CANTIKNYA PLBN WINI DI PULAU TIMOR DENGAN LATAR PEGUNUNGAN 2019-03-04 00:00

 

Namanya cantik, Wini. Pemandangan alamnya pun tak kalah cantik. Gedung Pos Lintas Batas Negara (PLBN)-nya pun cantik dan megah. Memang sejak era Presiden Jokowi PLBN-PLBN kita dibangun dengan sangat keren. Dari empat perbatasan di negeri kita yang pernah saya datangi, PLBN Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Provinsi NTT inilah yang paling saya suka. Karena latar belakangnya deretan pegunungan. Perbatasan Wini juga unik karena wilayah Timor Leste di sini berupa daerah kantung (enclave) di tengah wilayah Indonesia, namanya wilayah Oekusi atau Ambeno.

 

PLBN Wini, favorit saya

 

SALAH SATU DARI TIGA PLBN DI PULAU TIMOR

Perbatasan Indonesia dengan Timor Leste di Pulau Timor yang sudah lebih dikenal pastilah Motaain. Mungkin belum banyak yang tahu kalau di Pulau Timor terdapat tiga PLBN lho. Selain PLBN Motaain di Kabupaten Belu (ibu kotanya Atambua), juga ada PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka, dan PLBN Wini di Kabupaten TTU. Ketiganya sudah keren dan sudah diresmikan Presiden Jokowi. PLBN Wini dan PLBN Motamasin diresmikan 9 Januari 2018.

 

 

Pembangunan PLBN Wini tahap I menghabiskan dana sekitar Rp130 miliar dan menggunakan lahan seluas 4,42 hektar. Luas bangunannya sendiri 5.025,68 m2. Tahap I ini terdiri dari gedung utama, lopo, dan car wash. Tahap II di antaranya adalah pembangunan pasar untuk menggerakkan ekonomi di wilayah perbatasan.

 

Baca juga: "Tak Ada Linangan Air Mata di Perbatasan"

 

CARA KE WINI

Kalau berkendara nonstop dari Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT, dibutuhkan waktu kurang lebih 6-7 jam untuk sampai Wini. Tapi sebaiknya sih dari Kupang singgah menginap dulu di Kota Kefamenanu, ibu kota Kabupaten TTU. Baru esok paginya lanjut ke Wini. Diperlukan waktu sekitar 1,5 jam dari Kefamenanu ke PLBN Wini.

 

Jalanannya mayoritas bagus dan mulus. Hanya saja selepas dari Kota Kefamenanu, jalan mulai menanjak dan berliku-liku. Di sebelah kanan jalan terlihat Gunung Hitam. Deretan tebing-tebing batu hitam dan sesekali terdapat pohon gamal yang bunganya mirip sakura membuat saya tak henti menjepretkan kamera.

 

Pemandangan Gunung HItam dalam perjalanan ke Wini

 

Salah satu spot foto dalam perjalanan ke Wini

 

Saat kami melewati rute ini pertengahan 2018 lalu, ada satu ruas jalan longsor, untungnya masih aman dilewati. Kami juga sempat harus melewati jembatan putus, jadi mobil kami harus turun melewati dasar sungai yang kering. Semoga sekarang, dengan pembangunan infrastruktur yang terus digiatkan di seluruh pelosok negeri, jembatan baru sudah dibangun dan beroperasi.

 

Jalan longsor dalam perjalanan ke Wini

 

Jalan longsor difoto dari arah sebaliknya dalam perjalanan pulang

 

O ya, sebelum jembatan putus itu kami juga melalui Manufonu, kawasan hutan lebat tanpa ada rumah penduduk. Menurut supir kami, itu tempat keramat, nggak ada yang berani melewati daerah sini pada malam hari. Makanya, saya sarankan dari Kupang nggak langsung cuss ke Wini, takut kemalaman dan pas melewati daerah ini. Ngeri ah...

 

PLBN WINI BENER KEREN BANGET

Penanda bahwa PLBN Wini sudah dekat adalah jalanannya dua arah, ada pemisah jalan di tengahnya, dan aspalnya mulus. Begitu sampai, mobil kami diparkir di area parkir di luar gerbang masuk.

 

Jalan dua arah mulus menjelang tiba di PLBN Wini

 

Begitu melewati gerbang masuk, langsung terlihat tulisan cukup besar “Wini Indonesia” dengan latar barisan pegunungan. Di sebelah kirinya terlihat bangunan imigrasi yang megah, dan di depan bangunan ini ada lopo, rumah bulat khas Timor. Sejauh yang saya tahu, tiap PLBN memang bercirikan arsitektur khas daerah tersebut, ditambah dengan ornamen-ornamen khas daerah juga.

 

Wini Indonesia, gedung megah, dan lopo terbuka

 

Usai puas berfoto di bagian depan ini, kami berjalan masuk melalui sebelah kiri gedung. Begitu tiba di bagian bekalang, deretan pegunungan yang berada di wilayah Oekusi Timor Leste makin terlihat. Sementara bendera Merah Putih dengan gagahnya berkibar di halaman belakang ini.

 

Halaman belakang PLBN

 

Bendera merah putih berkibar dengan gagahnya

 

Terus berjalan ke arah kanan, terdapat patung Garuda Pancasila dengan ada tulisan “Wini Indonesia” lagi di depannya. Ini juga jadi spot yang rame diantrein buat foto.

 

Patung Garuda Pancasila, spot favorit berfoto

 

Jangan berpuas sampai di situ saja tentunya. Karena seperti juga di PLBN lain di wilayah Indonesia dan negera tetangga, para pengunjung boleh melangkah hingga ke wilayah negara tetangga tanpa perlu melalui proses imigrasi. Cukup minta izin secara lisan dengan petugas yang berjaga. Tapi kalau yang mau bawa paspor dan minta cap imigrasi Timor Leste boleh, tapi bayar ya... dalam USD.

 

Sama dengan di PLBN Motaain, perbatasan kedua negara ditandai adanya sungai dan jembatan di atasnya.

 

Melewati jembatan menuju Timor Leste

 

Gedung imigrasi Timor Leste jelas kalah keren dan kalah besar dengan Indonesia. Yang membuat cantik berfoto di sini, di belakang tugu Timor Leste makin terlihat jelas deretan pegunungannya.

 

Wilayah Timor Leste

 

Perlu diingat, kalau Trippers tiba di PLBN Wini sudah sore, pintu gerbang Timor Leste dan Indonesia tutup pada pukul 16.00 WITA. Karena di waktu yang sama di Timor Leste sudah pukul 17.00. Ya Timor Leste memberlakukan zona waktu WIT, satu jam lebih cepat dari WITA yang diberlakukan di Pulau Timor bagian Indonesia.

 

Gerbang ini tutup pukul 4 sore

 

Kami yang saat itu tiba agak kesorean dan banyak berfoto-foto dulu, sempat berlari-lari keluar dari wilayah Timor Leste karena gerbangnya sudah mau ditutup.

 

ADA APA LAGI DI WINI?

Wini berada di pesisir utara Pulau Timor (Laut Timor) yang lautnya biru dan relatif tak berombak besar. Kami sempat mampir ke tempat wisata bernama Tanjung Bastian yang dulunya sih katanya bagus. Favorit buat liburan keluarga warga lokal. Sekarang terlihat agak terbengkalai.

 

Menyusuri pesisir utara Pulau Timor

 

Pilihan pantai lain adalah Pantai Idola di Desa Musuce Kecamatan Wini. Kami mampir ke sini esok harinya dalam perjalanan kembali dari Atambua ke Kefamenanu. Nggak sengaja mampir karena melihat ada Rumah Makan Idola Jaya di pantai ini, kebetulan sudah waktunya makan siang. Makan siang kami di sini menjadi yang terbaik dengan ikan belang kuning kuah asam yang segernya nampol, ditemani cah sawi hijau dan cah kangkung yang juga jadi rebutan kami bersembilan, hahaha...

 

Pantai Idola

 

Saat kami di Pantai Idola terlihat rombongan keluarga besar sedang menari-menari di pantai dan juga bermain air. Rupanya tempat ini, walaupun belum dikelola secara serius, tapi sudah menjadi tempat favorit warga lokal. Pantainya landai, berombak tenang, dan di tepi pantai ada rimbunan pohon-pohon untuk berteduh. Apalagi ditambah adanya rumah makan yang masakannya patut dipujikan.

 

O ya, dalam perjalanan dari Wini ke Atambua kami juga melewati Gunung Kolan Tua di pinggir jalan. Gunungnya kelihatan tak terlalu tinggi tapi bentuknya cantik, ditambah suasana gersang di hamparan di depannya, membuat pemandangan ini sayang dilewatkan.

 

Gunung Kolan Tua

 

MENGINAP DI MANA?

Di Kota Kefamenanu ada dua hotel yang direkomendasi yaitu Hotel Victory dan Hotel Livero. Sedangkan kalau mau menginap dekat Wini, ada penginapan di Tanjung Bastian. Saya rekomen untuk menginap di Kefamenanu saja, urusan makan dan beli kebutuhan lain juga lebih mudah.

Teks: Mayawati NH Foto: Hemawati NH, Mayawati NH
Comment