BENTENG KALAMATA DI TERNATE, COCOK BUAT NONGKI SORE-SORE MEMANDANGI LAUT DAN KAPAL FERRY MONDAR-MANDIR 2020-09-17 06:00

 

Benteng yang berlokasi di bagian tenggara Pulau Ternate Maluku Utara ini tepat menghadap selat selebar 2 km yang memisahkan Pulau Ternate dengan Pulau Tidore. Dari benteng ini kita bisa menyaksikan Pulau Maitara dan Pulau Tidore. Sekaligus juga melihat kapal penyeberangan besar dan kecil hilir-mudik karena tepat di sebelah kiri benteng ini terdapat Pelabuhan Ferry Bastiong, pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan Ternate dengan Tidore. Sementara ke arah belakang kita bisa melihat Gunung Gamalama (1.715 mdpl). Gunung api tertinggi ke-3 di Maluku Utara ini memang selalu terlihat dari lokasi mana pun di Ternate.

 

LOKASINYA

Berlokasi di Jalan Kalamata Kelurahan Bastiong Kota Ternate, Benteng Kalamata tepatnya berada 1 km di sebelah barat daya Pelabuhan Ferry Bastiong. Kalau berkendara dari pelabuhan hanya 5 menit. Jalan kaki sekitar 15 menit. Sementara kalau dari pusat kota Ternate berjarak sekitar 5 km ke arah selatan, ditempuh berkendara 15 menit. Kalau dari Bandara Sultan Babullah Ternate +/-9 km, berkendara 25 menit. Dari Jakarta ke Ternate ada penerbangan langsung dengan durasi 4 jam.

 

Peta lokasi Benteng Kalamata

 

Baca juga: “Tak Ada Perahu Melayang, Tapi Pantai Sulamadaha Memang Memukau"

 

BENTUKNYA

Seperti benteng buatan Portugis lainnya, dinding sekeliling luarnya tidak setebal benteng buatan Belanda. Tebalnya hanya 60 cm dan tingginya 3 m. Benteng ini dibentuk mirip mata anak panah yang menusuk ke laut, dengan empat sudut runcing di tiap penjuru mata angin. Di tiap penjuru ada bastion yang memiliki lubang bidik atau jendela intai.

 

Begitu masuk ke halaman benteng kita disambut taman hijau yang tertata rapi dan terawat. Di sebelah kiri terlihat sebuah rumah yang dihuni oleh pemelihara/penjaga benteng. Kita masuk ke area dalam benteng dari sebelah kiri, melewati selasar tepi laut yang lebarnya +/-1,5 m.

 

Taman hijau di halaman benteng dan rumah penjaga

 

Masuk melalui selasar di tepi laut

 

Di bagian dalam benteng yang berupa ruang terbuka luas, kita bisa melihat bekas pondasi beberapa bangunan, bekas jalanan, anak tangga, sumur kuno, jendela-jendela atau tempat pengintaian. Untuk ke lantai yang lebih tinggi, jalur naiknya ada yang berupa tangga, ada pula yang berupa tanjakan dengan kemiringan sekitar 30 derajat.

 

Jalur tangga

 

Jalur tanjakan

 

Suasana keseluruhan benteng bersih dan terawat, nggak nampak kesan suram. Sore-sore datang ke sini, duduk-duduk di bagian tembok benteng yang menghadap Pulau Maitara dan Tidore asyik pastinya. Sambil merasakan semilir angin, kita bisa menyaksikan kapal mondar-mandir seakan tak pernah lelah.

 

Pemandangan ke arah Pulau Maitara dan Pulau Tidore

 

 

Ruang terbuka luas di area dalam benteng

 

SEJARAHNYA

Sama seperti benteng-benteng lainnya di Ternate dan Tidore, kisah perjalanan benteng ini diwarnai pergantian pendudukan berkali-kali. Dibangun oleh Portugis, direbut Spanyol, lalu dipindahtangankan ke Belanda, kemudian diduduki penguasa daerah, direbut Inggis. Sampai akhirnya diambilalih dan direstorasi oleh pemerintah Indonesia. Kurang lebih begitulah.

 

Baca juga: "Penasaran dengan Bentuk Alat Vital Pria di Benteng Tolukko Ternate?"

 

Sama dengan Benteng Tolukko, Benteng Kalamata juga dibangun tahun 1540 oleh Portugis. Kalau Tolukko dibangun oleh Fransisco Serao, Kalamata oleh Antonio Pigaveta. Tujuannya untuk memperluas daerah kekuasaan di Pulau Ternate yang banyak menghasilkan rempah-rempah (terutama cengkeh) dan sekaligus untuk menahan serangan pasukan Spanyol dari arah Rum, Tidore. Kemudian setelah Portugis meninggalkan Ternate pada 1575, Spanyol mendudukinya dan menggunakannya sebagai markas dagang.

 

Tahun 1609 Benteng Kalamata diambilalih dan direstorasi Belanda (Gubernur VOC saat itu Jan Pieter Both) dan difungsikan sebagai benteng pertahanan kembali. Kemudian pada 13-16 Februari 1624 Gubernur Belanda Le Febre dan Deputy Admiral Geen Huigen Schapenham mencoba memperbaiki Benteng Kalamata, namun gagal dan kemudian ditelantarkan.

 

 

Tahun 1627 Gills van Zeyst (Belanda) meninggalkan benteng sehingga kemudian diduduki lagi oleh Spanyol sampai 1663. Selain digunakan untuk markas dagang, benteng juga digunakan sebagai pusat melancarkan serangan terhadap Belanda. Saat meninggalkan benteng ini tahun 1663, Spanyol menghancurkannya.

 

Pada 29 April 1798 Benteng Kalamata direbut oleh pasukan Kaicil Nuku (Sultan Tidore ke-19) dengan bantuan pasukan Inggris. Benteng kemudian diperbaiki lagi pada 1799 oleh Mayor Lutzow. Kemudian karena Kesultanan Tidore dikhianati, akhirnya benteng jatuh ke tangan Inggris pada 1801. Sampai Belanda berhasil merebutnya kembali dan mendudukinya tahun 1810. Tapi akhirnya pada 1843 Residen Van Helback resmi mengosongkan benteng ini.

 

 

Benteng Kalamata pun jadi tak terpelihara, bahkan sempat tergenang air laut karena abrasi. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 1989 sebelum akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan memperbaikinya. Benteng Kalamata dipugar besar-besaran pada 1 Juli 1994 tanpa diubah bentuk aslinya, dan diresmikan purna pugarnya pada 25 November 1997 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro. Pada tahun 2005 Pemerintah Kota Ternate menambahkan taman asri di halaman benteng dan juga rumah untuk penjaga benteng.

 

Baca juga: "Inilah Fakta Menarik Benteng Tahula di Tidore"

 

NAMANYA

Awalnya dinamai Fort Santa Lucia oleh Portugis, atau orang lokal menyebutnya Benteng Kayu Merah karena lokasinya di Desa Kayu Merah. Akhirnya diberi nama Benteng Kalamata, mengikuti Kaicil Kalamata yang adalah seorang Pangeran Ternate yang wafat di Makassar pada 1676. Dia kakak dari Sultan Ternate Mandarsjah.

 

BENTENG LAINNYA

Benteng Kalamata merupakan 1 dari 7 (atau malah 12?) benteng yang pernah berdiri di Pulau Ternate, baik yang dibangun oleh Portugis, Belanda, maupun Spanyol. Tapi yang kondisinya sudah bagus hanya Benteng Tolukko dan Benteng Kalamata. Benteng atau Fort Oranje dan Benteng Kastela juga pernah dipugar tapi dinilai kurang sesuai dengan kaidah.

 

INFO KUNJUNGAN

Jam buka: 08.00-18.00.

Tiket masuk: Tidak ada, tapi pihak penjaga akan menghampiri pengunjung dan meminta donasi serelanya.

Objek wisata lain yang dekat: Danau Laguna atau Danau Ngade yang menawarkan pemandangan epik dari view point-nya. Dari danau ini ke Kalamata berkendara 8 menit (2,8 km).

 

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Mayawati NH, Zuriah Saibun
Comment