TAK ADA PERAHU MELAYANG, TAPI PANTAI SULAMADAHA MEMANG MEMUKAU 2020-03-02 00:00

Dermaga kayu, spot favorit

 

Beberapa tahun lalu sempat viral foto perahu kayu yang tampak seolah melayang saking beningnya air di bawahnya. Nama tempatnya Pantai Sulamadaha di Pulau Ternate, Maluku Utara. Selain wisatawan lokal, wisatawan mancanegara pun banyak yang kepincut dengan keindahannya. Saat berkesempatan ke sana, saya berusaha membuktikan, benarkah airnya sebening itu?

 

Berkendara sekitar 20 menit dari Bandara Sultan Babullah Ternate (kalau dari pusat kota Ternate 30 menit), tibalah kami di Pantai Sulamadaha. Tujuh menit sebelumnya mobil kami melewati objek wisata lainnya di Ternate yakni Batu Angus. Ada tulisan “Pantai Sulamadaha” warna-warni tepat di depan pantai berpasir hitam.

 

Tulisan "Pantai Sulamadaha" dekat gerbang masuk

 

Saya nggak kaget melihat pantainya biasa banget, cenderung kotor, dan nggak terlihat beningnya air laut yang berwarna hijau toska. Karena saya pernah baca, lokasi air laut nan bening itu di teluknya, disebut juga Hol oleh masyarakat setempat, masih harus jalan kaki lagi. Cuma saya nggak ada bayangan seberapa jauh dan bagaimana kondisi jalurnya.

 

Pantai berpasir hitam, dengan latar Pulau Hiri

 

Supir kami bilang lumayan jauh. Hal itu nggak menggentarkan kami berdua karena trekking super panjang pun pernah kami jabanin, hehe. Tawaran ojek pun kami tampik. Awalnya kami melewati deretan warung-warung dan kursi-kursi yang menghadap ke laut. Lalu masuk ke jalan setapak beraspal, kadang menanjak, kadang menurun. Di sebelah kirinya tebing dan di kanannya laut, dipisahkan dengan pagar. Tampak berdiri gagah laksana gunung di atas laut adalah Pulau Hiri di arah depan, sebelah utara.

 

Awal jalur menuju Hol, melewati warung-warung

 

Di kiri tebing, di kanan laut, dengan panorama Pulau Hiri

 

Jalur setapak beraspal, sudah rapi

 

Hanya beberapa menit, tibalah kami di sebuah pantai yang lagi-lagi biasa banget. Bening sih airnya, pasirnya berbatu-batu kecil, berwarna kecoklatan, berombak tenang karena sudah masuk area teluk. Tapi bukan di sini spot andalannya. Kami masih harus naik lagi melewati bagian depan deretan warung.

 

Selepas pantai, masih harus naik lagi

 

Tak lama, sampailah kami di Hol, teluk yang dimaksud. Airnya tenang dan hijau toska. Terlihat beberapa perahu kayu kecil dilabuhkan di tepi teluk yang berbatu. Teluk berbentuk huruf U ini cukup luas, tapi nggak berpantai. Total jalan kaki santai sekitar 10-15 menit saja. Nggak jauh-jauh amat ternyata.

 

Ini dia teluknya, airnya hijau toska bening

 

Kami tak puas hanya sampai di situ, karena penasaran melihat di ujung teluk masih ada warung-warung lagi dan ada dermaga kayunya. Kami berjalan lagi melewati jalan setapak, kadang melewati depan warung, kadang harus melipir ke jalan setapak di belakang warung dengan batu-batu tak beraturan. Enaknya, banyak pohon besar menaungi, jadi nggak panas. Sampai tiba lagi kami di bagian teluk yang sudah nyaris di ujungnya. Sinar matahari siang menjelang sore (sekitar pukul tiga) cukup berkontribusi dalam kegiatan kami berfoto-foto di situ.

 

Jalur yang harus dilewati untuk sampai ke ujung teluk

 

Kondisi saat itu airnya nggak sebening yang kami harapkan memang. Sudah mencoba segala angle, tetap nggak dapat “perahu melayang”. Airnya cukup bening sebenarnya dan warna hijaunya cukup mencolok. Cuma mungkin karena ada angin jadi permukaan air laut agak beriak, jadi nggak dapat kesan air sebening kristalnya. Tapi tak mengapa. Keindahan teluk ini tetap tak terbantahkan.

 

Keindahan Pantai Sulamadaha tak terbantahkan

 

Karena masih penasaran, dua hari kemudian kami datang lagi, mencoba peruntungan dengan cahaya matahari pagi. Ternyata lebih gelap, kurang ada pantulan cahaya di air, dan airnya tetap beriak.

 

Teluk Sulamadaha ini tempat ideal juga buat berenang maupun snorkeling. Bisa langsung nyebur dari pinggir teluk, bisa juga sewa perahu untuk sedikit ke tengah. Tapi kami tak melakukannya. Kami sudah cukup puas menikmati keindahannya sambil duduk-duduk di dermaga atau di kursi-kursi warung yang saat itu kosong. Warung-warung saat itu, sepengamatan saya, semua tutup, mungkin karena bukan akhir pekan. Yang buka hanya warung-warung yang posisinya lebih dekat ke pantai pasir hitam di bagian depan, dekat gerbang masuk.

 

Baca juga: "Kalau ke Gorango Beach di Morotai, Pastikan ke Sebelah Kiri, Ada Surga di Sana"

 

Untung juga kami datangnya di hari kerja, jadi bisa foto-foto puas tanpa bocor dan nggak perlu antre memakai ujung dermaga kayu sebagai tempat berfoto.

 

Cara ke Ternate baca di sini.

Teks: Mayawati NH Foto: Mayawati NH, Zuriah Saibun
Comment