DULUNYA AIR TERJUN INI TEMPAT MINUM DAN MANDI KERBAU LHO 2019-06-12 00:00

 

Bali memang tak habis-habisnya membuat kagum banyak orang. Selain deretan pantainya yang menawan, koleksi air terjunnya pun tak mau ketinggalan. Wisata air terjun di Bali lebih banyak terkumpul di daerah dataran tinggi di Buleleng dan Tabanan. Memang, kalau dirasa-rasa 2 kabupaten yang berdampingan ini merupakan kawasan yang paling banyak memiliki wisata air terjun. Salah satunya adalah air terjun yang terletak di Desa Antapan Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan ini, namanya Air Terjun Leke Leke atau sering disebut pula dengan nama Air Terjun Kipuan Kebo.

 

Baca juga: "Air Terjun Kroya di Bali, Lokasi Favorit untuk Menguji Adrenalin"

 

Ada yang lucu dengan namanya. Usut punya usut, ternyata dulu sebelum menjadi lokasi wisata, air terjun setinggi 30 m ini adalah tempat mandi dan minumnya kerbau. Inilah yang melatarbelakangi pemberian nama air terjun dengan sebutan Kipuan Kebo. Air Terjun Kipuan Kebo memiliki debit air yang cukup deras. Air mengguyur dari atas dan turun menuju kolam alami yang ada di bawahnya. Berenang maupun berendam di kolam alami menjadi hal yang wajib saat menyambangi Air Terjun Kipuan Kebo. Airnya jernih dan sejuk, tubuh serasa menyatu dengan alam karena titik air terjun dikelilingi oleh lebatnya tumbuhan hijau nan asri.

 

 

Untuk mencapai lokasi, bisa ditempuh perjalanan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai dengan jarak 50 km atau sekitar 90 menit berkendara. Sesampainya di pintu masuk, pengunjung wajib membayar tiket masuk Rp20.000 per orang dan dibekali sebuah tongkat sabagai alat bantu trekking. Rute selanjutnya adalah dengan berjalan kaki menelusuri perkebunan warga sejauh 500 m. Di sini jalan berupa anak tangga permanen hanya terdapat pada awal trekking. Selebihnya berupa jalan tanah setapak, berliku serta menanjak dan sekali menyeberang sungai melalui jembatan bambu. Pengelolaan wisata Air Terjun Kipuan Kebo sudah terbilang baik, fasilitas umum seperti warung, toilet dan penginapan telah tersedia di sini.

 

 

Teks: Arief Nurdiyansah Foto: Clara Soca Atisomya
Comment