BERKAT DAN KUTUK DARI KUDUS 2020-11-09 09:05

Semur iwak kutuk khas Kudus

 

Kota Kudus, boleh diselewengkan dalam bahasa Inggris menjadi “the Holy City”. Orang kuliner pasti setuju, karena kota kecil ini menyimpan banyak sekali kuliner unik: dari garang asem Kudus sampai soto Kudus, yang sudah merambah sampai Blok M dan Kedoya. Namun, selain dua jagoan ini, Kota Kudus masih punya banyak kuliner khas yang masih misterius. Ya, dari Kota Kudus bisa ada berkat dan kutuk!

 

Baca juga: "Pekalongan, Kota Sejuta Citarasa"

 

Sejak subuh, antrean warga sudah mengular di jalanan depan Masjid Menara Kudus. Perempatan di depan masjid mengingatkan saya pada persimpangan di Kota Kathmandu, Nepal: jajaran bangunan kuno, saksi sejarah ratusan tahun keberadaan masjid, serta arsitektur bata merah dan porselen candi, yang unik dan menandakan peradaban masa lalu. 



Masjid Menara Kudus

 

Apa yang diantre warga? Nasi berkat! Nasi berkat adalah nasi yang dibungkus daun jati, dengan daging lauk kerbau atau kambing uyah asem atau garam asem. Ribuan porsi dibagikan gratis pada tanggal 10 Muharram untuk memperingati jasa Sunan Kudus. Bumbu garam asem intinya adalah rasa asin garam dan unsur asam dari belimbing wuluh atau asam jawa. Meskipun ukurannya kecil, namun banyak warga rela mengantre nasi berkat, sebagai bagian dari ziarah.

 

Masjid Menara Kudus

 

 

Lalu, di mana bisa didapatkan kutuk? Rupanya, “iwak kutuk” adalah nama Kudus untuk ikan gabus (Channa striata), yang dikenal berkadar albumin tinggi. Di wilayah Kudus Timur, ada kuliner khas bernama semur iwak kutuk. Yang disebut “semur” bentuknya lebih mirip mangut: kuah santan beraroma rempah, dengan tahu, tempe, telur rebus, dan ikan gabus!

 

Baca juga: "Nasi Bakar, Hidangan Fatamorgana"

 

Ikannya digoreng terlebih dahulu baru dimasak dengan kuah santannya. Rasanya meriah dan unik, ciri khas citarasa racikan gulai ala Jawa Tengah bagian Timur yang cenderung selembut sutra. Tahunya menyerap sempurna kuah gulai, kemudian rasa ikan gabusnya juga istimewa! Tidak ada rasa amis, dagingnya termasak dengan baik. Bentuknya sekilas mirip mangut lele, namun ini bukan lele: dagingnya kemerahan, seratnya lebih tegas dari lele, dan jumlah dagingnya lebih banyak. Siram kuahnya, lalu santap sepotong iwak kutuk dengan nasi panas! Hanya di Kudus, kutuk pun bisa menjadi nikmat...

 

Iwak kutuk dan nasi panas, nikmat!

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment