PEMECAHAN REKOR MURI DI FESTIVAL MAKSAIRA 2018 2018-04-12 00:00

Pantai Tjung Waka

 

Festival Maksaira 2018 digelar pada tanggal 15 April 2018 di Pantai Wai Ipa sampai Pantai Desa Bajo, dan Pantai Pengeringan Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara. Maksaira merupakan budaya masyarakat Sula yang berasal dari kehidupan masa lalu para leluhur yang sudah menjadi tradisi dalam menggagas konsep pembangunan di Kepulauan Sula. Selain itu Maksaira juga merupakan penyampaian aspirasi masyarakat yang diwakili oleh tokoh adat dari masing-masing keterwakilan soa, juga sebagai wadah pemersatu bagi seluruh masyarakat Sula. Jadi secara filosofis Maksaira mempunyai makna sebagai pertemuan para tokoh adat yang melaksanakan musyawarah untuk mencapai suatu mufakat dalam menggagas persatuan dalam pembangunan dan mencerminkan semangat gotong royong Dad Hia Ted Sua di Kepulauan Sula.

 

Adapun tujuan pelaksanaan Festival Maksaira adalah:

  1. Menapaki kembali jejak budaya masa lalu yang memiliki nilai kearifan lokal serta mencerminkan persatuan, gotong royong, kerukunan dan mempunyai semangat untuk membangun Kepulauan Sula.
  2. Mempromosikan potensi wisata alam dan budaya serta sejarah Kabupaten Kepulauan Sula.
  3. Mengupayakan Festival Maksaira sebagai salah satu festival yang masuk dalam kalender nasional event tahunan pada Kementerian Pariwisata.
  4. Mengupayakan pencapaian rekor MURI nasional dengan melaksanakan lomba memancing ikan kerapu dengan peserta terbanyak sebagai salah satu rangkaian Festival Maksaira 2018.

 

Pesertanya adalah:

  1. Masyarakat nelayan sebanyak 3.000 peserta.
  2. Kelompok seni budaya.

 

Untuk menyelenggarakan Festival Maksaira 2018 ini Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul) menganggarkan bujet sebesar Rp2,7 miliar. “Anggaran Rp2,7 miliar digunakan untuk menyediakan hadiah, mengundang artis, media lokal dan nasional, teknis acara dan lain-lain,” jelas Kabag Humas Kepulauan Sula Basiludin Labesi. Kali ini Pemda bekerja sama dengan PT. PIES Jakarta sebagai Event Organizer.

 

Bupati Kepulauan Sula, Hendrata Thes

 

Kabag Humas Kepulauan Sula Basiludin Labesi di Pantai Waisum

 

Kabupaten Kepulauan Sula memiliki beragam potensi wisata di antaranya wisata alam, budaya, sejarah serta bahari. Tapi, selama ini, potensi tersebut masih dikelola secara tradisional. Hal ini yang mendorong Pemda menggelar Festival Maksaira sebagai kegiatan tahunan.

 

Objek wisata alam dan bahari yang dimiliki antara lain Pantai Wai Ipa, Pantai Fatkauyon, Pantai Mangoli, Pantai Baleha, Pantai Tjung Waka, Teluk Harimau, Pantai Waisum, Telaga Kabau, Pulau Kucing, air terjun Desa Wailau, air terjun Desa Waitina, Selat Capalulu, Pulau Pagama. Wisata sejarah di antaranya benteng peninggalan Portugis (De Verwachting Alting), Air Santosa, Batu Gadis (Fatfina Koa), kuburan Imam Jawa, Tanjung Mata “Aya bo fat tina”. Wisata budaya di antaranya, tarian denge, gambus, bambu gila, silat tradisional, belayai, laur dan laka baka.

 

Pulau Kucing

 

Kepulauan Sula berjarak sekitar 284 km dari Ternate yang dapat ditempuh melalui penerbangan udara dan pelayaran laut. Kabupaten ini dimekarkan pada tahun 2003 bersamaan dengan Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Utara dan Halmahera Selatan. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Maluku, bagian selatan berbatasan dengan Laut Seram, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Pulau Taliabu, sedangkan bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Selatan.

 

Selain mancing mania, dalam festival ini juga akan diluncurkan batik Sula yang merupakan batik tulis pertama di Maluku Utara yang dibuat langsung di Sanana oleh para pengrajin lokal, yang akan dikenakan oleh Putri Indonesia 2018.

Teks & Foto: Pemkab Kepulauan Sula
Comment