PANDUAN MENYUSUN ITINERARY PLUS TRIK KHUSUS YANG NGGAK SEMUA ORANG TAHU 2020-06-16 00:00

Pulau Baer, Kepulauan Kei

 

“Bagi itinerary-nya dooong....” “Bisa minta contekan itinerary-nya nggak....?” Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sering ya kita dengar di forum-forum atau komunitas pecinta ngetrip. Cukup banyak yang bermurah hati membagikan itinerary yang pernah dijalaninya, detil dan lengkap dengan biaya yang dikeluarkan. Zaman masih musim mailing list (milis) juga banyak yang membagikan itinerary-nya dalam bentuk catper alias catatan perjalanan. Sebaliknya, travel agent atau trip organizer biasanya menyampaikan itinerary detil hanya kepada peserta yang sudah membayar uang muka. Bahkan ada juga lho traveler yang menjual itinerary. Itinerary menjadi begitu ‘mahal’. Mungkin timbul pertanyaan dari Trippers yang belum pernah bikin itinerary sendiri, susah nggak sih? Atau bisa jadi juga ada yang bertanya, memangnya perlu bikin?  

 

Bagi yang sudah biasa menyusun itinerary apalagi untuk tour atau open trip, pastinya pekerjaan satu ini mudah. Tapi bagi yang belum pernah, mungkin bingung harus memulai dari mana. Saya pribadi cukup sering menyusun itinerary untuk perjalanan liputan, untuk open trip, maupun untuk perjalanan bersama teman-teman. Beda jenis trip, langkah-langkah penyusunan itinerary bisa beda. Jadi panduan yang akan saya bagikan ini dibatasi berdasarkan pengalaman saya menyusun itinerary untuk perjalanan bersama teman-teman ya. Mari kita mulai.

 

Baca juga: "Raja Ampat, Frequently Asked Questions"

 

Langkah ke-1: Menentukan durasi

Karena mayoritas kita ‘kan fakir cuti, jadi untuk langkah awal pastikan dulu berapa hari yang kita alokasikan untuk trip yang akan kita susun itinerary-nya ini. Saya kasih contoh 2 minggu ya. Soalnya kalau cuma 3 hari, kurang kompleks, haha.

 

Danau Laguna, Ternate

 

Langkah ke-2: Menentukan destinasi

Kebanyakan dari kita biasanya sih sudah mengantongi destinasi liburannya, ke provinsi mana, atau negara mana, wilayah mana, tapi belum mengerucut ke tempat mana aja. Tulisan ini pakai contoh yang sudah saya lakoni ya, destinasinya Provinsi Maluku dan Maluku Utara.

 

Tapi kalau Trippers belum ada ide sama sekali mau ke mana, dicari dulu deh, dicocokkan kira-kira yang pas dengan durasi 2 minggu. Jadinya agak PR juga sih.... Kudu ngubek-ngubek website MyTrip dulu deh untuk mendapatkan destinasi yang cocok.

 

Tanjung Gorango, Morotai

 

O ya, langkah pertama dan kedua ini bisa dibalik sih, tergantung situasi masing-masing. Ada yang sudah mengantongi jatah cuti duluan tanpa tahu mau ke mana. Ada juga yang sudah memimpikan satu destinasi sejak lama tapi belum tahu bisa pergi berapa hari.

 

Langkah ke-3: Mengerucutkan destinasi

Supaya lebih jelas, pembahasan langkah-langkah selanjutnya langsung pakai contoh destinasi yang saya pilih, Maluku dan Maluku Utara, dan durasi 2 minggu ya.

 

Maluku dan Maluku Utara itu luas banget dan berupa pulau-pulau yang terpisah cukup jauh. Jadi saya harus memilih kota atau pulau mana saja yang mau saya kunjungi. Kebetulan saya sudah baca-baca sebelumnya, jadi saya sudah mengantongi nama-nama tempat yang ingin saya datangi yakni Pulau Morotai, Kepulauan Kei, Pulau Saparua, Pulau Ternate, Pulau Tidore, dan Pulau Banda. Kota gerbang masuknya tentu saja Ambon. Apakah bisa tercakup semuanya? Kita tentukan di langkah ke-6.

 

Pulau Kokoya, Morotai

 

Nah kalau Trippers baru kepikir ke provinsi A atau negara B tapi nggak ada ide sama sekali mau ke mananya, bagaimana caranya mengerucutkan? Gampang, buka website MyTrip ini, ketik kata kunci provinsi A atau negara B, nanti keluar deh sederet artikel yang membahas tempat atau objek apa saja yang menarik. Langsung catat saja dulu nama-nama tempat/objek yang menarik hati kalian.

 

Langkah ke-4: Buka peta. Buat rute bayangan

Buka peta negara atau pulau atau wilayah yang akan dituju, baik peta dalam bentuk fisik (kalau punya), peta digital, atau paling gampang buka Google Maps. Lihat posisi kota-kota atau tempat yang sudah kita pilih, arahnya ke mana saja dari kota gerbang masuk. Maka sudah mulai terpetakan deh rutenya, dari mana ke mana dan ke mana, walau masih berupa rute bayangan.

 

Benteng Duurstede, Saparua

 

Langkah ke-5: Cek ketersediaan moda transportasi umum. Buat rute dan transportasinya

Rute bayangan yang sudah kita buat akan gugur kalau ternyata nggak ada transportasi umum yang menghubungkannya. Ya kalau wilayah eksplorasinya cuma sepulau Jawa atau bahkan cuma seprovinsi Yogyakarta sih, nggak tergantung transportasi umum, nyetir mobil pribadi saja beres. Untuk Maluku dan Maluku Utara tentu beda, saya harus tahu ada moda transportasi apa saja (darat, laut, udara) yang tersedia dari kota gerbang masuk ke tempat-tempat pilihan saya. Untuk efisiensi rute, saya cek juga apakah ada koneksi transportasi antar tempat-tempat pilihan saya itu.

 

Saya menemukan bahwa Tidore, Ternate dan Morotai berada cukup dekat dan terhubung dengan moda transportasi umum. Ternate-Morotai bisa naik pesawat. Ternate-Tidore terhubung dengan kapal umum yang beroperasi 24 jam, dan durasi penyeberangan tak sampai 1 jam. Tapi untuk ke Saparua, Kei dan Banda, harus balik ke Ambon dulu. Nggak bisa dari Ternate langsung.

 

Pulau Adranan, Kepulauan Kei

 

Selanjutnya saya mencari tahu, apakah Kei dan Banda terhubung dengan kapal laut? Kalau melihat posisi keduanya di peta yang sama-sama ke arah tenggara dari Pulau/Kota Ambon, sangat mungkin kedua pulau ini terhubung dengan kapal laut. Tapi bagaimana jadwalnya? Regulerkah? Kapal cepat atau sejenis kapal PELNI yang butuh durasi lebih panjang?

 

Nah catatan khusus: Soal jadwal transportasi laut di Indonesia, terutama Indonesia Timur, memang PR banget sih. Kita nggak bisa sepenuhnya tergantung pada info yang ada di internet. Saya sudah dapat infonya ada kapal dari Banda ke Kei dan sebaliknya. Tapi jadwalnya saya belum yakin.

 

Di langkah ke-5 ini saya sudah mulai menyusun rute yang sudah dilengkapi jenis dan jadwal transportasinya. Rutenya secara rough jadi begini: Jakarta - Ternate – Morotai – Ternate – Tidore – Ternate – Ambon – Saparua – Ambon – Banda atau Kei, atau dua-duanya.

 

Di draft rute ini saya pukul rata dulu, alokasikan 2 hari masing-masing untuk 6 tempat itu. Jadi kurang lebih dengan waktu datang dan pulang, serta menginap di Ambon, pas lah 14 hari.

 

Langkah ke-6: Cari tahu objek-objek menarik di tiap tempat. Buat itinerary

Saya Googling sebanyak mungkin untuk mendapatkan objek-objek menarik atau wajib kunjung di 6 tempat pilihan tersebut. Dari situ jadi dapat gambaran lebih mengerucut, berapa hari yang perlu dialokasikan untuk tiap tempat. Mulai diutak-atik lagi deh jumlah harinya, nggak bisa pukul rata 2 hari. Jadi saya terpaksa harus drop 1 tempat, karena nggak cukup waktunya ternyata.

 

Pulau Ohoiew, Kepulauan Kei

 

Saya memutuskan drop Banda karena transportasinya paling sulit, sementara kalau ke Kei walaupun lebih jauh, tapi ada pesawat. Walaupun sebenernya berat menghapus Banda dari itinerary. Kalau mau dipaksain mungkin bisa, tapi jadinya keburu-buru, dan nggak maksimal eksplornya. Saya bukan tipe pejalan yang senengnya cuma asal sampai, cuma banyak-banyakin daftar tempat yang sudah diinjak. Saya lebih memilih puas dan tuntas eksplornya.

 

Jadi draft itinerary saya sudah mulai lebih detil. Di masing-masing tempat dialokasikan sekian hari karena mau ngunjungin objek A, B, C, D, dst. Tapi belum sampai detil hari pertama ke mana saja, apalagi ada jam-jamnya. Ini bukan open trip, jadi nggak perlu sedetil itu.

 

Langkah ke-7: Ini trik khususnya!

Sebelum menyusun itinerary saya sudah mengantongi nama dan nomor kontak pemandu, atau penyewaan mobil, atau pemilik penginapan di tempat-tempat yang hendak dituju. Tahunya dari Googling maupun tanya teman. Dari 5 tempat yang masuk itinerary saya, saya saat itu hanya belum dapat untuk Ternate dan Tidore. Tapi akhirnya, sesuai dugaan, saya mendapatkan rekomendasi pemandu Ternate dari pemandu di Morotai. Dapat pemandu Tidore dari pemandu Ternate. Haha, pasti nemu aja jalannya.

 

Pulau Ohoiew, Kepulauan Kei

 

Jadi triknya: saya menentukan destinasi berdasarkan apakah saya sudah punya nomor kontak orang lokal yang bisa ditanya-tanya dan bisa dipercaya. Bisa dipercaya karena rekomendasi teman, bisa juga melihat ulasan bagus di internet. Untuk satu area, punya modal hanya 1 orang lokal saja biasanya sudah OK, karena dari dia, kita bisa terhubung dengan orang-orang lokal di daerah lainnya yang hendak kita tuju. Sudah beberapa kali saya mengalami ini dan biasanya sukses.

 

Nah, draft itinerary saya uji kelayakannya, ke-feasible-annya dengan cara diskusi/bertanya-tanya pada orang lokal yang sudah saya pegang itu. Langkah ini penting banget karena walaupun saya sudah membaca banyak artikel dan ulasan di internet, sudah melihat peta, tetap saja ada yang missed, ada yang salah, ada yang kurang, ada yang nggak mungkin dijalankan. Dengan diskusi langsung dengan orang lokal yang tentu paham betul tentang daerahnya, saya dapat gambaran lebih pasti. Maka itinerary pun saya sesuaikan, mengikuti arahan mereka, dengan tetap sebisa mungkin mengakomodir maunya saya. Jadi deh itinerary yang boleh dibilang 99% bisa diimplementasikan di lapangan.

 

Pantai Ngurbloat, Kepulauan Kei

 

Tapi saya nggak cuma nanya-nanya aja lewat telepon atau WhatsApp lho ke orang-orang lokal tersebut untuk finalisasi itinerary. Saya pasti memakai juga jasa mereka, tergantung siapa mereka, apakah sebagai pemandu, supir, supir sekaligus pemandu, atau menginap di penginapan/homestay mereka, atau sekadar sewa mobil dari mereka. Pokoknya, saya berbagi rezeki untuk mereka, pelaku-pelaku wisata lokal.

 

Satu hal lagi, saya juga nggak mengontak mereka dalam kondisi otak kosong alias nggak tahu apa-apa, bahkan nggak tahu apa yang saya mau. Nggak pernah saya tanya nggak jelas macam gini: “Pak/Bu, saya pengen dateng ke tempat Bapak/Ibu, enaknya ke mana aja ya?” Kasihan tauuu orang ditanya begitu, bingung jawabnya. Ssst... saya tahu bagaimana bingungnya ditanya begitu karena sering mengalami, hihihi....

 

Baca juga: "Alternatif Liburan Melipir dari Kota Ambon: Larike"

 

Seperti saya ulas di atas, saya mengontak orang lokal untuk tanya-tanya itu di langkah ke-7 alias terakhir. Saat mengontak mereka, di tangan saya sudah ada itinerary yang kira-kira sudah 80-90% rampung. Tinggal uji kelayakan istilahnya, dan diperkaya. Karena orang lokal lebih tahu banyak dibanding internet, dan pasti datanya lebih akurat. Di internet banyak yang ngaco juga soalnya, hahaha...

 

Nah begitulah proses saya membuat itinerary untuk perjalanan dengan teman-teman. Langkah-langkahnya bisa saja dibolak-balik, atau dikerjakan paralel tergantung sikon. O ya seperti sudah disebut di atas, kalau itinerary untuk open trip, prosesnya beda dan harus lebih detil lagi. Salah satunya, saya harus mempertimbangkan makan siang dan makan malam di mana, nggak bisa seketemunya di jalan, hehe. Mungkin dalam kesempatan lain saya akan menceritakan proses membuat itinerary dan bahkan perhitungan harga buat open trip ya... Mau?

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Bastian Resubun, Mayawati NH, Muhlis Eso, Ninuk Werdiningsih, Oom Nus
Comment