang

 

Sementara objek wisata yang sangat akbar yakni wana wisata Jateng Valley baru ground breaking pada 15 Agustus 2020 lalu di Hutan Penggaron Kabupaten Semarang, kawasan Kota Semarang Lama ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional oleh Kemendikbud melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan pada 19 Agustus 2020. Ini merupakan proses panjang sejak 3 tahun lalu.

 

Cagar Budaya Kota Semarang Lama adalah grand design terbaru wisata heritage Kota Semarang yang meliputi kawasan Kota Lama (Oudestad), Kampung Pecinan, Kampung Kauman, dan Kampung Melayu. Kesungguhan pemerintah Kota Semarang dalam mengelola destinasi wisata bukanlah main-main. Kota Semarang juga mendapat gelar Clean Tourist City di ASEAN Tourism Forum 12-16 Januari 2020 lalu di Brunei Darussalam.

 

Baca juga: "Wingko Babat, Benarkah Berasal dari Semarang?"
 

KOTA LAMA

Kota Lama adalah kawasan pertama yang sudah mengalami revitalisasi tahap pertama yang rampung akhir 2019 lalu. Revitalisasi tahap kedua dijadwalkan selesai Desmber 2020. Beruntung saya mendapat kesempatan menyambangi empat kawasan Semarang Lama ini lebih awal. Kedatangan saya via Stasiun Semarang Tawang (1864) yang menjadi bagian dari Kota Lama Semarang ini adalah pembuka jalan menuju destinasi pertama.

 

Kawasan Kota Lama Semarang seluas 31 hektar ini punya julukan Oudestad alias Little Netherland. Sekitar 105 bangunan zaman kolonial tersebar dalam beberapa zonasi. Beberapa bangunan ikoniknya terletak di zona budaya di antaranya De Spiegel (1895) yang kini menjadi kafe resto, GPIB Immanuel Semarang (1753) alias Gereja Blenduk yang jadi gereja Kristen tertua di Jawa Tengah, Gedung Marba (abad XIX), hingga Gedung NILLMIJ (1916) alias Gedung Jiwasraya yang punya elevator pertama di Indonesia.

 

De Spiegel

 

Gereja Blenduk

 

Menyenangkan berjalan kaki menyusuri jalan-jalan di Kota Lama, menyesatkan diri dalam labirin memori masa silam. Terdapat banyak kedai/kafe mungil yang terselip di antara bangunan kuno, dan tentu saja spot foto yang tak habis-habis. 

 

Sebagai seorang yang sentimental, saya paling suka mengunjungi pasar loak yang menempati gedung Galeri Industri Kreatif Semarang (di belakang Gereja Blenduk). Yang dijual di sini termasuk barang langka seperti koin VOC, surat kabar tahun 1800-an, foto-foto kuno, hingga memorabilia masa kanak-kanak. Jika berminat, terdapat pula demo pembuatan wayang suket (wayang khas Jawa Tengah dari mendong alias ilalang rawa).

 

Wajah baru Kota Lama Semarang



KAMPUNG PECINAN

Kaum keturunan Cina-Jawa sudah lama memegang peran penting di bidang ekonomi di Semarang sebelum kehadiran VOC. Kemudian pemerintah kolonial merelokasi warga peranakan ini ke sisi Kali Semarang di tahun 1742 yang pada akhirnya melahirkan Kampung Pecinan.

 

Kelenteng Tay Kak Sie (1746) bisa dibilang landmark Pecinan Semarang. Terkenal karena bentuk bangunannya yang megah dan eksotis. Jangan lewatkan icip lumpia legendaris Gang Lombok di dekat kelenteng.

 

Lumpia Gang Lombok

 

Kawasan Pecinan tentu terkenal dengan kulinernya. Pasar Semawis di Gang Warung adalah pasar malam populer khas Pecinan Semarang yang berlimpah ragam kuliner. Jangan khawatir, pasar yang hanya digelar setiap akhir pekan ini juga punya sajian halal bagi kaum Muslim seperti tahu gimbal, tahu pong, nasi ayam, lumpia, pisang plenet, es cong lik, wedang tahu, dan banyak lainnya. 

 

Baca juga: "Tlogo Ecotourism, Menikmati Kopi Robusta di Lereng Gunung"



KAMPUNG KAUMAN

Kawasan ini ditandai dengan keberadaan alun-alun dan Masjid Kauman (1750) berarsitektur Jawa bernuansa hijau. Di balik gerbangnya terdapat 4 prasasti dalam 4 bahasa berbeda: Belanda, Melayu, Jawa, Arab. Pemukiman para santri di area sekitar masjid ini kemudian berkembang menjadi Kampung Kauman. Tradisi ‘dugderan’ menjelang bulan puasa adalah tradisi kirab budaya yang melibatkan bedug, mercon, dan kembang api yang masih berlangsung di sini dan jadi atraksi wisata menarik.

 

Masjid Kauman

 

Kebanyakan rumah klasik di sini berasal dari periode 1870-an. Mereka yang suka wisata minat khusus tampaknya bakal senang menyesatkan diri di gang-gang Kampung Kauman yang rustic dan berinteraksi dengan warga setempat yang ramah.



KAMPUNG MELAYU

Kota Semarang ternyata mengalami penurunan permukaan tanah hingga 10 cm per tahun terutama di area pesisir. Saya baru mendapati fakta ini saat mengunjungi Kampung Melayu, di mana terlihat banyak bangunan menambahkan lantai 2 karena bangunan orisinil lantai 1 sudah setengah terkubur. Termasuk Masjid Menara Layur Kampung Melayu (1802) yang merupakan masjid tertua di Semarang.

 

Masjid Menara Layur Kampung Melayu

 

Di Kampung Melayu yang bersejarah ini (cikal bakal berdirinya sejak 1600 di tepi Kali Semarang) juga masih terdapat bangunan asli rumah adat Semarangan, rumah Indies, rumah Indo-Cina, hingga rumah Melayu. Pemukiman multi etnis ini dapat menjadi daya tarik wisata budaya dan arsitektur.

 

KULINER

- Kota Lama punya banyak kafe/resto romantis yang menempati bangunan-bangunan klasik, di antaranya Javara Culture (mesti coba: cendol panacota), Hero Coffee (mesti coba: single origin coffee), Sukajaya (mesti coba: es kopi SKJ), dan masih banyak pilihan lainnya. Jika ingin makan besar yang lebih selera Nusantara ada pula resto Pringsewu, Ikan Bakar Cianjur (mesti coba: sop gurame), hingga Sate & Gule 29.

 

Hero Coffee

 

- Kuliner Semarang ala Pecinan bisa didapatkan di Pasar Semawis setiap akhir pekan, sementara kuliner khas di Kampung Kauman dan Kampung Melayu lebih bersifat tahunan seperti kue coro, kopi Arab, yang digelar di Pasar Ramadhan.

 

TRANSPORTASI

- Tarif layanan GoWes keliling Kota Lama:
Sepeda Rp15.000/jam
Otoped Rp25.000/15 menit

- Tarif rental Vespa Sespan (termasuk tour guide driver):
Keliling Kota Lama Rp40.000/30 menit
Keliling Kota Semarang Rp350.000/hari (6-8 jam)

 

Pemandu dengan Vespa di Kelenteng Tay Kak Sie

 

- Apabila hendak berkeliling ke 4 destinasi Semarang Lama sebaiknya sewa kendaraan sendiri. Atau rasakan sensasi membonceng Vespa Sespan didampingi driver merangkap pemandu wisata (kontak: Pak Rofiq di 085293515016)

 

TIPS

- Kalau berkunjung siang hari sebaiknya mengenakan topi/penutup kepala, sunglasses, pakaian yang menyerap keringat.

- Minum banyak air putih karena cuaca bisa demikian terik.

- Oleskan tabir surya supaya kulit tak terbakar, dan ooh-ini-penting, gunakan deodoran karena udara panas lembab bisa menciptakan aroma tak sedap dari tubuh.

 

 

Teks & Foto: Taufan Gio
Comment