OGAH SKIP DIVE DEMI CINTAKU HIU 2017-04-06 00:00

Nurse shark di perairan Alor NTT

 

Penyelaman yang terbaik adalah penyelaman yang kamu skip. Ini bukan peribahasa, bukan pepatah kuno, bukan kata-kata bijak dari siapa gitu, tapi sering kali benar adanya. Makanya kalau lagi ikut dive trip saya nggak pernah mau skip dive kecuali ada force majeure yang memaksa saya skip (pernah weight belt tiba-tiba terjatuh saat masih di permukaan, ya terpaksa skip, nggak bisa turun soalnya saya tanpa pemberat). Pengalaman teman-teman, begitu dia skip, eh kita dapet penyelaman yang karismatik. Ya karismatik. Begitu istilah yang dipakai teman-teman anggota tim Ekspedisi Terumbu Karang di Perairan Alor dan Flores Timur 2017 kalau ketemu site yang banyak ikan besarnya atau ikan-ikan favorit.

 

Tawaran mendadak mengantar saya berada di Kapal Menami milik WWF-Indonesia pada tanggal 20 hingga 30 Maret 2017 untuk turut serta dalam perjalanan ekspedisi itu. Karena ini bukan dive trip yang saya akan merasa rugi sudah bayar tapi skip dive, dan saya nggak wajib harus turun di tiap penyelaman, jadilah di hari kedua saya tergoda skip di penyelaman ketiga. Eh, benar aja ‘pepatah’ itu terbukti, teman-teman segrup saya malah ketemu hiu dan barakuda. Aah sumprit! Ketemu hiu dalam penyelaman bagi saya itu anugerah yang terindah. Ya memang, saya menikmati tiap penyelaman, sesunyi apa pun. Karena apalagi perairan Alor ini rata-rata terumbu karangnya bagus dan variatif. Sedap dipandang mata. Tapi kalau dapat bonus melihat hiu atau ikan pelagis lainnya ya pasti lebih hepi.

 

 

Sampai beberapa kali penyelaman selanjutnya, saya masih belum beruntung ketemu hiu. Saya seperti dipermainkan alam. Ikut grup A, yang ketemu hiu grup B. Sebaliknya pun begitu. Bahkan di grup yang sama, yang lain melihat napoleon wrasse, saya nggak. Sempat terpikir, sial amat nih saya kalau sampai 7 hari nyelam nggak ketemu hiu sama sekali. Akhirnya di penyelaman ke-11 hari kelima saya berhasil melihat black tip shark. Tapi kurang deket dan kurang dramatis. Saya senang tapi masih kurang puas.

 

Hari ke-6 saya skip seharian karena speedboat Simba yang membawa tim ke lokasi selam akan langsung ke 3 sites tanpa kembali ke Menami, dengan penyelam inti 4 orang, membawa minimal 12 tabung. Jadi sudah nggak ada tempat untuk saya. Sementara ditawari ikut dingy (perahu kecil yang juga bertugas mengantar tim ke lokasi selam), saya lihat kok ribet ya pakai alatnya. Lagipula saya pikir saya harus menyediakan waktu seharian untuk menyelesaikan tugas membuat artikel.

 

 

Nah, penyelaman terakhir bagi saya (kalau tim masih lanjut sampai tanggal 6 April) adalah hari ke-7 tanggal 29 Maret 2017. Sepanjang tidur malam saya galau antara ikut nyelam atau nggak, karena alat selam sudah saya bersihkan dan keringkan, bahkan sudah masuk tas. Tapi saya pikir sayang ya, lokasi selam di beberapa pulau sebelah barat Pulau Pantar itu masuk Zona Inti Kawasan Konservasi Perairan, yang nggak mungkin saya selami kalau nggak ikut tim ekspedisi seperti ini. Akhirnya saya putuskan ikut. Etapi saya nggak perhatiin briefing malam sebelumnya, bahwa Simba akan melakukan 3 penyelaman sekaligus lagi, berarti saya nggak bisa ikut. Alamak, berarti kalau mau nyelam saya harus ikut dingy, itu pun harus bergantian dengan Irwan, fotografer tim, karena dingy nyamannya hanya untuk maksimal 5 penyelam.

 

Saya bikin kesepakatan dengan Irwan, saya hanya akan turun di site kedua. Sudah semangat ikut dingy, eh pas sudah sampai di site mau pakai alat, begitu udara dibuka, terdengar bunyi desisan keras. Padahal waktu pasang alat di atas kapal saya sudah tes udara yang keluar normal, nggak ada tanda-tanda bocor. Kusnanto, salah satu anggota tim, mengira hanya perlu mengganti o ring tabung. Dia pun membantu mengganti. Wah, saya jadi bikin lama nih. Dan sialnya, sudah diganti e kok masih bunyi desis kencang. Arrgh... ternyata regulator saya bocooor. Katanya sih sempat jatuh, saya nggak tahu kapan. Dan memang selang regulator saya kemungkinan sudah getas, aus, karena 2 tahun nggak dipakai.  

 

Tahu diri lah saya, daripada menghambat tim, saya bilang, saya nggak jadi turun aja. Dan mumpung posisi Menami dekat, begitu mereka turun, saya minta antar balik ke Menami. Tapi untungnya, baik Fikri sebagai ketua tim dan Kusnanto bilang, nggak apa-apa balik ke Menami ambil regulator lain aja buat saya. Ah, mereka baik sekali.

 

Pulau Rusa yang cantik

 

Dan jadilah saya nyemplung di site di depan Pulau Rusa itu. Daaan... saya bakal nyesel 7 turunan 9 tanjakan kalau nggak jadi turun di site itu. Karena saya melihat nurse shark melintas di depan saya dalam jarak yang sangat dekaaattt...  Dan saya sempat merekam videonya. Bukan hoax! Omaiii... betapa senangnya hatikuuuuhh... Last dive yang sangat berkesan, yang membuat saya pulang dengan senyum...

 

Muka bahagia usai melihat hiu

 

Baca juga “Siapa Mau Kerja Enak di Bawah Laut?

Teks & Foto: Mayawati NH
Comment