YANG UNIK DARI GUNUNGKIDUL, WAYANG DARI LIDI POHON KELAPA 2018-11-29 00:00

 

Setidaknya ada 2 jenis wayang yang sering kita temui, yakni wayang kulit dan wayang golek yang bentuknya seperti boneka. Namun ada yang unik di Dusun Gunungbang, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Adalah Bapak Marsono, pria berusia 70 tahun yang menetaskan ide briliannya untuk memproduksi wayang sada atau wayang yang terbuat dari lidi.

 

Latar belakang lahirnya salah satu kerajinan budaya ini berawal dari kekecewaan Pak Marsono saat masih kecil. Dia menyukai wayang sejak usia dini namun tak mampu membelinya karena keterbatasan dana. Lantas muncul ide kreatif untuk membuat wayang hasil kreasinya sendiri yakni wayang yang terbuat dari pelepah tangkai singkong dan wayang rumput.

 

Wayang dari tangkai singkong dan rumput nyatanya tak berjalan mulus. Adapun beberapa hambatannya seperti bentuk karakternya sama, mudah rusak dan tidak tahan lama. Hal ini membuat Pak Marsono harus memutar otak untuk mencari bahan baku yang lebih awet dari 2 bahan sebelumnya. Hingga akhirnya lahirlah wayang sada.

 

 

Pemilihan bahan lidi didasari juga atas rasa kepedulian terhadap makhluk hidup demi anak cucu. Dia beranggapan bahwa wayang kulit dihasilkan karena eksploitasi kerbau, di mana bahan dasarnya dari kulit kerbau dan tangkainya dari tanduk kerbau. Itulah sebabnya Pak Marsono memilih bahan limbah pohon kelapa sisa-sisa untuk bangunan rumah.

 

Baca juga: "Di Gunungkidul Ada 'Miniatur' Machu Picchu Nih"

 

Adapun bahan penyusun wayang sada antara lain, tangkai yang muda atau lidi sebagai bahan dasar, tempurung untuk bagian sendi-sendi, serabut kelapa untuk tali pengikat dan tangkai daun kelapa untuk tangkai tubuh wayang. Dengan memanfaatkan tumpukan sampah pohon kelapa, Pak Marsono berhasil mengembangkan kreasinya sekaligus melestarikan salah satu budaya bangsa. Saat ini wayang sada diperjualbelikan dengan harga mulai Rp25.000 hingga Rp250.000 per wayang atau tergantung tingkat kerumitan dan ukuran.

 

 

Untuk memproduksi wayang sada Pak Marsono dibantu oleh beberapa anak asuhnya yang merupakan kaum difabel di Yayasan Sinar Melati, yayasan yang bergerak di bidang sosial dan keagamaan. Di sana 13 anak difabel seperti tuna wicara bahkan tuna netra diajarkan bagaimana cara menciptakan sebuah kerajinan meskipun dengan kemampuan yang terbatas.

 

Kegiatan ini memang baru dimulai tahun 2011, namun ternyata peminatnya cukup banyak. Sebagai bukti, beberapa kali Pak Marsono mendapat orderan pertunjukan wayang di hari-hari besar tertentu. Biasanya Pak Marsono memasang harga minimal Rp2.000.000 sekali pertunjukan. Dengan mengangkat filosofi SADA: Selaras Antara Dunia Akhirat, yang berarti: kehidupan manusia hendaknya diselaraskan antara dunia dan akhirat, Pak Marsono berharap anak-anak zaman modern tidak melupakan kebudayaan Indonesia satu ini.

 

Bagi yang berminat membeli wayang sada, bisa langsung menghubungi Pak Marsono di nomor HP 087838507560 atau melalui anaknya Akbar di nomor telepon 0274 7885499. Untuk menuju lokasi bisa ditempuh dari Bandara Adi Sucipto Yogyakarta sekitar 38 km atau butuh waktu kurang lebih 1,5 jam berkendara.

Teks: Arief Nurdiyansah Foto: Clara Soca Atisomya
Comment