Ayam taliwang dan pelecing kangkung memang lebih populer dan dikenal sebagai kuliner wajib cicip di Lombok. Dan ya, memang wajib hukumnya ke Lombok mencicipi kedua jenis makanan khas itu. Tapi ada lagi kuliner khas Lombok yang nggak kalah enak dan wajiiiib banget dicoba karena endeesss... Namanya sate rembiga. Terbuat dari daging sapi yang bumbunya khas meresap ke dalam serat-serat daging.
DI MANA MENEMUKAN SATE REMBIGA?
Adalah Rumah Makan Sate Rembiga Ibu Sinnasih di Jl.Wahidin Sudirohusodo No. 11B, Desa Rembiga, Mataram yang merupakan rumah makan sate rembiga pertama. Sudah buka sejak tahun 1990-an, lokasi yang sekarang adalah lokasi baru tapi masih di Rembiga. Rembiga itu nama kelurahan di Selaparang, Mataram. Supir sewaan Anda di Lombok pasti tahu tempat ini, jadi nggak perlu takut nggak ketemu. Di jalan yang sama ada beberapa rumah makan atau warung lain yang juga menjual sate rembiga.
APA SIH YANG BIKIN ENAK?
Alasan pertama, daging sapinya berasal dari sapi lokal Lombok yang hidupnya liar di padang rumput, bukan dikandangin. Mereka makannya rumput segar, bukan rumput kering atau pakan ternak. Dagingnya konon lebih manis dan seratnya lebih halus. Nah, daging sapi yang berkualitas baik ini dimarinasi (direndam) dengan bumbu yang kaya rempah-rempah. O ya, sebelum direndam bumbu, daging mentahnya, dipilih tanpa lemak, ditumbuk dulu supaya empuk dan lebih meresap bumbu.
Resepnya apa? Ibu Sunnasih, si pemilik rumah makan dan pemilik resep, hanya tersenyum ketika ditanya. Karyawannya pun cuma menyebut, “Direndam cabe aja...” Rupanya Ibu Sunnasih juga awalnya belajar mengolah bumbunya dari pemilik rumah makan tempatnya bekerja 20-an tahun lalu. Dari situ ia kemudian mencoba meraciknya sendiri, dan saat ia buka warung sate sendiri, banyak yang suka, hingga seperti sekarang. Setelah dicari tahu di dunia maya, bumbu yang dipakai kurang lebih adalah bawang putih, cabe merah, cabe rawit, kemiri, gula merah, terasi Lombok, garam.
Daging sapi tumbuk yang telah direndam bumbu selama kurang lebih 2 jam kemudian ditusuk dan dibakar. Jadilah sate dengan rasa yang amat kaya, manis pedas, dan empuk. Sate disajikan di atas piring anyaman yang dilapis kertas nasi. Nggak ada bumbu kacang atau bumbu kecap lagi yang menemani kehadirannya karena rasanya sudah enak, terasa sekali bumbu rempahnya.
Aslinya makan sate ini dengan lontong yang dibungkus berbentuk kerucut, bukan seperti lontong yang biasa kita lihat. Tapi mau ganti lontong dengan nasi juga boleh, kalau takut kurang kenyang. Apalagi satenya kecil-kecil. Yang kuat makan nggak akan kenyang kalau cuma makan satu porsi yang terdiri dari 10 tusuk. Satu porsi dihargai Rp20.000.
Lontongnya berbentuk kerucut
Kita juga bisa pesan menu lain seperti bebalung (sup tulang sapi khas Lombok), pelecing, beberuk, sate pusut, dll. Minumannya juga ada es kelapa.
Baca juga: "20 Makanan Lokal Wajib Cicip di Indonesia"
O ya, yang takut ketagihan dan kepengen makan lagi setelah kembali ke kota asal, bisa kok pesan untuk dibawa pulang. Bisa tahan selama 2 hari. Jadi pesannya boleh di awal kedatangan Anda di Lombok, tapi ambilnya hari terakhir sebelum pulang. Lokasinya nggak jauh menyimpang dari rute Senggigi ke bandara. Kalau pesan dalam jumlah banyak, mereka juga melayani delivery order ke luar Lombok kok. Canggih ‘kan?
Rumah makannya sendiri sih sederhana, semacam rumah tinggal yang disulap jadi tempat makan. Selain bisa makan di dalam, di bagian luar juga ada beruga-beruga (gazebo) untuk makan lesehan. Sate dibakar secara terbuka di bagian depan, di samping parkiran yang nggak luas.
Suasana rumah makan bagian dalam
Rumah Makan Sate Rembiga Ibu Sinnasih buka pukul 08.00-23.00 (setiap hari, tutup hanya Lebaran hari pertama).
Baca juga: "Kuliner Malam di 5 Kota Besar Indonesia"