YUK MENYAMBANGI DUSUN KRECEK, DUSUN BUDDHIS DI TEMANGGUNG 2021-09-27 21:35

Altar dengan patung Buddha di salah satu halaman rumah di Dusun Krecek

 

Penasaran dengan keberadaan sebuah dusun yang warganya mayoritas beragama Buddha, maka dalam kesempatan Juni 2021 lalu, dari Kota Temanggung, meluncurlah kami ke Dusun Krecek Desa Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Hanya berbekal Google Maps, kami diarahkan melewati dulu dusun lainnya yang juga mayoritas Buddhis, yakni Dusun Delen.

 

Jalan kecil menuju Dusun Delen

 

Vihara Dharma Giri Kumara di Dusun Delen, megah

 

Tiba di Vihara Dharma Giri Kumara, kami pikir sudah masuk Dusun Krecek. Ternyata masih di Dusun Delen Desa Tleter Kecamatan Kaloran. Vihara yang diresmikan tahun 2013 oleh Sangha Theravada Indonesia ini megah untuk ukuran dusun kecil. Warga Buddhisnya ada 40 Kepala Keluarga (KK), menurut keterangan Pak Alvin yang menemui kami.

 

Altar di Vihara Dharma Giri Kumara, Dusun Delen 

 

Kami diberi petunjuk menuju Dusun Krecek. Tapi ternyata kami nyasar lagi. Melihat ada bangunan vihara, kami tebak inilah dusunnya. Ternyata Vihara Kartika Kusala yang tak kalah megah itu berada di Dusun Gletuk Desa Getas. Sudah mendekati, karena satu desa dengan Dusun Krecek. Viharanya diresmikan tahun 2005 oleh Sangha Theravada Indonesia. Dari 80 KK, yang Buddhis ada 34 KK di Dusun Gletuk ini.

 

Vihara Kartika Kusala, Dusun Gletuk

 

Dari situlah baru akhirnya kami menemukan Dusun Krecek. Viharanya justru lebih kecil dari dua vihara sebelumnya. Kebetulan ada Pak Walmin, Ketua Anak Muda Dusun Krecek, kami pun diantar jalan kaki menyusuri jalan dusun, melewati rumah-rumah warga.

 

Vihara di Dusun Krecek

 

Vihara di Dusun Krecek, ada patung Buddha di bawah pohon bodhi

 

Uniknya dusun yang warganya 99% menganut agama Buddha ini, di tiap halaman rumah warganya terdapat altar puja lengkap dengan patung Buddha. Menurut akun Youtube Sammaditthi Foundation, Temanggung sebagai kabupaten dengan populasi umat Buddha terbanyak di Indonesia memiliki program membangun altar puja di depan rumah. Salah satu yang merealisasikannya Dusun Krecek. Setiap pagi sebelum beraktivitas dan sore setelah beraktivitas warga melakukan puja dengan membakar 3 batang dupa. Simbol penghormatan kepada Buddha Dhamma Sangha. Sekaligus juga memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk tanpa kecuali, sesuai ajaran agama Buddha.

 

Altar puja lengkap dengan patung Buddha di teras rumah warga

 

Stupa dan patung Buddha di halaman rumah warga

 

Menurut Walmin melalui akun Youtube Namarupa Studio, Dusun Krecek memiliki target jangka panjang untuk menjadi dusun wisata. Selain deretan rumah warga yang ditata dan ada altar pujanya yang menjadi keunikan, Dusun Krecek juga punya Air Terjun Krecek di tengah lingkungan asri yang cocok sebagai tempat meditasi atau menenangkan diri, dengan dominasi pohon bambu pethung di sekitarnya. Juga ada satu objek lainnya berupa lubang besar di batang kayu pohon ares yang sudah terbentuk selama kurang lebih 50 tahun.

 

Baca juga: "Panduan Terkini Menikmati Dusun Butuh 'Nepal van Java'"

 

Kami tak sempat ke kedua tempat itu. Pondok meditasi di atas bukit juga hanya sempat kami lihat dari kejauhan. Kami pun nggak mencoba minta izin masuk ke salah satu rumah warga dan ngobrol-ngobrol karena situasi masih pandemi tentu tak bijak jika melakukannya.

 

Jadi kami hanya melihat-lihat saja bagian depan rumah warga dengan altar pujanya. Terasa damai dan asri sekali dusun ini.

 

Berjalan-jalan di Dusun Krecek

 

O ya, walaupun telah sejak lama memeluk agama Buddha, sekitar tahun 1960-an, warga dusun ini dan warga Temangung pada umumnya masih meneruskan tradisi Nyadran yang telah dilakukan secara turun temurun. Tradisi ini tidak dihilangkan, melainkan terus dirawat. Ini adalah tradisi persembahan dan bakti kepada para leluhur yang dirayakan dengan kenduri, makan-makan bersama. Tradisi Nyadran ini juga menjadi atraksi wisata yang menarik yang acap kali dihadiri tamu dari berbagai daerah.

 

Dusun Krecek sering dijadikan tempat kegiatan umat Buddha daerah Temanggung dan Semarang. Juga tak jarang menjadi lokasi live in mahasiswa maupun murid SMU.

 

Meninggalkan Dusun Krecek, kami melewati lagi satu vihara lain, tapi tak sempat mampir. Menurut keterangan salah satu warga di Dusun Gletuk, di Desa Getas secara keseluruhan  ada 14 vihara. Jadi tak heran kalau baru beberapa ratus meter saja sudah menemukan vihara.

 

Bagaimana, penasaran juga Trippers dengan desa di Temanggung ini?

 

 

Teks & Foto: Mayawati NH (Maya The Dreamer)
Comment