6 OBJEK WISATA YANG WAJIB DIDATANGI DI SAWARNA 2017-06-26 00:00

'Air terjun' di Pantai Karang Taraje

 

Lamanya perjalanan dari Jakarta ke Sawarna akan terbayar begitu kita sudah sampai di sana. Ya, Desa Sawarna yang berada di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten memang berjarak 200-an km dari Jakarta dan harus dicapai dengan melewati kemacetan dan beberapa ruas jalan yang buruk. Tapi percayalah, pantai-pantainya cantik dan punya banyak sudut yang bisa dieksplor. Ditambah lagi keberadaan gua-guanya yang eksotis. Letak antara satu objek dengan objek lainnya relatif dekat, begitu juga jaraknya dari jalan utama. Paling jauh hanya sekitar 2,6 km. Karenanya, dalam dua hari kita bisa tuntas mendatangi objek-objek wisata utamanya. Berikut MyTrip pilihkan 6 di antaranya.

 

1. PANTAI TANJUNG LAYAR

 

Inilah primadona sekaligus ikon Sawarna. Dua batu karang kokoh menjulang menyerupai layar terkembang tak jauh dari bibir pantai sangat mudah dikenali. Jika air laut sedang surut kita dapat berjalan melewati hamparan karang untuk mendekati bahkan mengelilingi kedua batu ini. Bisa pose-pose puas di tiap sudutnya. Pantai ini cocok buat menonton matahari terbenam. Apalagi kalau pas ada nelayan menebar jala, makin eskotis deh hasil foto sunsetnya. Jangan lupa juga berpose dengan latar sunset

 

 

Di belakang batu berbentuk layar terhampar dinding batu karang memanjang yang seolah melindungi pantai dari terjangan ombak laut. Ombak dari balik dinding batu karang itu senantiasa menjilat-jilat bahkan tak jarang menghambur keluar dari balik dinding karang, membentuk air terjun, dan meluap sampai jauh. Makanya kalau mau motret jangan terlalu dekat. Kita nggak bisa nebak kapan ombak menerjang sampai jauh dan menyeret siapa pun yang ada di depannya. Kasus turis keseret ombak hingga luka, bahkan sampai ada yang tewas pernah terjadi. Jadi harus ekstra hati-hati. Disarankan, untuk yang mau fokus memotret, sewalah pemandu lokal. Mereka bisa memberikan rekomendasi sampai sedekat apa kita boleh memotret dan tentu mengawasi kita. Yang jelas, menaiki puncak dinding karang is a big no no. Memang sih, mungkin ada yang penasaran bagaimana pemandangan di balik tembok karang itu yang katanya dilapis oleh dinding karang satu lagi. Keselamatan jauh lebih penting dari sekadar foto keren ya Sis & Bro...

 

Benteng batu karang di Pantai Tanjung Layar

 

2. PANTAI CIANTIR (PASIR PUTIH)

Pantai berpasir putih halus ini akan kita jumpai pertama kali saat memasuki kawasan ini. Letaknya bersebelahan dengan Tanjung Layar. Beda dengan beberapa pantai lain di Sawarna yang punya barisan karang, Pantai Ciantir justru mulus, relatif tak berkarang. Makanya para peselancar biasanya menunggang ombak di sini.

 

3. PANTAI LEGON PARI

 

Pantai yang satu ini relatif nggak berkarang dan ombaknya paling tenang di antara pantai lain di Sawarna karena letaknya di teluk. Maka kalau mau berenang, di sinilah tempatnya. Legon Pari yang jaraknya 2 km dari jalan utama diapit oleh Pantai Karang Beureum di sebelah barat dan Pantai Karang Taraje di timur. Selain di Tanjung Layar dan Ciantir, saung maupun warung, juga toilet dan tempat bilas ada di sini.

 

4. PANTAI KARANG BEUREUM

 

Beureum itu dalam bahasa Sunda artinya “merah”. Mana merahnya? Katanya sih karena ada batu karang yang berwarna merah di sini, agak di tengah laut. Tapi jangan terlalu penasaran untuk melihatnya. Karena sama seperti di Pantai Tanjung Layar, tembok karang memanjang yang menyerupai benteng di pantai ini saban kali dihantam ombak besar, tak aman buat didekati. Cukup nikmati deburan ombak menghantam benteng karang yang membentuk air terjun mini yang lebar dari jarak aman. Sunrise cantik bisa kita lihat di sini, menyembul dari balik bukit dengan foreground nyiur melambai.

 

Sunrise dari balik bukit di Karang Beureum

 

5. PANTAI KARANG TARAJE

Sisi kiri Legon Pari, jalan menuju Pantai Karang Taraje

 

Dari Legon Pari berjalanlah ke sebelah kiri hingga menemukan dinding tebing yang bisa dilewati pinggirannya saat air surut. Sebaiknya ditemani pemandu lokal ke sini untuk memastikan jalur sisi tebing hingga kita mencapai Pantai Karang Taraje di balik tebing aman dilewati. Saat menyusuri tebing ini pemandangan hamparan batu karang pasti membuat kita mengangkat kamera dan menekan tombol shutter berkali-kali. Indah dan dramatis.

 

Formasi karang yang dihantam ombak

 

Begitu tiba di area utama Karang Taraje kita akan melihat benteng karang yang berkontur seperti tangga (taraje dalam bahasa Sunda) di sebelah kiri pantai dialiri air yang berasal dari ombak. Aliran air tersebut menyerupai air terjun. Selain dinding karang memanjang di sebelah kiri, juga terdapat formasi karang lain di sepanjang pantai. Debur ombak yang datang silih berganti menghantam karang menjadikan pantai ini objek menarik buat difoto. Pesannya sama: hati-hati, jangan terlalu dekat ke karang. Ombak bisa datang tak terduga. Pantai ini juga bukan pantai yang cocok buat bermain air ya.

 

Spot utama Karang Taraje di sebelah kiri, menyerupai air terjun

 

Ombak sering datang tak terduga

 

6. GUA LALAY

 

Naik ojek dari area parkir ke sini nggak sampai 10 menit melewati perkampungan, dua jembatan dan persawahan. Untuk memasuki gua horisontal ini nggak diperlukan skill maupun peralatan, cukup senter saja. Dan pastinya harus ditemani pemandu. Pintu masuk guanya tampak sempit tapi sebenarnya cukup lebar. Kita bisa berjalan normal tanpa perlu merunduk apalagi merangkak selama mengeksplorasi gua. Hanya saja dasar gua terendam air yang berlumpur, kadang hanya sebetis tingginya, kadang juga sampai selutut orang dewasa. Jadi sebaiknya masuk ke gua ini dengan sendal gunung, bukan sepatu kets, apalagi sendal jepit.

 

Guanya cukup panjang, sekitar 1-1,5 km. Tapi untuk menikmati keindahannya nggak perlu masuk sampai jauh, cukup 100-200 meter saja. Untuk mendapatkan hasil foto yang bagus harus pakai kamera DSLR yang dilengkapi tripod karena harus memotret dengan slow speed. Di luar gua ada toilet dan tempat bilas. Masuk ke gua ini bayar Rp 5.000 per orang.

 

Silakan baca juga “Panduan Lengkap Jalan-Jalan ke Sawarna

Teks: Mayawati NH Foto: Mayawati NH, Raiyani Muharramah
Comment