JADILAH ORANG JAKARTA KEDUA YANG DATANG KE BUKIT TUAMESE DI TIMOR 2018-07-23 00:00

 

Kalau judul artikel ini salah, kalau ternyata ada warga Jakarta yang sudah pernah ke Bukit Tuamese di Desa Tuamese Kecamatan Biboki Anleu Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) di Pulau Timor NTT ini sebelum tanggal 8 Juli 2018, bolehlah tuliskan komentar Anda di bawah, dan saya akan meralat judulnya. Saya dan 6 teman juga awalnya nggak ada rencana berkunjung ke tempat yang cantiknya mirip Pulau Padar di TN Komodo ini. Tahu namanya juga nggak. Semua terjadi secara kebetulan. Dan ya, makanya saya berani bilang, kemungkinan besar kamilah rombongan dari Jakarta yang pertama datang ke sini.

 

PERKENALAN TAK SENGAJA

Pagi itu, Minggu 8 Juli 2018, saya yang baru keluar dari kamar hotel di Atambua untuk check out melempar senyum kepada seorang mama Timor yang sedang duduk di teras kamarnya. Sapaan standar, “Mau ke mana?” meluncur dari mulutnya. “Mau ke Motaain, lalu kembali ke Kupang,” jawab saya. “Sudah mampir ke Pono? Di sana ada tempat yang mirip Raja Ampat.”

 

Baca juga: " Tak Ada Linangan Air Mata di Perbatasan"

 

‘Antena’ saya pun langsung naik. Apaaa? Mirip Raja Ampat? Waaah, dosa besar kalau sampai dilewatkan. Sore sebelum tiba di Kota Atambua, kami sudah melewati Desa Pono. Segera kami googling, seperti apa tempatnya. Waah, baguuss, bukan mirip Raja Ampat sih, tapi lebih mirip Pulau Padar.

 

Sedikit mirip Pulau Padar

 

Singkat cerita, saya langsung bertanya pada supir yang kami sewa, kenapa nggak dimampiri ke tempat itu. Katanya sudah kesorean, dan lagi memang tempat itu baru aja getop di kalangan orang Kupang saja, dia sendiri pun belum tahu rute ke sana, yang kabarnya masih susah dijangkau.

 

Baca juga: "Itinerary Overland Kupang-Atambua 5 Hari"

 

Saat saya desak untuk ke sana usai dari Perbatasan Motaain, dia berhitung, sepertinya waktunya tak cukup untuk ke sana dan tiba sebelum pukul 12 malam di Kupang. Hotel di Kupang sudah kami pesan, sesuai rencana memang hari itu kami kembali ke Kupang dari Atambua lewat jalur tengah, tidak lagi melewati jalur utara ke Pono dan lewat Perbatasan Wini lagi. Tapi sayang banget ‘kan kalau nggak ke situ. Akhirnya setelah rembukan ulang supir dan teman-teman perjalanan sepakat ke situ, dengan risiko kemalaman tiba di Kupang.

 

UNTUNG TAK PERCAYA PADA INFO DI INTERNET

Membaca info di internet (hanya ada satu-satunya website yang membahas Bukit Tuamese), katanya lokasinya cuma bisa dijangkau dengan sepeda motor. Satu teman saya mengingatkan hal itu. Saya cermati artikel itu, tanggalnya memang belum lama, awal Juni 2018, tapi feeling saya mengatakan, yang nulis artikel itu belum pernah ke sana, dia hanya mengumpulkan info dari orang-orang yang memposting foto-foto di akun media sosialnya. Saya nggak mau percaya.

 

Untunglah saya nggak percaya artikel itu karena ternyata kami akhirnya dapat mencapai area parkiran dengan mobil Innova kami tanpa kesulitan. Ya, begitu memasuki Desa Pono memang kami harus 2-3x bertanya pada penduduk lokal tentang lokasinya, dan kondisi jalan pun berdebu dan sedikit bergelombang, bukan aspal mulus, tapi masih OK buat dilalui sedan sekalipun. Total perjalanan dari Motaain sampai ke pertigaan memasuki jalan rusak 1 jam, dan menempuh jalan rusak 25-30 menit.  

 

Ini pertigaan masuknya

 

Pemandangan sepanjang jalan rusak

 

Area parkirnya berupa tanah lapang dengan pepohonan dan kuburan! Hari itu pukul 11.30 terlihat sudah cukup banyak motor diparkir. Kalau mobil hanya sedikit. Turun dari mobil kami bertanya pada bocah-bocah lokal, susah dan jauh nggak mendaki bukitnya. Jawabannya nggak jelas. Ya, mending langsung jalan saja deh!

 

Jalur naiknya cukup terjal dan nggak ada pegangan

 

Dan ternyata lagi, naik ke bukitnya hingga tiba di spot foto strategis sama sekali nggak jauh. Cuma 5 menit mendaki perlahan di trek yang cukup terjal berupa tanah berpasir dan berkerikil serta cuaca panas –nggak ada pohon untuk berteduh maupun berpegangan.

 

Cuma 5 menit naiknya

 

INILAH BUKIT TUAMESE, PADARNYA TIMOR!

Tiba di atas bukit, taraaa.... Langsung terlihat pemandangan yang kami lihat di internet. Persis, nggak kurang nggak lebih. Langit siang hari itu untungnya nggak flat, antrean di spot foto juga nggak banyak, cuma ada satu keluarga yang pas selesai berfoto saat kami mendekat.

 

Spot utama Bukit Tuamese

 

Terlihat air laut yang masuk di antara celah pulau-pulau kecil, agak surut, berwarna hijau gelap kecokelatan, diselingi pasir putih. Ada onggokan tanjung yang seperti pulau terpisah yang menjadi ciri tempat ini. Di sebelah luar lagi masih tampak perairannya yang ternyata adalah tambak-tambak garam. Garis pantainya malah belum terlihat dari tempat kami berdiri.

 

Antre foto di sini

 

Di spot ini ada onggokan batu karang yang pas sekali untuk jadi pijakan berfoto. Kami pun antre foto satu-satu. Cakep! Kami yakin, inilah best spotnya walaupun sebenarnya di sebelah kanan ada bukit yang lebih tinggi, yang juga bisa dinaiki. Terlihat beberapa orang sudah ada di pucuknya. Kami ragu apakah lanjut ke atas sana? Nggak terlalu tinggi sih, palingan naik 10 menit, tapi memang cukup terjal dan nggak ada pegangan. Waktu yang sempitlah yang membuat kami memutuskan cukup puas sampai di spot itu saja. Yang penting sudah berhasil sampai dan berfoto.

 

Ada bukit yang lebih tinggi di sebelah kanan

 

Saat menuruni bukit kami berpapasan dengan beberapa rombongan, dari Atambua, kata mereka. Saya tebak sih bukit ini memang baru dikenal dan dikunjungi oleh warga Atambua (ibu kota Kab. Belu) dan Kefamenanu (ibu kota Kab. TTU) saja, bahkan warga Kupang saja masih jarang ke sini. Kemungkinan kami adalah rombongan asal Jakarta (bahkan Jawa) pertama yang ke sini.

 

 

BAGI YANG MAU JADI YANG KEDUA

Kalau mau ke sini dari Jakarta terbang ke Kupang dulu. Ada penerbangan transit di Surabaya atau Denpasar maupun penerbangan langsung. Penerbangan langsung 3 jam. Lalu sambung ke Kefamenanu dengan mobil, kalau nonstop butuh waktu sekitar 5 jam. Bermalam dulu di Kefamenanu, ada cukup banyak hotel yang representatif. Baru esoknya sambung dengan mobil ke Bukit Tuamese melalui Wini, memutari pegunungan. Terbentang pemandangan cantik sepanjang jalan. Dari Kefamenanu ke Tuamese 2,5-3 jam.

 

Alternatif lain, dari Kupang naik pesawat ke Atambua selama 45 menit. Dari Atambua naik mobil atau motor melewati Desa Pono lalu masuk ke Tuamese. Perjalanan sekitar 1 jam saja.

Teks: Mayawati NH Foto: Betsy Kristiana, Hemawati NH, Losblancos Ghuezt, Mayawati NH
Comment
maya

Sama2 Paul. Kamu tinggal di mana di Timornya? FB atau IGnya apa? Biar lebih mudah keep in touchnya

2018-10-23
Paul

????

2018-10-19
Paul

Terimakasih sudah mau membuat satu artikel sedarhana yang sangat luar biasa tentang keindahan di PULAU TIMOR. masih banyak tempat yang mungkin sama seperti di negara lain. Kalau ke TIMOR kabarin yaaa Kakak.

2018-10-19
maya

Sama2 Paul. Kamu tinggal di mana di Timornya? FB atau IGnya apa? Biar lebih mudah keep in touchnya

2018-10-23