6-7 JAM DI TIDORE, BISA KE MANA SAJA? 2019-12-09 00:00

Pemandangan Pulau Maitara dan Pulau Ternate di belakangnya

 

Sebelum menginjakkan kaki di Tidore, saya dan mungkin sebagian besar Trippers juga sama, hanya mengenal Tidore sebagai sebuah pulau yang berada dekat Pulau Ternate di Provinsi Maluku Utara. Ada objek wisata apa saja yang menarik, perlu berapa lama mengeksplornya, saya tak tahu. Ternyata Kota Tidore Kepulauan yang menduduki satu Pulau Tidore seluas 1.550 km2 ini bisa dikelilingi dalam waktu 6-7 jam saja, pagi hingga sore. Mencapainya dari Ternate juga mudah dan murah.

 

Ternyata juga, banyak cerita sejarah menarik yang saya dapatkan. Sambil berkeliling ke seluruh penjuru Tidore hingga ke bagian paling tingginya yang bisa dicapai dengan mobil, saya mendengarkan Oom Di, supir merangkap pemandu kami bercerita. Kota Tidore Kepulauan ini salah satu kota penting di Indonesia Timur lho ternyata, bukan hanya karena rempah-rempahnya.

 

BERMULA DARI PELABUHAN RUM

Untuk ke Tidore dari Kota Ternate, kita harus ke Pelabuhan Bastiong dulu (jangan salah pelabuhan ya, karena di Ternate pelabuhan ada lebih dari satu, eh kalau nggak salah malah lebih dari tiga). Kalau kami waktu itu dari Hotel Muara di Jl. Merdeka, Ternate Tengah, Kota Ternate, ke Pelabuhan Bastiong naik ojek 15 menit, bayar Rp15.000. Kalau Trippers nginep di hotel lain di tengah kota juga kurang lebih sama lah.

 

Pelabuhan Bastiong di Ternate

 

Untuk menyeberang ke Tidore dari Pelabuhan Bastiong Ternate bisa dengan kapal feri, bisa juga dengan speedboat umum maupun speedboat carter. Speedboat carter Rp150.000 sekali jalan. Kami memilih speedboat umum yang berangkat kapan saja begitu penumpang penuh. Kapasitasnya 16 penumpang, dan mengingat mobilitas warga Ternate dan Tidore cukup tinggi, nggak perlu menunggu lama untuk sampai penuh. Ongkos dibayar saat mau naik speedboat, Rp10.000 saja per orang. Speedboat dengan mesin 2 X 40 PK itu membawa kami sampai Pelabuhan Rum di Tidore hanya dalam waktu 10 menit.

 

Pelabuhan Rum di Tidore

 

Turun di pelabuhan, banyak yang menghampiri kami untuk menawarkan angkutan/transportasi. Kami jawab, sudah sewa Oom Di. Langsung mereka minggir semua. Rupanya Oom Di, supir senior dan tenar di Tidore. Kami dapat nomor HP Oom Di dari Pak Aziz, pemandu senior di Ternate. Dapat nomor HP Pak Aziz dari Pak Muhlis Eso, pemandu senior di Morotai. Dapat nomor HP Pak Muhlis dari seorang teman. Begitulah....

 

O ya, kalau nggak sewa mobil, keliling Tidore kalau hanya di pesisir saja bisa dengan angkot. Atau angkotnya juga bisa saja dicarter, tergantung nego.

 

Sedangkan untuk ke Ternate dari Jakarta bisa naik pesawat direct selama 4 jam. Yang transit di Makassar dan Manado juga ada.

 

KELILING SATU PULAU DAN TAK PERLU MENGINAP DI TIDORE

Kata Pak Aziz, ke Tidore nggak perlu menginap, cukup keliling seharian, sore balik lagi ke Ternate dengan speedboat umum. Bahkan kalau kemalaman pun, speedboat masih ada. 24 jam beroperasi kalau nggak salah dengar sih.

 

Baca juga: "Kalau ke Gorango Beach di Morotai, Pastikan ke Sebelah Kiri, Ada Surga di Sana"

 

Oom Di pertama kali mengajak kami ke Monumen Juan Sebastian De Elcano atau Tugu Pendaratan Spanyol. Monumen yang hanya berbentuk panel hitam yang dikelilingi pagar dan dinaungi pohon besar serta berada di tepi pantai ini dibangun untuk mengenang pendaratan Spanyol ke Tidore tahun 1521.

 

Lalu kami melewati Sirkuit Selawaring Rum di Pantai Rum. Keren ya Tidore punya sirkuit balapan motor, dan sudah menghasilkan pembalap nasional.

 

Perhentian selanjutnya, tempat yang sangat penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Monumen Tidore Mareku. Monumennya sih nggak megah, cuma tiang dan bendera merah putih yang terbuat dari semen, setinggi sekitar 3 m. Di sinilah Sang Saka Merah Putih pertama kali berkibar di Indonesia Timur tanggal 18 Agustus 1946. Ya, tahun 1946, bukan 1945. Perlu satu tahun lamanya berita kemerdekaan Republik Indonesia sampai di Indonesia Timur.

 

Monumen Tidore Mareku

 

Dari lokasi monumen, naik tangga lagi ke atas, kita bisa melihat pemandangan Pulau Maitara yang berada di antara Tidore dan Ternate. Di belakang Pulau Maitara kalau cuaca cerah juga terlihat Pulau Ternate yang didominasi penampakan Gunung Gamalamanya.

 

Dari atas Monumen Tidore Mareku, terlihat Pulau Maitara dan Ternate di belakangnya

 

O ya, Soasio, salah satu kelurahan di Kecamatan Tidore dan seolah sebagai ibu kota dalam Kota Tidore Kepulauan, juga ternyata pernah menjadi ibu kota Irian Barat lho tahun 1950-an akhir selama 2 tahunan lebih. Hayooo, banyak yang nggak pada tahu ‘kaaan.... Soasio juga pernah menjadi pusat pemerintahan Maluku Utara bergantian dengan Ternate, sebelum akhirnya tahun 2009 ibu kota Provinsi Maluku Utara dipindah ke Sofifi di Pulau Halmahera.

 

Tidore juga terkenal dengan kerajinan pandai besinya yang usianya sudah ratusan tahun. Keahliannya diteruskan turun-temurun. Maka kami pun mampir di Kelurahan Toloa, melihat langsung proses pembuatan parang, golok, pisau dsb yang berasal dari besi tua.

 

Pandai besi di Kelurahan Toloa

 

Berikutnya berturut-turut kami berhenti di Benteng Tahula yang harus dicapai dengan menaiki anak tangga yang cukup banyak, dan dari atasnya kita bisa melihat Soasio dengan jalan utama, rumah-rumah penduduk dan garis pantainya; lalu Kedaton Tidore yang tampak anggun; kemudian lanjut ke Benteng Torre yang tak jauh dari Kedaton. Dari atas benteng ini juga kita bisa melihat pemandangan cantik ke arah laut. Beda dengan Benteng Tahula yang dibangun Spanyol, Benteng Torre dibangun oleh Portugis.

 

Benteng Tahula, berlatar Gunung Tidore di belakangnya

 

Soasio terlihat dari Benteng Tahula

 

Kedaton Tidore

 

Benteng Torre

 

Jeda makan siang, Oom Di mengajak kami ke Rumah Makan Ratu Sayang. Hampir semua tamu penting walikota dsb makan siang di rumah makan sederhana ini. Rumah makan ini menyajikan masakan khas Tidore, di antaranya ikan bakar dabu-dabu, dan yang paling khas adalah singkong dan pisang kukus yang dilumuri santan dan tepung yang dimakan dengan dicocol sambal kacang kenari.

 

Dari situ kami lanjut melewati pelabuhan speedboat ke Kota Sofifi, ibu kota baru Provinsi Maluku Utara di Pulau Halmahera yang berhadapan dengan Tidore sisi timur. Sayang kami tak sempat menyeberang ke Sofifi.

 

Sesuai rencana, mobil kami bergerak ke arah kaki Gunung Kie Matubu (lebih dikenal dengan sebutan Gunung Tidore), menanjak terus hingga tiba di Lapangan Gurua, Desa Gurabunga, satu-satunya desa berhawa sejuk di Tidore karena berada di ketinggian 800 mdpl. Lalu kami ke view point untuk melihat Pulau Failonga di kejauhan. O ya, di sepanjang jalan menuju Desa Gurabunga ini kami melihat banyak pohon pala, cengkeh dan kenari.

 

Desa Gurabunga

 

Turun dari Gurabunga, kami memutari bagian pesisir lainnya sampai penuh satu putaran. Oom Di juga menunjukkan Pelabuhan Trikora dan air panas di Pantai Akesahu. Tapi kami tak mampir di kedua tempat itu. Kami sempat berhenti di hutan mangrove pinggir jalan dan di Tanjung Mafu Tutu. Dari situ sekitar 20 menit kami tiba kembali di Pelabuhan Rum. Selesailah satu Pulau Tidore kami kelilingi dalam 6,5 jam, termasuk ke wilayah tengah, Desa Gurabunga.

 

Mangrove di pinggir jalan

 

Mau ikuti itinerary kami? Silakan ya.... Tidore menanti kalian, Trippers. Yang mau pakai jasa Om Di, ini dia No. HP-nya: 0813 5666 3581.

Teks & Foto: Mayawati NH
Comment