TAK ADA LINANGAN AIR MATA DI PERBATASAN 2016-09-07 00:00

Selamat datang di Timor Leste

 

Saat merencanakan perjalanan overland Pulau Timor (wilayah Indonesia) Mei 2016 lalu, target utama saya dan teman-teman cuma satu: harus sampai di perbatasan dengan Timor Leste di Atambua, tepatnya Motaain. Untungnya durasi 4 hari yang kami alokasikan cukup untuk perjalanan Kupang-Soe-Kefamenanu-Atambua dan kembali lagi ke Kupang.

Dan pada hari ke-4 menjelang tengah hari akhirnya sampai juga kami di Pintu Perbatasan Motaain setelah berkendara sekitar 45 menit dari hotel tempat kami menginap di Kota Atambua.

Saya nggak berharap terlalu banyak karena jujur aja, ada sedikit rasa ngeri, ada kekhawatiran bakal sulit dapat izin, de el es be deh! Saya, dan juga teman-teman seperjalanan, sempat mengira, kami hanya akan boleh menjejakkan kaki kami di tanah Timor Leste hanya sebatas beberapa langkah dari garis perbatasan, itu pun di bawah pengawasan ketat tentara bersenjata. Ternyata, bayangan kami salah semua!

 

DIMULAI DARI KANTOR IMIGRASI INDONESIA

Terik matahari siang, apalagi di tanah Timor yang gersang dan katanya jarak mataharinya lebih dekat (hehe), membuat kami ber-8 agak lunglai. Bayangan proses izin melewati perbatasan yang berbelit dan banyak ditanya-tanya membuat kami semua nggak rame seperti biasanya. Bersama kami memang ada dua supir sekaligus pemandu yang asli orang Kefamenanu, yang tentunya akan membantu kami melewati semua prosedur. Tapi tetap saja ada rasa waswas.

Di pos imigrasi Indonesia, petugas hanya menanyakan jumlah kami ada berapa orang. Udah itu aja. Mendaftarkan nama juga nggak. Sambil bercanda petugasnya sempat komentar, “Nanti semua kembali lagi ya...” Selanjutnya hahahihi, dan kami pun melenggang santai mendekati gerbang dan sekaligus jembatan perbatasan.

Di gerbang keluar wilayah Indonesia juga nggak ada pemeriksaan. Portal dalam keadaan terbuka (karena jam buka perbatasan pukul 08.00-16.00). Kami hanya lempar senyum dan sekadar kulonuwun kepada para tentara yang berjaga. Kami dibecandain lagi sama para petugas. Maklumlah kami 8 cewek manis dari Jakarta, wuehehe.

 

Jembatan yang separuh merah-putih, separuh lagi merah-kuning-hitam

 

Jembatan yang menandai perbatasan wilayah Indonesia dan Timor Leste itu paling hanya sepanjang 15 m. Uniknya, separuh jembatan dicat merah-putih (warna bendera kita), separuh lagi merah-kuning-hitam (warna bendera Timor Leste). Dulu sekali saya pernah baca deh, di jembatan ini anggota keluarga yang terpisah bisa bertemu hanya beberapa menit dan saling berlinangan air mata di bawah tatapan galak petugas perbatasan. Makanya ada istilah jembatan air mata. Haha, jangan berharap melihat adegan dramatis itu. Wong kami aja yang bukan akamsi (anak kampung sini) ternyata boleh melenggang masuk terus menjauh ke wilayah Timor Leste.

 

Tak ada adegan ini di jembatan air mata. Ini hanya rekayasa kami :-)

 

GERBANG KEREN TIMOR LESTE MENYAMBUT

Tiba di jembatan yang berfungsi sebagai gerbang penyambutan yang bertuliskan “Bem-Vindo A Welcome To Timor Leste” kami nggak mau melewatkan kesempatan untuk berfoto-foto narsis dengan ragam gaya. Udah nggak kepikir harus behave, haha.

 

Pose-pose di jembatan selamat datang

 

Dari titik itu tadinya kami pikir harus kembali, tapi kedua pemandu mengajak kami terus, sampai melewati gerbang imigrasi Timor Leste. Ada tugu bertuliskan “Timor Leste” di depan kantor imigrasinya. Saya pribadi di situ bertanya-tanya ragu dalam hati, emang boleh nih masuk terus? ‘Kan kami nggak bawa paspor. Entah ide siapa, pokoknya kalau ditanya, jawab aja, kami mau beli minuman di warung pertama yang kami temui begitu lepas dari gerbang imigrasi.

 

Kantor imigrasi Timor Leste

 

Dan lagi-lagi kami nggak ditanyai macam-macam. Lagi-lagi kami cuma lempar senyum dan basa-basi numpang lewat. Yeiyyy.... resmilah kami menginjak tanah Timor Leste. Dan kami sungguhan masuk ke warung, melihat-lihat minuman dan makanan apa aja yang dijual, memilih-milih minuman. Segarrrr....

 

Berpose di depan warung di Timor Leste

 

FOTO BERSAMA TENTARA PERBATASAN

Suasana sudah cair, nggak ada ketegangan lagi, dan udah tinggal balik, kami pun memberanikan diri untuk mengajak para tentara perbatasan Timor Leste yang sedang berjaga untuk foto bareng. Kami lakukan hal yang sama juga dengan tentara perbatasan di wilayah Indonesia. Semua ramah menyambut ajakan kami. Kebetulan ada yang ganteng lagi... Hihi. Lihat sendiri fotonya dan tebak deh mana yang ganteng.

 

Bersama tentara Timor Leste

 

Bersama tentara Indonesia

 

OBSESI PERBATASAN

Pengalaman pertama main-main di perbatasan Indonesia dengan negara lain tanpa paspor mendorong saya untuk mengulang di perbatasan lain. Sayang, perbatasan Indonesia-Papua Nugini di Distrik Muara Tami, Jayapura saat ini sedang ditutup karena renovasi. Padahal beberapa hari lagi saya ke sana. Aaaargghh.... Semoga lain kali ada kesempatan di Boven Digoel mungkin?

 

INFO

Atambua adalah ibu kota Kabupaten Belu, Pulau Timor, NTT. Merupakan kota terbesar kedua di Timor Barat setelah Kupang. Dari Kupang jaraknya +/-280 km, ditempuh +/-7 jam berkendara termasuk istirahat makan.

 

 

Teks: Mayawati NH Foto: Mayawati NH, Anton Ustaku, Nuno
Comment