JURNAL EPIK 13 HARI EKSPLOR ANTARTIKA (Bagian 2-Tamat) 2017-10-13 00:00

Paradise Harbour, view from the top

 

Di tulisan bagian pertama saya sudah menceritakan perjalanan saya ke Antartika yang dimulai tanggal 11 Februari 2017, dengan mengambil program 14 hari cruise, sudah termasuk 1 hari menginap di Ushuaia, Argentina (kota gerbang masuk Antartika) di hari pertama dan 13 hari di kapal. Hari ke-4 di kapal kami melewati Antarctica Circle. Lalu hari selanjutnya selama 6 hari kami melakukan ekskursi dengan Zodiac (boat karet kecil) untuk keliling dan mendarat di Antartika serta pulau sekelilingnya. Berikut lanjutan ceritanya...

 

Ekskursi dengan Zodiac

19 Februari, 0 o C hari ini. Ke Danco Island melihat gentoo penguins lagi, dengan latar glacier. Mantap!!!  Ada waktu sampai pukul 11.30, kami boleh jalan sendiri mencari spot yang diinginkan asal tidak melenceng dari jalur yang sudah ditandai. Medannya agak terjal dan di tempat tertentu licin sekali karena esnya mengeras. Banyak sekali penguin di sini.

 

Banyak gentoo penguin di Danco Island

 

Menu khusus lagi siang ini, nasi goreng dari Chef Indra. Makan dengan vegie stew dan ditutup black forest.

 

Ekskursi siang ini dengan tujuan daratan Antartika, Neko Harbour. Ini yang pertama kali mendarat di benua sejak ekskursi awal yang hanya mengunjungi pulau-pulau sekitar Antartika. Dari pantai bisa melihat glacier di seberang laut.  Di sini kami bisa menunggu ice claving (bungkahan es dari glacier jatuh ke laut). Ada beberapa yang setelah jatuh meledak dengan bunyi meletup, cantik! Untuk peserta yang mau sedikit olahraga, bisa naik ke tempat yang lebih tinggi. Alamak, sudah naiknya susah, pemandangannya tidak lebih indah, glacier-nya tertutup bukit. Akhirnya kami turun lagi dan main di pantai saja. Malam ini BBQ dinner di dek luar. 

 

Kami di Neko Harbour. Sampai juga di Benua Antartika...

 

20 Februari, 3 o C. Kapal sudah berlabuh di Port Lockroy, survey base A milik Inggris, yang juga mengelola museum dan satu-satunya toko suvenir dan kantor pos di Antartika. Peserta disarankan berbelanja di sana karena hasil penjualan digunakan untuk membantu pelestarian Antartika. Karena tempatnya kecil, peserta dibagi menjadi 2 grup. Sebagian ke Port Lockroy dan sebagian mendarat di Jougla Point, lalu bertukar tujuan. Di Jougla Point kami melihat kerangka paus biru. Ada gentoo penguin lagi. Sudah mulai bosan saya dengan penguin, hehe.

 

Port Lockroy

 

Saat makan siang adalah saat penuh pengharapan apakah ada menu khusus lagi. Doa terkabul. Kami mendapat bihun kuah dengan pork belly.

 

Siang ekskursi ke Damoy Island. Wah… mendarat di air dan harus jalan 2 meter ke darat. Ada 2 stasiun di sini, yang merah milik Argentina dan hijau milik Inggris. Kontras sekali kalau difoto. Pulau ini luas sekali, Antartika pun serasa milik saya sendiri. Kami mencari spot terpencil dan duduk menikmati glacier dan mengamati gerak-gerik penguin setelah bosan mengambil foto mereka. Peaceful.

 

Damoy Point, Antartika serasa milik sendiri

 

21 Februari, 5 o C. Kapal berlabuh di Paradise Harbour. Banyak iceberg lagi. Turun salju. Tidak sangka bisa merasakan salju di Antartika padahal musim panas. Kali ini kami melihat koloni burung blue-eye shag dan Glacier Skontorp Cove. Setelah keliling satu jam, kami mendarat di daratan Antartika lagi. Di sini ada  stasiun milik Argentina, Almirante Brown. Aktivitas kali ini adalah naik ke titik tertinggi. Ada tanjakan maut di tempat tertentu. Naiknya susah, turunnya apalagi. Penuh perjuangan dan harus dibantu dengan tali. Di atas bisa melihat pemandangan 360 derajat. Unblock view, superb!

 

Almirante Brown di Paradise Harbour. Unblock view!

 

Menu siang ini chicken rice dengan daging panggang dari Chef Indra. Wah…dapat pork lagi, tapi enak juga.

 

Kapal mulai berlayar ke Wilhemina Bay siang hari, yang katanya akan banyak terlihat ikan paus. Feeling excited karena ini yang ditunggu-tunggu. Sekitar jam 2, ada berita mulai terlihat paus. Wah kalang kabut kami naik ke dek. Sepanjang siang sampai malam, saya stand-by di dek terus. Selama beberapa jam kami disuguhi pertunjukan tak terlupakan oleh paus humpback, diselingi penguin dan singa laut.  Ada yang cuma kelihatan blow-nya (pengambilan udara) saja sampai seluruh proses yang lengkap dari blow, badannya naik, turun, dan cipratan ekor. Ada juga paus loncat. Ada paus malas mengapung sedang tidur. Ada yang sendiri, berdua dan berkelompok dengan anak-anaknya. Senang sekali saya sampai salju dan angin kencang selama di luar dek tidak terasa. Total ada 30-40 paus.

 

22 Februari, 6 o C. Hari terakhir ekskursi. Tujuan hari ini Half Moon Island untuk melihat chinstrap penguin. Hore, akhirnya bukan gentoo lagi. Wah.. unik sekali penguin ini, ada strip memanjang di mukanya. Di pulau ini juga banyak sekali singa laut jenis fur. Katanya ada tampak seekor king penguin di pantai, buru-buru kami balik ke pantai. Ternyata kami harus naik Zodiac. Agak jauh penguinnya. Dia terlihat jauh lebih besar dari gentoo penguin. King penguin ada warna kuning di lehernya.

 

Chinstrap penguin di Half Moon Island

 

Saat makan siang akhirnya kami bertemu idola kami, Chef Indra. Kami pun mengobrol dan foto bareng. Menu khusus hari ini, soto ayam. Lezat...

 

Sekitar pukul 14.30 kapal melewati Neptune’s Barrow, yang juga agak sempit, menuju Deception Island. Banyak peserta naik ke dek melihat keahlian kapten melewati channel sempit ini. Setelah kapal berlabuh di Whalers Bay, kami mendarat. Ini merupakan pendaratan terakhir. Banyak artefak dan sisa bangunan hasil kegiatan whaling dan tulang-tulang di sekitar pantai. Di sini singa lautnya ganas-ganas.

 

Deception Island adalah pulau vulkanik yang tidak ber-es dan berpasir hitam. Kami hiking sekitar 2 jam ke puncaknya. Berkabut dan angin kencang sekali. Sewaktu naik, tidak terlihat apa-apa karena kabut. Ketika turun, kabut mulai menghilang dan pemandangan mulai jelas terlihat. Tidak terlalu spektakuler, tapi saya bangga sudah pernah hiking di Antartika.

 

Hiking di Deception Island

 

Malam ini ada acara khusus “Sea Adventurer Got Talent” di mana kru, tim ekspedisi dan tamu memberikan kontribusi. Ada yang bercerita lucu, main piano, main gitar dan bernyanyi, juga memainkan instrumen dari Amerika Selatan dan berdansa. Kapal mulai berlayar menyeberangi Drake Passage lagi untuk kembali ke Ushuaia. Siap-siap obat anti mabuk lagi...

 

Akhir Pelayaran

Walaupun tidak muntah lagi, saya tidak bersemangat melakukan kegiatan apa pun. Peserta dianjurkan meng-upload foto selama di Antartika ke komputer yang disediakan. Ada panduan berapa jumlah tip untuk kru kapal dan tim ekspedisi. Diadakan captain’s farewell toast dan penayangan video klip Journey Voyage, yang merupakan gabungan foto-foto dari peserta, aktivitas lelang yang dananya dipakai untuk pelestarian Antartika, dan donasi.

 

25 Februari, kami mulai meninggalkan kapal. Selamat tinggal Antartika. Semoga usaha pelestarian Antartika bisa memberikan kesempatan bagi generasi mendatang menikmati Antartika yang masih pristine. Last but not least, saya mendapat sertifikat Antartika.

 


Tulisan ini pernah dimuat di Qubile.id

Teks & Foto: Zuriah Saibun
Comment