CURUG AREN: PELESIR SENTUL TAMBAH MANTUL! 2023-05-07 15:10

Curug Aren di Sentul, family friendly

 

Ingin menikmati segarnya air dan indahnya pemandangan air terjun (curug dalam bahasa Sunda), tapi berhalangan melakukan trekking yang jauh? Jangan khawatir, ada Curug Aren! Kami menemukan curug ini secara tidak sengaja. Berhubung sedang mengisi waktu liburan, kami meluncur ke Imah Baduy (@imahbaduy) untuk menjajal jalur trekking di wilayah Sentul, Bogor. Karena semua trek nampaknya terlalu berat untuk balita, kami memutuskan berjalan kaki di jalan raya saja dan mencari Curug Bidadari. Sayang, akses ke curug ini sudah ditutup karena sengketa tanah, sehingga kami membelok ke Curug Aren.

 

Baca juga: “Bertemu Geisha di Tujuh Cerita Taman Budaya Sentul

 

Padahal, kita nggak usah jalan kaki dari Imah Baduy! Dengan kendaraan pribadi (disarankan yang gardannya agak tinggi karena kondisi jalan rusak), kita bisa bawa mobil dan parkir langsung di Sentul Forest Club (@sentulforestclub). Di pintu masuk kami membayar Rp10.000 untuk parkir dan Rp30.000 per orang untuk tiket masuk plus air mineral. Begitu masuk, kami terkesima dengan pemandangannya! Di sini ada Bukit Bidadari, bukit kecil yang bisa didaki bagi yang suka trekking. Jangan khawatir, jalur ke Curug Aren ini jalur balita! Semua jalan disemen dan memiliki pembatas dari bambu. Dan, pemandangan dari sini luar biasa! Kita bisa memandang ke lembah hijau persis di samping, serta kawasan perbukitan raksasa yang luar biasa indah.

 

Parkiran Curug Aren di Sentul Forest Club

 

Sentul Forest Club

 

Jalur trekking yang cocok untuk balita dan lansia menuju Curug Aren

 

Di sini fasilitas lengkap: ada warung kopi (@kopitepihutansentul), ada restoran, taman bermain anak plus vila-vila yang disewakan, dinamai “Villa Aren”. Dari sisi warung kopi, terlihat jajaran pohon aren di lembah Sentul Forest Club, seiring dengan aliran air yang mengalir melewati kawasan berbatu-batu. Di sini saja sudah bikin betah! Tapi, tujuan kami bukan ke sini…

 

Vila-vila di Sentul Flores Club

 

Pemandangan di lembah Sentul Forest Club

 

Foto wajib di salah satu sudut Sentul Forest Club

 

Kami berjalan mengikuti plang arah ke Curug Aren. Jalanan disemen, tetapi harus berhati-hati karena menurun curam dan cukup licin. Saya terkejut ketika batu granit di sisi jalan langsung retak dan ambyar ketika tersepak kaki. Rupanya ini adalah mineral grafit yang merupakan bahan pembuat isi pensil. Wow, dengan sedikit tekanan lagi, material ini bisa berubah menjadi intan! Apakah ada intan di lembah ini? Entahlah… tapi saya terus melanjutkan langkah di tangga yang semakin curam, sambil mendengar lamat-lamat suara deburan air terjun.

 

Baca juga: “Mari Mengenal Kawasan Sentul Bogor, Weekend Getaway Favorit Warga Jakarta

 

Kira-kira 10 menit perjalanan (trek balita!), kami sudah sampai di Curug Aren. Tempat ini terawat baik, terlihat ada kru yang rutin membersihkan sungai, memindahkan batu-batu yang posisinya membahayakan, serta menyemprit tiap kali ada pengunjung yang mendekat ke tempat berbahaya. Air terjunnya menghantam ke sebuah dinding granit yang membelokkan alirannya. “Di belokan itu dalamnya 2-3 meter, Pak!” kata petugas. Tetapi, justru karena dalamnya itu, aliran air langsung melembut ketika masuk ke badan sungai tempat kami bermain. Pengelola membuat tembok batu yang sedikit membendung sungai, sehingga terbentuk “kolam arus” kecil yang nyaman untuk bermain. Di atas sedikit bahkan ada kolam kecil plus perosotan untuk anak-anak! Mantap benar!

 

Curug Aren

 

Indahnya pagi di Curug Aren

 

Anak-anak aman bermain air di Curug Aren

 

Anak-anak langsung semangat berenang di sungai. Yang satu menyusun batu, yang satu lagi sibuk main air. Memang pemandangan di sini indah dan hawanya sejuk segar akibat guyuran air sungai. Airnya cukup jernih, dan belokan sungai juga menyaring hewan-hewan besar seperti biawak sehingga relatif aman. Namun, tetap hati-hati! Dan yang menyenangkan adalah memperhatikan kupu-kupu yang lewat. Dari hitam legam, biru menyala, sampai kuning, mereka rajin menyambangi bunga-bunga cerah yang bertengger di sisi tebing. Indah!

 

Serunya bermain air di Curug Aren

 

Kupu-kupu biru

 

Suasana alam memang adalah hiburan yang sejati, lebih dari sekadar pendaran layar HP. Anak-anak langsung memanjati dinding batu, mengoleksi buah pacar air (Impatiens balsamina L.) dan takjub melihatnya “meledak” melemparkan semua bijinya keluar. Lalu mereka menjajal renang dan menjejaki batu-batu dalam sungai, sementara orang tuanya sibuk foto-foto dan merekam video untuk media sosial. Ah, pemandangannya cantik sekali! Apalagi pengelola sudah menyediakan tikar (sewa Rp30.000), juga panggung dan jembatan sehingga kawasan ini bisa dinikmati secara maksimal. Lengkap dengan warung kopi, bahkan ada bilik sederhana sehingga pengunjung bisa berganti baju setelah berenang. Komplit plit!

 

Fasilitas panggung/teras pandang dan ada penyewaan tikar juga

 

Berfoto di atas teras pandang dengan pemandangan Curug Aren

 

Anak-anak bisa berpose lucu-lucuan

 

Kebetulan, kami kembali ke Imah Baduy untuk bersantap siang. Tempat ini juga sejuk dan nyaman --toilet bersih tersedia, dan interior bergaya rustic ditata rapi bak cafe di Ubud atau Kemang. Menarik! Kami memesan tiga menu andalan Imah Baduy: ulukuteuk leunca, teri kecombrang, dan telur dadar krispi. Ulukuteuk leunca adalah hidangan khas Sunda, fermentasi oncom dari jamur Necrospora --satu-satunya jamur jenis ini di dunia yang bisa dimakan dengan aman. Teri kecombrang ini lumayan unik karena kuliner Sunda biasanya menggunakan kecombrang di bumbu rujak atau kacang, bukan di hidangan tumisan seperti ini. Rasanya ternyata enak! Terinya tidak terlalu asin, tetapi aroma kecombrang yang ditumis lebih dominan sehingga rasanya asam pedas. Kemudian telur krispi --telur barendo kalau di RM Padang, gurih dan sedap. Apalagi, makannya di antara pohon-pohon pinus, di bawah atap kayu, dan diiringi angin sepoi-sepoi dari lembah hijau kawasan Sentul. Ngelangutkan jiwa, kalau kata Katon Bagaskara!

 

Suasana Imah Baduy

 

Interior Imah Baduy

 

Nasi dengan tahu goreng, ulukuteuk leunca, dan teri kecombrang di Imah Baduy

 

Wow, liburan di Sentul, sekarang mantul! Bahkan untuk trekking level balita. Yuk!

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment