BUKAN CUMA SUNGAI DI JAKARTA YANG PERLU DINORMALISASI, MUNGKIN CURUG CIGAMEA DI BOGOR JUGA? 2017-02-26 00:00

 

Saat pertama kali kami memutuskan untuk merambahi curug-curug di Wana Wisata Gunung Bunder atau kawasan Gunung Salak Endah yang termasuk Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Kecamatan Pamijahan Bogor, Curug Cigamea termasuk yang duluan disebut. Tapi satu kawan kami yang warga Bogor, yang sudah sering ke Gunung Salak Endah, bilang, “Curug Cigamea bagus, tapi sayang terlalu banyak warung jadi kesannya kumuh.” Jadi saat itu kami memutuskan skip dulu, malah ke Curug Seribu duluan, yang memang sangat bagus (baca di sini).

 

Rapat oleh warung-warung yang ada

 

Akhirnya pada kesempatan kedua kami ke Curug Cigamea, dan yaaa memang, kondisinya, view ke arah dua curug berdampingan itu terhalang keberadaan warung-warung yang terlalu rapat dan dekat dengan area curug. Kondisi ini sudah bertahun-tahun, sudah lama. Karena memang bagus dan asyik buat bermain, Curug Cigamea ini termasuk yang lebih dulu populer dan banyak pengunjungnya di antara curug-curug lain di Gunung Salak Endah. Jadi wajar kalau banyak warung. Mau digusur ataupun digeser atau dinormalisasi seperti sungai-sungai di Jakarta, rasanya sudah susah, karena menyangkut mata pencaharian warga lokal yang sudah keluar modal mendirikan warung. Sayang aja ya, waktu awal nggak ditertibkan. Kalau sudah seperti sekarang susah untuk dinormalisasi.

 

SUDAHLAH MARI KITA NIKMATI CURUGNYA

Gerbang alternatif

 

Dari gerbang masuk, baik itu gerbang alternatif maupun gerbang utama, jalan kaki menurun ke curug relatif nggak jauh dan sama sekali nggak susah. Anak-anak maupun lansia bisa. Dari gerbang alternatif treknya berupa konblok yang dibatasi dengan batang bambu sebagai undakan, lalu lanjut trek tanah bebatuan yang tetap berundak-undak. Sekitar 5 menitan akan tiba di pertemuan dengan jalur utama. Jalurnya sampai tiba di curug adalah jalur konblok dan batuan alam berundak yang tertata rapi, ada pegangan besi juga di tempat tertentu tapi sudah banyak yang rusak. Total jalan kaki hanya 20 menit. Kondisinya sejuk, banyak pepohonan, tapi juga di beberapa ruas dikepung warung di kiri kanan jalur.

 

Trek awal, konblok

 

Trek selanjutnya, tanah berbatu

 

Lokasi pertemuan dengan jalur utama

 

Jalur konblok yang tertata rapi

 

Dari kejauhan di arah sebelah kiri kita bisa melihat curahan air terjun. Tapi itu malah bukan air terjun Cigamea. Saya tebak itu aliran air terjun bagian atas dari Curug Goa Lumut Indah. Tapi tebakan saya bisa salah juga hehe.

 

Curug Cigamea terdiri dari dua air terjun. Nggak bisa dibilang kembar kata saya mah, karena karakternya beda banget. Air terjun yang pertama kita lihat, sebut saja yang kanan, lebih tinggi, airnya merayapi tebing bebatuan kehitaman. Agak mirip karakter Curug Bandung di Karawang (baca di sini). Kolam yang terbentuk di bawahnya kecil dan dangkal. Bisa untuk berendam-rendam, malah aman kalau untuk anak-anak. Apalagi curahan air terjunnya nggak deras dan muncrat, melainkan mengalir di tebing. Hanya saja untuk mencapai kolam itu perlu melewati formasi bebatuan besar di depannya. Keberadaan bebatuan itu disyukuri tentunya sebagai tempat keren buat selfie-selfie.

Kolam dangkal di air terjun sebelah kanan

 

Air terjun yang sebelah kanan

 

Air terjun kedua di sebelah kiri, lebih pendek, aliran airnya merayapi tebing batu juga, tapi batunya berwarna coklat kemerahan. Warna itu membuat curug terlihat lebih indah. Kolam alami yang terbentuk di bawahnya lebih dalam, dan ada batas tali yang tak boleh dilewati demi keamanan. Kalau mau aman, bisa juga berendam atau sekadar main-main air di aliran sungai yang terbentuk di bawahnya.

Air terjun yang sebelah kiri

 

Untuk memotret kedua curug ini sekaligus butuh kamera yang lensanya wide. Itu pun tetap butuh usaha, ya karena itu, kita nggak bisa mundur terlalu jauh juga karena ada deretan warung. Selain warung, di area curug tentu ada toilet dan tempat bilas.

Dua air terjun berdampingan

 

RUTE KE CURUG CIGAMEA

Untuk mencapai kawasan Gunung Salak Endah sebenarnya ada beberapa alternatif. Tapi kami lebih suka lewat Dramaga. Jadi kalau dari Jakarta masuk tol Jagorawi arah Bogor/Ciawi, keluar di exit Sentul Selatan/City (Lingkar Bogor, Kd. Halang), belok kanan untuk mengambil tol Lingkar Bogor, keluarnya di Dramaga. Ketemu lampu merah, belok kiri ke arah Dramaga/Leuwiliang (Jl. Abdullah bin Nuh). Lurus saja  sampai ketemu pertigaan mentok, belok kanan, susuri Jl. Raya Dramaga. Sekitar 10 menit setelah melewati kampus IPB Dramaga ada pertigaan, dengan penanda DODIKLATPUR, di situ ambil ke kiri. Kita sudah memasuki Jl. Cicadas, daerah Ciampea. Sekitar 20 menit kemudian, ada percabangan, ambil yang kiri, itu kita sudah memasuki jalan Desa Gunung Bunder, alias Jalan Gunung Salak Endah. Kontur jalanan menanjak, sempit dan lika-liku. Kurang lebih berkendara 20 menit lagi, tibalah kita di gerbang masuk TN Gunung Halimun Salak. Di sini kita harus membayar tiket masuk taman nasional sebesar Rp 10.000/ orang dan Rp 10.000 untuk mobil. Harga yang tertera di tiket sih cuma Rp 5.000, dan 4 bulan lalu kami ke sini hanya bayar Rp 7.500. Mmm... perlu ditertibkan juga nggak ya...

 

Setelah 35 menit melintasi kawasan taman nasional, tibalah kami di gerbang Curug Cigamea di kanan jalan. Penandanya sangat jelas. Kami saat itu berhenti di gerbang alternatif, sementara gerbang utamanya masih 100 meteran lagi. Di gerbang ini nggak ada parkir permanen. Kami parkir di depan warung, bayar Rp 10.000 sama petugas gerbang. Sedangkan tiket masuk per orang juga Rp 10.000. Kalau di dekat gerbang utama area parkirnya luas. Ada mushola juga di dekat situ.

Gerbang utama

 

Parkir luas

 

Total perjalanan dari sejak keluar tol Dramaga di Jl. Soleh Iskandar ke sini sekitar 2,5 jam termasuk memperhitungkan macetnya Dramaga. Kalau macetnya parah ya bisa lebih lama.

 

PENGINAPAN

Di kawasan Gunung Salak Endah banyak terdapat penginapan. Ada Pondok Rasamala yang paling besar, bahkan ada glampingnya, ada Kawah Ratu House (yang ini dekat Curug Goa Lumut Indah, baca di sini). Di sekitar Curug Cigamea, baik di jalan rayanya maupun di kawasan curug, juga ada beberapa penginapan. Bolehlah kalau mau santai nginep satu malam, supaya bisa lebih puas eksplor curugnya karena ada banyak curug di kawasan ini. Baca juga tentang Curug Batu Ngampar di sini.

 

Teks & Foto: Mayawati NH
Comment