BHUTAN: HOW THEY LOVE THEIR KING! 2019-04-17 00:00

Tiger's Nest, landmark Bhutan

 

Bhutan mungkin dikenal sebagai negara mahal karena pemerintahnya memberlakukan tarif harian yang cukup tinggi, 250 dolar, bagi para turis. Tapi tarif mahal itu tidak menjadi penghambat turis datang ke Bhutan khususnya bagi yang paham, apa yang akan mereka dapatkan di Bhutan. Negeri landlock yang luasnya hanya 38.394 km2 (lebih luas dikit dari Jawa Barat) dan penduduknya nggak sampai 800.000 jiwa ini sangat damai permai. Dan yang bikin betah, penduduknya sangat ramah, tulus. Itu karena mereka bahagia, karena rajanya menerapkan Gross National Happiness. Tak heran kalau semua rakyat Bhutan begitu mencintai rajanya.

 

Raja dan Ratu Bhutan

 

Iya, cinta dan hormat rakyat Bhutan pada rajanya merupakan hal yang paling menonjol yang saya, sebagai turis, rasakan selama pelesir di Bhutan. Dua kali sudah saya ke negara yang landmarknya Tiger’s Nest ini, dalam rentang waktu 8 tahun (pertama datang 2011, dan kedua 2019), dan hal itu tak berubah sama sekali.

 

Baca juga: "Panduan Cerdas Eksplor Bhutan (Bagian 1)

 

Merupakan pemandangan yang biasa foto raja, bahkan raja-raja terdahulu maupun putra mahkota yang masih bocah ada di mana-mana. Di bandara, di lobi hotel, di dalam kafe atau restoran, di toko suvenir, dan tentu saja di temple ataupun monastery. Everywhere deh! Tentu bukan hanya karena ini ya saya jadi menyimpulkan Raja Bhutan sangat dicintai dan disanjung rakyatnya.

 

Foto Raja dan Ratu di lobi hotel

 

Foto raja terdahulu dipajang di sebuah kafe

 

Putra mahkota dan 5 raja

 

Beruntung, dua kali ke Bhutan, saya bisa melihat rajanya secara langsung. Yang pertama sangat dekat, nggak lebih dari 5 meter, saat mobil raja dan juga ratu melintas di hadapan kami. Kaca jendelanya dibuka aja gitu lho... membuat kami dan warga bisa jelas melihat senyum ganteng sang raja dan lambaian cantik sang ratu. Sayangnya, nggak ada barbuk karena dilarang memotret. Kali kedua saya melihatnya sangat jauuuh, nggak begitu jelas. Tapi ada yang jelas terlihat: betapa takzimnya warga Bhutan melihat rajanya.

 

Dari cerita-cerita para pemandu, saya juga tahu bahwa Raja Bhutan yang sekarang (yang ke-5) yakni Jigme Khesar Namgyel Wangchuck yang baru berusia 39 tahun sering blusukan menemui rakyatnya hingga ke pedalaman untuk mengetahui langsung kondisinya. Mmm.. sounds familiar yaa...

 

Raja ke-5 ini juga mengubah sistem dari monarki absolut menjadi monarki demokratik konstitusional dengan mengadakan Pemilu pertama tahun 2008 untuk memilih perdana menteri. Meski awalnya rakyat menolak karena mereka hanya ingin dipimpin sang raja, tapi raja justru bersikukuh, inilah justru sistem yang akan membuat Bhutan maju dan rakyat makin bahagia. Raja tak mau berkuasa dan mengendalikan negara sendirian. Ia justru membuka kesempatan adanya perdana menteri. Tapi raja tetap berperan, dan tetap ada mekanisme rakyat mengadu kepada rajanya jika dinilai ada kebijakan perdana menteri yang kurang oke.

 

Tentu nggak ada di muka bumi ini pemimpin yang sempurna dan negara yang ideal. Saya masih melihat kemiskinan dan keterbelakangan terutama saat berkesempatan trekking ke Bhutan Timur, melintasi desa-desa terpencil, jauh dari ibu kota Thimphu. Jalanan rusak yang cukup memprihatinkan juga sempat kami lewati.

 

Jalanan rusak parah

 

Tapi.... Saya tetap terkesan lhoo, warga desa yang hidup dalam keterbatasan pun tetap ramah, nggak intimidatif terhadap orang asing. Beda banget dengan, maaf, India. Iiih... di India mah kalau ketemu warga desa bahkan warga kota yang miskin, ngeri kaliii... Kalau orang Bhutan, difoto aja mereka sangat welcome. Nggak ada tuh yang minta uang. Juga nggak ada yang marah dan menghardik. Makanya nyaman banget deh! Itu yang membedakan Bhutan dengan negara lain terutama di Asia Selatan.

 

Foto bareng warga Desa Sakteng, Bhutan Timur

 

Mereka ramah. Mereka sangat mencintai pemimpinnya... Mereka rakyat yang tahu bersyukur...

 

Tentang Gross National Happiness (GNH):

Ada 4 pilar yang menopang GNH yakni Good Governance, Sustainable Socio-economic Development, Preservation and Promotion of Culture, dan Environmental Conservation.

 

 

Teks: Mayawati NH Foto: Mayawati NH, Dok. MyTrip
Comment
benny

trip butan kapan lagi, atau trip lain nya,di tunggu info nya sy jkt

2019-06-05