INILAH ALASAN MENGAPA LIJIANG HARUS DIKUNJUNGI 2017-04-21 00:00

Siluet garis alam Lijiang memang menakjubkan

 

 

Lijiang, kabupaten yang berada di Provinsi Yunnan China ini punya banyak tempat untuk dibanggakan, mulai dari kota tua, gunung, ngarai, danau, desa wisata dan masih banyak lagi. Siluet garis alamnya memang luar biasa menakjubkan. Dan perlu diingat bahwa Lijiang merupakan daerah yang paling komersil dibandingkan dengan kota-kota wisata lainnya di Yunnan. Jadi bersiaplah dengan pemandangan rombongan turis di setiap sudut dan harga-harga yang lebih tinggi. Tapi semuanya sepadan dengan yang akan Anda dapatkan.

 

CARA KE LIJIANG

Untuk ke Lijiang dari Jakarta harus ke Kunming dulu (ibu kota Provinsi Yunnan). Nggak ada penerbangan langsung. Bisa dengan AirAsia atau China Southern. Sedangkan dari Kunming ke Lijiang bisa naik bus, kereta api ataupun pesawat domestik. Lengkapnya baca di sini.

 

TRANSPORTASI DI LIJIANG

Hampir semua objek wisata di Lijiang (kecuai Tiger Leaping Gorge) mengharuskan kita sewa kendaraan. Oleh karena itu pergi berkelompok akan sangat membantu untuk mengurangi beban biaya. Biasanya pihak hotel bisa membantu jika ingin berbagi kendaraan dengan tamu lain.

 

OBJEK-OBJEK WISATANYA

JADE DRAGON SNOW MOUNTAIN/ JDSM (YULONG MOUNTAIN)

 

Destinasi favorit semua orang, rasanya tak berlebihan bila orang mengidentikkan Lijiang dengan JDSM. Perlu diniatin sungguh kalau mau ke sana. Pertama, kita akan bersaing dengan ribuan turis lokal dan mancanegara yang semuanya ingin menyentuh gunung es. Kedua, dengan topografinya yang serba grandeur, JDSM butuh infrastruktur yang sangat baik, dan ini terefleksi dalam harga tiket masuk yang tinggi. Ketiga, alam adalah bos yang tak bisa dilawan. Kalau angin bertiup sangat kencang, cable car dilarang beroperasi.

 

 

Jika semesta mendukung, idealnya Trippers berhenti di semua level karena masing-masing punya kekhasannya sendiri. Dan jangan lewatkan nonton Impression Lijiang, sebuah pertunjukan seni kolosal yang dipentaskan di alam terbuka.

 

Perkiraan durasi kunjungan: satu hari penuh

Tiket masuk: total RMB 719 (tak kurang dari Rp 1,5 juta!) kalau mau ambil seluruh paket wisatanya termasuk cable car dan Impression Lijiang.

 

YUHU VILLAGE

Yuhu Village, desa Suku Naxi di kaki Jade Dragon Snow Mountain

 

Desa wisata Suku Naxi yang terletak di kaki gunung ini cakep, anteng dan nggak neko-neko. Dan yang paling penting: gratis tis! JDSM yang menjadi latar belakangnya tampak berkilat ditimpa kilau sinar matahari. Rumah batu bernuansa coklat hitam tampak kontras dengan tanaman yang bermekaran di musim semi. Jalan terus ke atas, kita akan menemukan sebuah danau kecil berwarna pearl turquoise. Bosan jalan kaki? Ada pilihan aktivitas lain yang lebih gagah, dan tentunya menambah daya jelajah yaitu berkuda.

Perkiraan durasi kunjungan: 2 jam

 

LASHI LAKE

Berkuda di hutan kecil dekat Lashi Lake

 

Apabila Trippers pecinta alam, menjelajahi hutan kecil yang masih alami di dekat Lashi Lake sambil berkuda bisa menjadi pilihan yang menyenangkan. Selain itu kita juga bisa berkeliling danau dengan perahu kecil dan menikmati hangatnya sinar matahari untuk mengusir hawa dingin di sana.

Perkiraan durasi kunjungan: 2 jam

 

SHUHE OLD TOWN

Shuhe Old Town

 

Buat Anda yang bilang bahwa liburan itu harusnya rileks, cuci mata dan belanja, maka menghabiskan waktu di Shuhe Old Town bisa jadi pilihan yang tepat. Kota tua ini lebih kecil dan tidak sepadat Lijiang Old Town, sehingga bisa dijelajahi tanpa bikin kaki pegal. Toko berderet dengan beragam barang dan warna, siap menghibur mata dan menggoda dompet. Barang di sini tergolong sangat murah, jadi jangan lewatkan kesempatan untuk borong oleh-oleh. Selain itu, kafe dan restoran bergaya siap menampung Trippers yang ingin leyeh-leyeh sejenak sambil menyeruput kopi atau menikmati hidangan Yunnan yang maknyus itu.

 

Lijiang Old Town

 

Jam buka: 10.00-21.30

Perkiraan durasi kunjungan: setengah hari untuk bersantai, makan dan belanja

Aktivitas asyik: Dansa mengelilingi api unggun sambil menikmati udara malam dan larut dalam kegembiraan kolosal adalah cara Suku Naxi mengekspresikan kegembiraan mereka. Siapkan diri untuk ikut setiap jam 8 malam di Shuhe Old Town’s Square.

 

TIGER LEAPING GORGE/ TLG (HU TIAO XIA)

 

Nama ini diambil dari cerita legenda seekor harimau yang melompat dari bebatuan karang yang menjorok ke sungai. Berdiri gagah di antara Lijiang dan Shangrila, TLG menjadi maskot wisata Yunnan yang pantang dilewatkan. Diklaim sebagai salah satu ngarai terdalam di dunia, kedahsyatan pesona alamnya menggelitik adrenalin. Tergantung dari kesiapan fisik, waktu dan nyali yang Anda miliki, perjalanan ini terbagi menjadi dua etape yang bisa dilakukan secara terpisah, yaitu Upper Trail dan Middle Trail.

 

Upper Trail:

Untuk para trekker dan trekker-wanna be boleh mencoba jalur terpanjang yaitu mendaki gunung dan menuruni lembah hingga ke dasar sungai. Jalur ini diklaim sebagai salah satu dari 10 rute trekking terbaik di dunia yang bisa dilakoni awam, dengan harga terjangkau. Tapi, namanya juga naik gunung, tetap butuh stamina prima dan keteguhan mental. 

 

Start dari Jane Guesthouse (ketinggian 1.900 m). Di sini kita bisa menitipkan semua barang bawaan. Isi ransel dengan perbekalan secukupnya untuk menginap semalam serta makan minum sekadar pengganjal perut dan penawar dahaga di jalan. Pemberhentian pertama adalah Naxi Family Guesthouse, 2 jam dari titik keberangkatan. Di sini kita bisa makan siang dan beristirahat, sambil mempersiapkan mental untuk menghadapi etape terberat, yaitu 28 kelokan sepanjang 3 km, di mana kita akan mendaki dari ketinggian 2.200 m hingga 2.680 m. Bisa dibayangkan betapa magisnya aroma gunung dan kecantikan alam yang menyergap panca indera kita di ketinggian ini.

 

Tergantung kecepatan dan stamina, sebagian trekker memutuskan untuk bermalam di Tea Horse Guesthouse, ataupun ada yang memilih memperpanjang perjalanan hingga ke Halfway Guesthouse di Bendiwan (ketinggian 2.400 m).

 

Perjalanan di hari kedua berlawanan dengan hari pertama,karena memang jalannya terus menurun dan hanya membutuhkan waktu +/-2 jam dari Halfway Guesthouse untuk sampai di jalan raya. Ini adalah akhir dari Upper Trail sejauh 26 km dengan waktu tempuh total 8-9 jam (jalan santai sambil foto-foto dan menikmati pemandangan ya!). Selanjutnya kita bisa istirahat makan siang sebelum melanjutkan episode kedua, yaitu Middle Trail.

 

 

Middle Trail

Jika dibandingkan dengan Upper Trail, tentu jalur ini lebih ringan, namun memiliki tantangan yang berbeda, karena pada etape ini kita akan berjalan turun jauh ke bawah hingga menyentuh sungai! Bagi yang not so much into trekking but still want to feel the spice of being a trekker, jalur ini merupakan kompromi terbaik karena tidak membutuhkan fisik atlet dan bisa dilakukan secara day trip. Pagi-pagi berangkat dari Lijiang, kemudian trekking 3 jam, lalu sorenya sudah kembali.

 

Seperti namanya Tiger Leaping Gorge, kecantikan sesungguhnya adalah ngarai dan celah di antara dua gunung. Perjalanan turun ke bawah ini berawal dari Teacher Zhang’s Guesthouse. Ketika cuaca cerah dan air tidak pasang, maka sangat mungkin bagi kita untuk menyentuh Sungai Yangtze tepat di titik awalnya. Luar biasa! Jangan lupa foto-foto narsis di antara gunung batu dan derasnya aliran Sungai Yangtze. Setelah itu, naiklah ke atas melalui jalur yang dibuat oleh Sandy’s Guesthouse. Total waktu tempuh 3-4 jam, dengan tingkat kesulitan medan yang cukup menantang bagi urbaners yang tidak terlatih.

 

Jika Trippers ingin lebih santai, ada lagi jalur gampang yang membentang sepanjang sungai di mana kita bisa pose cantik tanpa harus berkeringat. Rute ini tentunya lebih padat turis yang ingin menikmati TLG secara cepat dan mudah.

 

Jam buka: 08.00-18.00

Tiket masuk: RMB 65

Ke sana:

Dari kantor polisi Lijiang terdapat bus menuju Middle Trail yang hanya berangkat pukul 07.30. Di luar itu kita harus mencari bus dari Lijiang menuju Qiaotou dengan durasi 2-2,5 jam. Dari Qiaotou naik lagi kendaraan lokal yang semuanya pasti melewati Upper maupun Middle Trail.

 

Baca juga "Kalau di Padalarang Ada Stone Garden, di Kunming Ada Stone Forest"

Teks: Christina Wibisono Foto: Christina Wibisono, Shutterstock
Comment