AROMA WIJSMAN DI TERANG BULAN 2020-11-15 09:00

 

Google Translate pasti gagal menerjemahkan judul artikel ini, karena begitu banyak kata kiasannya! “Terang Bulan” yang dimaksud adalah martabak manis, dan Wijsman yang dimaksud adalah mentega kaleng buatan H.J. Wijsman & Zonen b.v., De Kroon 21, TW Wijk en Aalburg, Belanda.

 

 

Wijsman menempati posisi penting dalam kancah peredaran martabak manis di seluruh Republik Indonesia, karena Wijsman -dan hanya Wijsman- yang menentukan status sebuah martabak manis! Oleskan satu kali di kulitnya yang panas, maka meruaplah aroma khas wangi “mahal”, yang memberikan kesan eksklusif pada apa pun yang disentuhnya, dari martabak sampai kue marmer! Naiklah harganya dari “biasa” jadi “spesial”!

 

 

Persepsi ini terbentuk karena sejarah panjang Wijsman. Perusahaan ini berdiri tahun 1846, dan mulai ekspor perdana ke Indonesia (d/h Hindia Belanda) sejak tahun 1900. Sebelum itu, hampir mustahil mendapatkan mentega di negara tropis, karena mentega meleleh di suhu 32-35o C. Perjalanan laut Amsterdam - Batavia memakan waktu 1 bulan di tahun 1900, sehingga mengirim mentega dalam bungkus kertas atau timah tidak mungkin dilakukan karena akan mencair lalu rusak karena kontak dengan udara.

 

Baca juga: "Tombo Kangen Karto Tembel"

 

Wijsman punya solusinya pada saat itu. Untuk menjaganya steril, susu yang diputar (churned) kemudian menjadi krim yang disterilkan dengan pasteurisasi. Sesudah steril, mentega kemudian dimasukkan ke dalam tong kayu, lalu diletakkan dalam ruang khusus di kapal dengan banyak es sehingga terjaga suhunya sepanjang perjalanan. Luar biasa! Baru sejak 1945 dilakukan metode pengawetan dengan kemasan kaleng, sehingga mentega bisa tahan sampai 3 tahun. 

 

Kesulitan proses ini membuat mentega memiliki posisi spesial dalam kuliner Indonesia, terutama martabak manis. Bahwa Wijsman bersanding dengan martabak manis saja sudah aneh, karena martabak manis bukan hidangan Eropa!

 

 

Dari mana asalnya martabak manis? Nenek moyangnya boleh jadi adalah “hok lo pan” Bangka, yang artinya “kue orang Hokkian”. Di Bangka, bentuknya tidak sebesar di Jakarta, bahkan isinya kadang-kadang hanya taburan gula. Namun kuncinya ada pada adonan alias dough-nya: jika diaduk dengan seksama, terbuat dari bahan-bahan ternama, maka pada saat temperatur wajan mendekati 100o C, air dalam adonan mulai berubah menjadi gas uap air, dan gas ini mencari jalan ke atas sesuai dengan berat jenisnya yang ringan. Terbentuklah jalur-jalur lubang pada adonan kue yang bisa meresapkan aroma Wijsman dengan sempurna, meruapkan aromanya ke seluruh permukaan Bulan!

 

Baca juga: "Ada yang Rindu Betutu?"

 

Dan ketika hidup mulai terasa penat, dan badan memberi sinyal perlu bahagia dengan segera, meluncurlah satu loyang hidangan manis sedap ini ke pangkuan. Tekstur renyah dari kacang tanah sangrai, aroma coklat dari meisjes atau hagelslag, atau tumpukan keju cheddar parut yang dibuat seolah tiada hari esok, akan mendampingi kenyal-manis dari adonan kuenya. Jangan kuatir soal kandungan gula dan kolesterolnya. ‘Kan baru dipangku, belum disantap? 

 

Yuk, lestarikan martabak manis. Sehat boleh, tapi jangan lupa bahagia!

 

Martabak AAA 

Gading Serpong

0812 8625355

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment