INI DIA BERBAGAI ALTERNATIF WISATA ALAM DI TUBAN JAWA TIMUR 2020-01-30 10:00

Air Terjun Nglirip

 

Kabupaten Tuban di Jawa Timur punya potensi wisata yang tak bisa diremehkan. Jenis wisatanya variatif, ada banyak gua yang eksotis, air terjun yang gagah, serta pantai berair biru bening walaupun posisinya di pantai utara Jawa (Laut Jawa). Tulisan kali ini mengangkat berbagai wisata alam di Tuban.

 

AIR TERJUN NGLIRIP

Air terjun dengan ketinggian 30 m ini berada di Desa Mulyo Agung Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban. Merupakan gabungan dari beberapa sumber air di daerah Hutan Krawak. Dari lokasi parkir jaraknya hanya sekitar 50 m. Mudah dijangkau karena akses jalannya pun berupa 30 anak tangga permanen.

 

Meskipun tergoda tapi Trippers wajib mematuhi aturan dari pihak pengelola yakni tidak boleh berenang. Apa pasal? Aliran sungai Air Terjun Nglirip ternyata nggak bisa diprediksi, terkadang deras terkadang juga sebaliknya. Namun yang perlu diwaspadai adalah jarak 3 m dari batu yang berada di tengah, kedalamannya sudah mencapai 8 m. Inilah yang harus diperhatikan. Sudah ada insiden yang merenggut nyawa pengunjung.

 

 

Tiket masuk: Rp5.000

Parkir: Rp3.000 (motor), Rp5.000 (mobil)

Fasilitas umum: warung tradisional, mushola, toilet, spot foto.

Jam buka: 06.00-17.00

 

GUA PUTRI ASIH

Berada di tengah kawasan hutan jati, tepatnya di Desa Nguluhan Kecamatan Montong Kabupaten Tuban. Mulut gua di dalam tanah ini berdiameter kurang lebih 3 m dengan jalan dua arah masing-masing selebar 1 m. Bagian tengah gua luasnya bervariasi, mulai dari 8 m hingga 20 m, sementara jarak antara lantai gua dengan langit-langitnya 3-10 m.

 

Suasana di dalam gua

 

Meskipun bagian tengahnya lapang, tapi perlu diperhatikan saat melangkahkan kaki, sebab lantai gua sangat licin. Belum lagi penerangan di dalam gua sepanjang 500 m ini tak cukup menerangi seluruh gua.

 

Gua bisa disusuri dengan berjalan pelan sambil menikmati alunan tetesan air dari stalagtit maupun stalakmit. Highlight-nya adalah keberadaan cave pearl atau mutiara gua yang tampak saat sorot matahari masuk dari lubang di atas gua. Inilah yang sering disebut sebagai cahaya surga di Gua Putri Asih.

 

Cahaya surga di Gua Putri Asih

 

Tiket masuk: Rp10.000

Parkir: gratis

Fasilitas umum: warung tradisional, toilet.

Jam buka: 08.00-16.00

 

Gua-gua lain di Tuban:

- Gua Akbar dengan reliefnya di sepanjang dinding gua sebagai penggambaran sejarah penyebaran agama serta budaya di Tuban.

- Gua Pondok Pesantren Perut Bumi, dulunya bekas tempat pembuangan sampah yang telah dirombak menjadi tempat pendidikan agama Islam sekaligus sebagai masjid.

- Gua Suci Palang, gua buatan bekas penambangan batu kapur yang hingga saat ini masih sering dijadikan tempat meditasi.

- Gua Ngerong, sebuah gua air yang isinya banyak dihuni ikan tawes, ikan bader, ikan nila, kura-kura serta kelelawar pada kedalaman 700 m dan hanya bisa disusuri dengan perahu karet.

 

PANTAI REMEN

Juga dikenal dengan nama Pantai Pasir Putih, terletak di Desa Remen Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Selain berpasir putih, Pantai Remen juga satu-satunya pantai di kawasan pantai utara yang berair biru. Belum lagi ditambah keberadaan laguna berair hijau jernih tepat di sebelah pantai yang hanya dibatasi cemara laut. 

 

Laguna di Pantai Remen

 

Pantai Remen termasuk pantai yang ramah, nyaris tak ada ombak tinggi. Jadi siapa pun bisa bermain air maupun berenang dengan aman. Aktivitas renang bisa juga dilakukan di dalam laguna yang menjadi tempat berenang favorit bagi anak-anak.

 

Ombak tenang di Pantai Remen

 

Meskipun Pantai Remen disebut Pantai Pasir Putih namun sebenarnya tidak semua tepiannya didominasi pasir. Bagian utara pantai sebagian kecil dipenuhi karang mati yang telah hancur. Di bagian selatan karang-karang mati mulai tergantikan oleh hamparan pasir putih yang luas.

 

Tiket masuk: dihitung per kendaraan berapa pun jumlah penumpangnya, yakni untuk motor Rp3.000 dan mobil Rp5.000.

Fasilitas umum: deretan warung makan, mushola, kamar bilas, toilet, tempat penjualan suvenir.

Jam buka: 08.00-17.00

 

ADA OLEH-OLEH APA?

Belilah Batik Gedog, batik khas Tuban. Kain Gedog mempunyai tekstur kasar dan dibatik oleh tangan-tangan terampil para pengrajin tua dan berpengalaman. Batik Gedog mempunyai sekitar 100 ragam motif batik, di antaranya motif burung hong dan kupu-kupu.

 

Batik Gedog motif kupu-kupu

 

Sentra Batik Gedog terdapat di Desa Jarorejo Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban. Harga jualnya mulai Rp400.000 hingga jutaan rupiah. Sementara waktu pengerjaan satu lembar kain Batik Gedog setidaknya 3 bulan.

 

Baca juga: "A Complete Guide to Explore Bromo For First Timer"

 

ADA KULINER KHASNYA?

Karena posisinya di pesisir, tak heran kalau Tuban menawarkan banyak makanan laut. Salah satunya Rajungan Ndoro Bei. Rumah makan yang tenar di Tuban ini didesain mirip rumah joglo. Menu utamanya berbahan dasar rajungan. Salah satunya Rajungan Bumbu Pepeg, yang isinya seafood komplet seperti rajungan, udang, cumi dan kerang simping yang dimasak dengan racikan bumbu pepeg khas Tuban tempo dulu. Bumbu Pepeg ini berkuah asin berwarna kuning gelap, sedikit pedas, dan berasa campuran bumbu kunir.

 

Rajungan Bumbu Pepeg

 

Rumah makan ini juga menyediakan menu lain seperti ikan gurame, kerang simping, cumi, kepiting, udang dan juga ayam. Untuk 1 porsi dibanderol mulai Rp90.000-an hingga Rp200.000-an.

 

Jam buka: 10.00-22.00.

Lokasi: Jalan Dr. Soetomo No. 007 Desa Ronggomulyo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.

 

CARA KE TUBAN

Terbang dulu ke Bandara Juanda Surabaya. Setibanya di bandara sewalah mobil untuk menuju Tuban. Jaraknya sekitar 130 km atau 3,5 jam berkendara. Perjalanan dari Surabaya ke Tuban akan melewati Gresik dan Lamongan. Harga sewa kendaraan berkisar Rp800.000 per hari termasuk supir dan BBM.

 

PENGINAPANNYA

Dianjurkan memilih penginapan di pusat kota Tuban seperti Resor Tuban Tropis yang memasang harga Rp400.000-2.000.000 per malam. Adapun pilihan hotel lainnya yakni Green Garden Hotel dengan kisaran harga mulai Rp300.000 hingga Rp800.000 per malam.

Teks: Arief Nurdiyansah Foto: Arief Nurdiyansah & Clara Soca Atisomya
Comment