APA SAJA YANG BISA DILAKUKAN DI WAEREBO? BERATKAH TREKKINGNYA? 2023-06-16 12:45

Waerebo, destinasi favorit turis domestik maupun mancanegara

 

Waerebo. Nama desa tradisional ini sudah begitu populer. Menjadi destinasi favorit lanjutan bagi yang mengunjungi Labuan Bajo di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur (NTT). Berada di Desa Satar Lenda Kecamatan Satar Mese Barat Kabupaten Manggarai Pulau Flores, Waerebo memang bisa dicapai dari Labuan Bajo, berkendara +/-4 jam. Juga bisa dijangkau dari Kota Ruteng, Ibu Kota Kabupaten Manggarai, berkendara +/-3 jam. Tapi itu baru sampai Desa Denge, desa terdekat dari Waerebo yang bisa dicapai dengan mobil. Setelah itu harus sambung trekking.

 

Pertanyaan yang sering diajukan: beratkah trekking ke Waerebo? Dan: Sampai sana kita bisa ngapain aja?

 

SUDAH DIPERSINGKAT DENGAN OJEK

Sudah sejak beberapa tahun terakhir, jalur trekking dari Desa Denge ke Waerebo sudah dipersingkat dengan naik ojek hingga ke Pos 1. Menurut tukang ojek yang MyTrip tumpangi April 2023 lalu, jarak jalan kaki yang dulunya 9 km, kini dengan dipotong ojek tinggal 4,7 km.

 

Durasi naik ojeknya sekitar 10 menit, melewati jalur yang cukup menanjak dan sedikit berkelak-kelok. Awalnya aspal, selanjutnya aspal rusak berbatu-batu. Tapi nggak ekstrem kok. Biaya ojeknya Rp100.000 PP.

 

Jalur awal setelah turun dari ojek di Pos 1, ada warung-warung yang menjual kelapa muda

 

Ringankah jadinya? Tergantung Trippers tipe pejalan seperti apa. Bagi yang biasa naik gunung atau minimal rutin latihan fisik, tentu ke Waerebo sekarang jadi lebih ringan. Tapi bagi yang nggak terbiasa, lumayan ngos-ngosan karena sampai view point (antara Pos 2 dan Pos 3) rutenya menanjak terus, nyaris tanpa bonus jalan datar. Tapi untungnya jalurnya teduh, melewati hutan hujan yang kaya vegetasi, serta kebun kopi dan vanila. Setelah Pos 3 barulah mendatar, dan kemudian menurun sampai di Waerebo.

 

Jalur awal berupa batu-batu, menanjak terus

 

Masih di jalur awal, tapi sudah tanah merah. Teduh

 

View point

 

Beristirahat di Pos 3, bertemu para pemuda Flores yang baru kembali dari Waerebo

 

Setelah pos 3, mulai mendatar dan menurun

 

Kebun kopi di sepanjang rute

 

MyTrip bersama 3 orang kawan jalan kaki santai tapi nggak banyak berhenti, dari Pos 1 (pos ojek) sampai view point butuh 1 jam. Dari view point ke Pos 3 sekitar 20 menit. Lalu dari Pos 3 hingga tiba di Rumah Kasih Ibu yang ada kentongan sekitar 45 menit. Dari situ jalan turun sedikit lagi hingga tiba di Waerebo 10 menit. Durasi trekking dengan istirahat sebentar-sebentar di Pos 2, view point, dan Pos 3, total 2 jam 15 menit. Turunnya lebih cepat, 1 jam 40 menit sampai Pos 1.

 

Rumah Kasih Ibu

 

Waerebo mulai terlihat

 

Walaupun dengan durasi yang sudah jauh lebih singkat Trippers bisa pulang hari, MyTrip sarankan untuk menginap. Pertama, untuk merasakan langsung tinggal di dalam rumah adatnya. Kedua, karena ada beberapa aktivitas seru yang hanya bisa dilakukan kalau menginap.

 

Tibalah di Waerebo setelah jalan kaki 2 jam 15 menit

 

Baca juga: "Mengenal Ritual Adat di Balik Sawah Jaring Laba-Laba di Cancar Flores"

 

BAGAIMANA PROSEDUR SAAT KEDATANGANNYA?

Begitu tiba, Trippers harus melapor atau izin dulu ke rumah utamanya untuk sowan ke tetua adatnya. Jangan lupa lepas alas kaki ya. Ada acara adat singkat penerimaan tamu oleh tetua adat, beliau membacakan doa-doa. Berikan donasi minimal Rp50.000 untuk setiap satu rombongan kecil. Kemudian salah satu pengelola yang bertugas akan menyambut dan menjelaskan tentang rumah adatnya dan apa saja larangan yang wajib dipatuhi. Kita boleh memotret dan atau juga minta foto bersama tetua adatnya. Hanya altar batu berbentuk lingkaran (compang), yang berada di depan rumah utama, yang tidak boleh dinaiki, tapi tetap boleh difoto.

 

Berfoto bersama tetua adat

 

Berfoto di depan compang. Boleh. Menaikinya yang tidak boleh

 

Setelah itu, petugas tersebut akan membawa kita memasuki salah satu rumah yang dijadikan rumah untuk para tamu menginap. Jangan lupa lepas alas kaki juga sebelum masuk. Terlihat di dalam rumah yang bentuknya lingkaran tersebut sudah ada kasur-kasur dilapis sprei dijejer mepet ke bagian dindingnya. Di atasnya disediakan bantal dan selimut. Kasurnya sekarang tebal dan empuk. Tidak seperti dulu. Satu rumah kira-kira bisa menampung 30 orang tidur.

 

Kasur-kasur, bantal dan selimut. Cukup nyaman

 

Trippers akan disuguhi teh atau kopi, dan diminta mengisi buku tamu. Sekalian juga membereskan urusan administrasi. Per orang ditarif Rp325.000 untuk menginap dan makan dua kali. Kalau tidak menginap, cukup membayar Rp250.000 untuk sekali makan dan teh/kopi saat penyambutan. 

 

Suasana makan malam

 

Suasana sarapan

 

Sarapan sederhana bersanding dengan ray of light

 

Beres memilih kasur dan meletakkan barang-barang di atas atau di depan kasur, acara bebas. Oiya, saat MyTrip masuk ke rumah tamu, sekitar pukul 3 sore, masih banyak kasur kosong, jadi bisa memilih posisi. Kalau sudah lebih sore atau malam, apalagi kalau sedang musim ramai pengunjung, sudah tak banyak pilihan. Bahkan kalau sudah nggak kebagian di dua rumah tamu yang ada, Trippers diarahkan tidur di rumah utamanya. Digelari kasur juga, tapi mungkin lebih berasap karena ada tungku. Kalau di dalam rumah tamu tidak ada tungku. Dapurnya ada di bangunan di bagian belakang.

 

Kalau mau membeli suvenir berupa kaus, kain tenun, kopi dll, mereka juga menjualnya. Ada dipajang di dalam rumah tamu.

 

APA SAJA AKTIVITASNYA?

Demi melihat kasur, badan yang sudah lelah mengajak untuk merebahkan diri. Tapi sayang dooong…. Mendingan manfaatkan waktu sebelum gelap guna berkeliling melihat-lihat suasana sambil berfoto-foto tentunya. Untuk mendapatkan angle terbaik --bisa memotret 7 rumah dalam satu frame-- Trippers harus naik ke bukit kecil di depan, di dekat jalur masuk. Bisa juga naik lagi ke atas, ke halaman bangunan taman bacaan.

 

Waerebo, full frame, sore hari

 

Waerebo, full frame, sore hari

 

Mau bersantai dan isi perut sebelum jadwal makan malam? Tenang, sekarang sudah ada warung di dekat jalur masuk, yang menjual mie instan, kopi, the, dll. Baru dibuka sekitar 10 bulan lalu. Jam bukanya pkl.05.30-24.00. Mie instan tanpa telur dibandrol Rp20.000, dengan telur Rp25.000, teh manis Rp10.000. Lebih mahal memang, tapi percayalah, lebih nikmat makannya dibanding di warung lain karena yang ini makannya sambil memandangi formasi 7 bangunan Waerebo.

 

Warung di dekat pintu masuk

 

Manakala senja menjelang, kabut sudah mulai turun tipis-tipis. Suasana Waerebo tambah eksotis dan mistis. Nikmati suasana ini, yang akan Trippers kenang dalam ingatan.

 

Sore hari, kabut mulai turun

 

Saat malam tiba, apalagi saat listrik dimatikan sekitar pukul 10 malam, suasana menjadi gulita dan syahdu. Hawa dingin menjalar cepat. Mata pasti sudah 5 watt. Tapi sayang lho kalau melewatkan pemandangan lautan bintang di langit. Kalau cerah Trippers juga bisa melihat milky way. Siapkan tripod kalau hendak memotretnya ya.

 

Malam menjelang di Waerebo

 

Fajar menyingsing di balik deretan gunung yang melatari bangunan-bangunan di Waerebo tentu menjadi atraksi tersendiri di pagi hari. Kalaupun Trippers tak sanggup bangun pagi buta tak mengapa. Sinar matahari yang telah tinggi mengurapi tujuh bangunan kerucut, menciptakan nuansa Waerebo yang berbeda dari sore sebelumnya. Memotret kembali Waerebo utuh dari atas bukit kecil bisa dilakukan lagi. Jangan malas ya….

 

Pagi di Waerebo

 

Warga Waerebo, terutama kaum wanitanya, di pagi hari sudah sibuk melakukan rutinitas harian mereka. Menumbuk padi, menenun, dan sebagainya. Trippers bisa memotret ataupun pura-pura menggantikan tugas mereka, buat bergaya dan difoto.

 

Rutinitas warga Waerebo di pagi hari

 

Rutinitas warga Waerebo di pagi hari

 

Anak-anak berlarian di halaman rumput, ada juga wisatawan yang mengajak mereka bermain. Pesan Lian, petugas yang melakukan penyambutan dan membriefing para tamu saat MyTrip datang, jangan berikan makanan atupun permen ke mereka karena akan menumbuhkan kebiasaan meminta. Cukup ajak mereka ngobrol, bermain, atau ajari mereka sesuatu. Berfoto-foto juga tentunya.

 

Halaman luas Waerebo, banyak anak-anak bermain di sini

 

INFO PENTING LAINNYA

Sinyal telepon mati total di Waerebo. Tapi ini justru bagus, supaya kaum perkotaan seperti kita bisa melepaskan ponsel, ponsel hanya dipakai sebagai kamera.

 

MyTrip di Waerebo, 23 April 2023

 

Jangan lupa bawa jaket yang cukup tebal, juga kaus kaki untuk tidur karena udara di Waerebo dingin. Handuk mandi, sabun, sampo, sikat gigi dan odol harus bawa sendiri. Tidak disediakan. Toilet dan kamar mandi ada 3 atau 4 unit di belakang rumah tamu, dan ada lagi beberapa di rumah tamu lainnya. Ada toilet duduk maupun jongkok. Tapi tidak ada hot shower.

 

Walaupun rute trekkingnya jelas, ke Waerebo sebaiknya memakai jasa pemandu lokal. Pemandu bisa sekalian membantu membawakan barang-barang pribadi Trippers untuk menginap. Biayanya kalau hanya jasa pemandu Rp250.000-300.000. Tapi kalau sekalian membawakan barang paling tidak tambah Rp100.000-200.000 lagi. Atau tanyakan di awal. Silakan hubungi Pak Matheus, pemandu yang menemani MyTrip dari Desa Denge, di nomor 081329786701.

 

MyTrip berfoto bersama Pak Matheus dan keluarga di depan rumahnya di Desa Denge

 

Kalau mau melihat acara tahunannya, datanglah pada tanggal 16 November saat upacara Penti digelar. Penti ini adalah Tahun Baru-nya Waerebo, sekaligus acara syukuran. Cuma siap-siap rame banget ya. 

 

Tentang asal muasal Waerebo baca di artikel sebelumnya di sini.

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Mayawati NH, Dok. MyTrip
Comment